Dari sisi jumlah orang miskin, data BPS menunjukkan bahwa terdapat kenaikan jumlah orang miskin pada tahun 2018. Jumlah penduduk miskin di Papua pada 2018 meningkat 2,22 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi 917,63 ribu penduduk.
Walaupun tingkat kemiskinan cenderung menurun, namun insiden kemiskinan terdapat di Provinsi ini perlu perhatian.Â
Kemiskinan di Papua lebih berfokus pada kemiskinan di perdesaan tinimbang di perkotaan. Artinya ini kemiskinan masyarakat asli Papua karena merekalah yang tinggal di perdesaan.Â
Apakah jumlah perempuan Papua yang miskin berkurang? Seberapa tingkat perbaikan kualitas hidup perempuan Papua? Apa saja aspek gender yang menjadi kontributor kemiskinan di Papua? Pertanyaan-pertanyaan tersebut amatlah penting untuk dijawab, walau kendala pada keberadaan data merupakan tantangan besar. Ini bukan hanya untuk Provinsi Papua tetapi juga untuk Indonesia.
Sayangnya, pengukuran tingkat kemiskinan dengan data kuantitatif yang kita pakai sering meninggalkan PR terkait beberapa faktor kemiskinan yang berpengaruh secara berbeda kepada perempuan dan laki-laki.
Untuk itu, penghitungan dan analisis kemiskinan yang multi-dimensi perlu menjadi alternatif untuk menjawab pertanyaan terkait siapa yang miskin, di mana, dan faktor penyebab kemiskinan dalam perspektif gender.
Analisis kemiskinan dengan menggunakan pendekatan kualitatif hendak mencoba mendengar dan merekam suara si miskin, perempuan dan laki-laki, melalui suatu pendekatan yang lebih partisipatif.
Persoalan yang mempengaruhi hidup dan mati perempuan, seperti kematian perempuan/ibu hamil dan melahirkan, kasus kekerasan terhadap perempuan, kurang gizi di antara perempuan hamil dan melahirkan merupakan sebagian dari gambaran kemiskinan jadi penting.
Bentuk-bentuk ketidak setaraan gender tersebut merupakan manivestasi dari tidak dinilainya perempuan sama tingginya dengan bagaimana masyarakat menilai dan menghargai masyarakat laki-lakinya.
Laporan "Country Technical Notes on Indigenous People" yang disusun IFAD mencatat bahwa Papua, Papua Barat, dan NAD yang merupakan tiga wilayah terkaya di Indonesia yang ditemui tingkat kemiskinan tertinggi, khususnya di kalangan penduduk aslinya.
Beberapa penyebab kemiskinan di antara penduduk asli adalah, antara lain; (a) kurangnya pengakuan dan perlindungan atas hak masyarakat asli pada tanahnya dan sumber daya alamnya, adanya penyelenggaran kegiatan ekonomi yang tidak tepat, terutama dengan adanya 'illegal logging', pertambangan dan perkebunan; (c) degradasi kualitas sumber daya alam, yang disebabkan oleh buruknya kualitas tanah, kurangnya pendidikan masyarakat, dan persoalan transportasi yang terbatas.