Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Anak Sekolah di Luar Kota dan "Empty Nest Syndrome"

1 September 2019   19:16 Diperbarui: 2 September 2019   12:48 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 'Empty Nest Syndrome' (Foto : Dave Anderson for Metro.co.uk))

Sedih tentu adalah peristiwa yang normal atas perubahan yang alamiah ini. Tentu kita perlu siasat agar kita bisa beraktivitas normal kembali. Di bawah ini adalah beberapa tips. 

  • Pahami bahwa anda tidak kehilangan anak anda. Anak anda saat ini memasuki jenjang pendidikan universitas, artinya anda telah secara benar mengantarkannya ke dunia pendidikan yang lebih baik, lebih tinggi. Nikmati masa masa kedewasaan anak anda. Gantilah perasaan kehilangan dengan perasaan keberhasilan. 
  • Rekognisi perubahan yang terjadi pada diri anak anda. Masa pendidikan di pergutuan tinggi adalah masa di mana anak anda mulai menunjukkan identitas diri. Jarak yang jauh dari rumah tentu akan membangun kebiasaan baru bagi anak anda. Hargai perubahan itu.

  • Tenanglah, jangan tunjukkan bahwa ada stress atau kuatir. Stres anda akan menular dan ini tidak baik dampaknya bagi anak anda yang sedang bersemangat menapak ke fase baru dalam hidupnya. Juga, anda tak perlu lakukan hal drastis seperti merubah kamar anak menjadi ruang untuk fungsi lain. Atau, tidak perlu anda (biasanya ibu) pindah ke kota tempat anak belajar agar bisa sering berdekatan. Banyak kawan saya akhirnya menyewa rumah agar sang ibu bisa menjaganya. Ada plus minus dari keputusan ini, dan anda perlu melihatnya dengan bijak. 

  • Jangan pernah katakan kepada anak anda “Wah kamu bisa bebas menentukan hidupmu. Dan ini adalah tahun suksesmu”. Kalimat semacam ini bisa membuat anak semau gue atau malah memberi tuntutan diri, yang bisa jadi malah menyebabkan stress bagi anak.

  • Adanya teknologi masa kini telah membantu meringankan rasa kosong perpisahan itu karena komunikasi melalui 'whatsapp', video call ataupun email bisa dilakukan.  Namun demikian, bicarakan dan rencanakan dengan anak anda tentang kapan bisa berkomunikasi, dengan media apa dan sebagainya. Kita perlu pula menghargai proses kedewasaan anak dan menahan diri untuk tidak menelpon setiap saat. Ini tentu akan membuat anak mereka terganggu, terlebih karena mereka juga memiliki kegiatan baru. Juga, kita perlu memberikan kepercayaan kepada mereka. Saya sering iri melihat kawan saya yang bisa menelpon anaknya yang di luar kota setiap saat. Namun, ketika saya pernah sampaikan ke anak saya, anak saya katakan itu sangat mengganggu karena sang anak menjadi seakan punya kewajiban melapor setiap saat.  

  • Tak ada salahnya menyampaikan kepada anak anda bahwa anda kangen pada mereka, namun anda tak perlu membuat anak anda merasa bersalah karena kepergian mereka.

  • Buatlah hari anda sibuk dengan kegiatan bermanfaat. Selain melakukan pekerjaan rutin anda seperti biasa, temukan kegiatan baru agar waktu ada dapat dimanfaatkan lebih baik. Berbicara dengan sesama orang tua yang alami perpisahan dengan anak akan memberi ruang untuk berbagi karena mereka memahami perasaan anda.

Ini adalah saat yang sedih namun juga kebangaan atas capaian mengantar anak ke jenjang pendidikan lebih tinggi. Ini merupakan kesempatan yang luas bagi anak anda untuk memulai hidup mereka, jauh dari keluarga. 

Berbahagialah. Anak anda sedang merenda masa depan di lembaga pendidikan yang lebih tinggi.

Pustaka : Satu; Dua; Tiga; Empat; Lima .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun