Lamanya kehadiran dukungan pemerintah membuat warga berusaha sendiri mencari pinjaman dana dari manapun, termasuk dengan mengirim anaknya menjadi pekerja migran, untuk bisa membangun rumah. Ini mengkhawatirkan. Pada umumnya mereka adalah pekerja tanpa dokumen, atau sering disebut ilegal.Â
Di Sembalun, petani sudah kembali ke ladang dan kegiatan di sektor pertanian telah kembali normal. Yang menjadi masalah adalah masyarakat Sembalun yang mata pencahariannya adalah tergantung pada wisata Gunung Rinjani.
Setahun penuh kegiatan pendakian Gunung Rinjani terhenti. Ketika dibuka, fenomena topi di atas Rinjani memberikan kekuatiran akan adanya erupsi. Ini karena sejarah Rinjani. Mereka terhenti lagi.Â
Sayangnya, kesiapsiagaan bencana masyarakat belum juga dipersiapkan. Mongabay.org menuliskan bahwa perbincangan soal gempa hanya ada di kantor pemerintah, di penginapan dan warung kopi yang banyak terdapat wisatawan.
Setahun setelah gempa, ternyata Puskesmas Sembalun masih juga belum diperbaiki. Atap jatuh. Tembok retak. Beberapa bagian rusak karena gempa setahun lalu belum tersentuh. Para petugas kesehatan masih melayani pasien di puskesmas darurat itu.
Saya ingat dua kali harus membantu melarikan ibu hamil ke RS Selong yang harus ditempuh selama 2 jam. Kedua ibu hamil itu risiko tinggi karena berusia di atas 40 tahun, mengidap Heptitis C dan mengandung anak pertama. Saat itu mereka telah masuk hari perkiraan lahir (HPL). Karena satu di antara ibu itu tidak memiliki BPJS, kerepotan pendanaan juga jadi masalah.Â
Karena belum stabil, pemerintah baru membuka sebagian jalur pendakian Rinjani melalui Sembalun pada Juni 2019.
Sementara itu, warga belum dipersiapkan untuk kemungkinan adanya gempa yang akan datang. Jalur evakuasi juga belum diperbaiki.Â
Sembalun akan menjadi tuan rumah Asia Pacific Geoparks Network Symposium (APGNS). Sebagai salah satu geopark dunia, Gunung Rinjani merupakan laboratorium yang berharga. Adapun tema dari APGNS kali ini adalah tentang mitigasi bencana, yang dalam hal ini tidak terlihat ada di Sembalun.Â
Mongabay.com menuliskan bahwa ada gambar panah ke arah lokasi evaluasi telah dipasang di wilayah gedung perkantoran. Namun, pelatihan tentang kesiapsiagaan bencana tidak terlihat.
Saya membayangkan akan terjadi lagi kehebohan bila warga tidak memiliki kesiapsiagaan bencana. Lokasi Lombok yang ada di 'Ring of Fire'Â ini memiliki potensi tinggi untuk terjadi bencana alam dari gunung vulkanik maupun tektonik.