Hantu Jawa dalam Perspektif GenderÂ
Ketika kita mendengar cerita soal hantu, bukankah pertanyaan yang kita sering lemparkan pertama kali adalah "Hantunya perempuan atau laki laki?"Artinya, jenis kelamin hantu itu seakan menjadi penting karena kita membayankan bentuk dan apa yag dilakukan.Â
Kebetulan, Prof Felix Tani membawa cerita hantu yang maskulin dalam budaya Batak. Sementara, Sriwintala Ahmad menuliskan tentang dua hantu perempuan di sekolah di tautan di sini. Tentu akan banyak lagi referensi soal hantu yang lain yang ditulis oleh Kompasianer lain.
Baiklah, kita coba membincang hantu dari kacamata gender, khususnya dalam konteks budaya Jawa.
Sebetulnya, saya tidak banyak menemukan jenis hantu Jawa dengan jenis kelamin laki laki. Beberapa yang bisa saya sebut adalah Tuyul dan Jerangkong serta Gendruwo.
Dari kisahnya, Tuyul sering disebut sebagai hantu yang dahulunya adalah anak anak korban kekerasan pengguguran kandungan dan korban sihir jahat atau ilmu hitam. Penampakkannya pendek, kulitnya berwarna abu abu dan matanya merah besar. Tuyul dikonotasikan sebagai pencuri harta, utamanya uang.
Sementara, Jerangkong dipercaya berasal dari orang yang ketika masa hidupnya adalah merampok dan menggunakan hak orang lain. Mirip koruptorlah. Jerangkong sering digambarkan mencuri telur di kandang ayam. Cangkang telur masih ada tetapi isinya raib.
Baik Tuyul dan Jerangkong dianggap sebagai hantu yang bisa muncul di perkotaan dan perdesaan, dan konteks urban sering lebih kuat dan digambarkan memiliki skala yang lebih luas dan beragam atas jumlah materi yang dicuri.Â
Terdapat pula Gendruwo. Legenda Gendruwo ini dipercaya meneruskan legenda mitos Persia. Mereka adalah arwah orang yang meninggal dengan cara yang mengerikan yang kembali ke kehidupan. Mereka berbentuk besar dan menakutkan seperti monster. Kadang ia adalah laki laki yang merayu perempuan. Di lain waktu ia menyerupai suami yang sedang bepergian dan mengganggu istri. Ia dipercaya hidup di tempat 'basah' seperti pinggir sungai, rawa dan di rumah tua serta pepohonan dan hutan lebat.
Sementara itu, hantu perempuan di Jawa lebih bervariasi. Kita kenal beberapa di antaranya adalah Kuntilanak, Sundel Bolong, Wewe Gombel, Suster Ngesot dan Si Manis Jembatan Ancol.
Adalah menarik (dan ngeri) melihat bahwa latar belakang sejarah dari para hantu perempuan itu bekaitan dengan perempuan yang baik tapi alami kekerasan terhadap perempuan. Coba kita catat sejarah mereka.
Kuntilanak dinarasikan sebagai perempuan yang meninggal karena mengandung dan sang bayi tetap lahir ketika sang ibu meninggal. Sering Kuntilanak dianggap menghantui ibu yang hamil untuk mencuri bayi yang ia kira adalah anaknya.