Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi, Politik Berfilosofi Jawa, Kesakralan KPK dan Kalimasada

10 September 2019   08:12 Diperbarui: 10 September 2019   19:26 2057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Jokowi dan Agus Rahardjo Mengawal KPK (Foto Liputan 6)

 Tapi, pak Jokowi bukan tak punya kuasa. Itu yang kita semua tahu. Kita semua berharap pak Jokowi mendengar suara kita. 

Peneliti Indonesian Corruption Watch (ICW), Lalola Easter memposisikan Presiden Jokowi bisa sebagai penyelamat atau pembunuh KPK, tergantung dari sikap yang akan disampaikan nanti lewat surat presiden (Surpres). Surpres yang dikeluarkan Jokowi menentukan revisi UU KPK berlanjut atau tidak.

Di saat semua negara melawan korupsi, masa kita malah menggembosi KPK?. Indeks persepsi korupsi yang masih di atas angka 30 itu menunjukkan bahwa kita masih punya masalah besar dalam korupsi. Nanti kalau investasi langsung (Direct investment) turun, pak Jokowi galau lagi. Beberapa saat yang lalu saja pak Jokowi sudah gelisah dengan berpindahnya investasi dari Cina ke Vietnam dan bukan ke Indonesia. Ini soal serius, pak Jokowi. 

Saya masih yakin Pak Presiden Jokowi akan berjalan dan berjuang bersama masyarakat untuk mendukung penyelamatan KPK. Tapi, apakah demikian adanya? 

Jokowi Presiden Berpolitik dengan Filosofi Jawa (Moderen) 

Presiden Jokowi memang tampak terjepit partai partai pendukungnya di DPR yang sedang menyuarakan upaya merevisi UU KPK. Di mata rakyat, operasi senyap DPR yang diawali dengan senyap mengendap endap bagai pencuri, sekarang sudah berkembang menjadi perampok di sing hari.  

Siapapun yang telah dengan susah payah membayar pajak kepada negara tidak akan rela duit setorannya akan dirampok DPR, yang jelas jelas ada dalam daftar panjang tersangka KPK.

Memang saat ini harapan satu satunya ada di tangan Presiden kita. Ini tentu tak mudah bagi Presiden Jokowi. 

Di satu sisi kita semua gemas karena tampak bahwa pemerintah, khususnya Pak Jokowi kecolongan dengan langkah DPR. Di sisi lain, i i soal masa depan bangsa.  Kita  menaruh harapan besar pada ketrampilan politik pak Jokowi.

Apa yang kita lihat sejak masa Pilpres periode 2014-2019 dan 2019 -- 2014 menunjukkan ketrampilan politik yang unik. Lihat juga bagaimana ia bisa duduk bersama Prabowo dalam suatu perjalanan dengan MRT di suatu pagi di bulan Juli. Ini merupakan pembelajaran terbesar dari Pilpres 2019 yang begitu intens dalam persaingan keduanya. 

Jokowi yang insiyur dan pro pembangunan infrastruktur dan hendak mewujudkan keadilan sosial melawan Prabowo yang mantan jenderal yang menjanjikan Indonesia baru dengan nafas nasionalis dan dukungan kelompok Islam yang dianggap cukup radikal. Proses ini adalah transformasi politik yang menarik sekali. Analis politikpun mungkin mumet membaca situasi ini. Dan saya  ukan analis politik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun