Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Baju Adat Sasak Pak Jokowi dan 90 Ribu Penyintas Gempa NTB Belum Punya Rumah

16 Agustus 2019   20:44 Diperbarui: 19 Agustus 2019   15:21 5569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis dan Tina (17 tahun) bersama anaknya 9 bulan. Suaminya pekerja migran meninggalkan Tina sehari sesudah gempa pada 29 Juli 2018. ( Dokumentasi pribadi)

Data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang diterbitkan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang dilaporkan dalam Kabupaten Dalam Angka 2018, yaitu sebesar 14.306, yang terdiri dari 13.218 orang laki laki dan 1.088 orang perempuan. Ini adalah penigirm TKI tertinggi di Insonesia. 

Mayoritas pekerja migran asal Kabupaten Lombok Timur adalah berpendidikan rendah. Hal ini dapat dilihat dari prosentase 67% untuk laki laki dan 61% untuk perempuan pekerja migran dari Kabupaten Lombok Timur berpendidikan Sekolah Dasar (SD) sementara 20% untuk laki laki dan 24% untuk perempuan berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). 

Pekerja migran laki laki (13.339 orang) bekerja di sektor pertanian dan sebagian besar lainnya (613 orang) bekerja sebagai petugas kebersihan. Sementara itu, pekerja migran perempuan (557 orang) bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Pada pasca gempa Lombok, observasi dan kajian pustaka kami menunjukkan bahwa terdapat makin banyak iklan pencarian tenaga kerja untuk menjadi pekerja migran di Malaysia. Juga beberapa perempuan muda, termasuk anak anak usia 16 sampai 18 tahun yang masih bersekolah telah ditawari untuk bekerja di luar negeri. Ini tentu akan merupakan migrasi tidak aman. Anak-anak perempuan itu tidak berpengalaman kerja. 

Dilaporkan terdapat meningkatnya kelompok perempuan yang menjadi pekerja migran tanpa dokumen. Mereka, baik ibu muda dan anaknya, rentan untuk 'ditrafficked'. 

Repotnya, data-data di atas lambat tersedia dan 'ter-updated'. Ini tentu menjadikan sulit untuk menilai apa yang terjadi pasca bencana gempa, padahal gempa telah terjadi 1 tahun lebih. Informasi hanya secara acak diambil dari media. 

Bantuan Rehap Rumah pada 90.886 Keluarga Belum Beres
Setahun setelah gempa, Mongabay.com melakukan wawancara dengan masyarakat yang terdampak gempa Lombok, khususnya di Kecamatan Sembalun dan Sambelia di Lombok Timur serta Kecamatan Bayan di Lombok Timur. Ini relevan untuk saya bandingkan dengan situasi saat saya mendukung kerja selaku relawan di sana. 

Untuk korban gempa NTB, Pemerintah menyalurkan dana sebesar 5,1 Triliun ke NTB. Data Pemprov NTB per 26 Juli 2019 menunjukkan bahwa terdapat 33.034 unit rumah yang telah selesai dibangun, sementara masih terdapat 90.886 unit rumah yang masih dalam proses pengerjaan dan belum dikerjakan.

Pada antara bulan September sampai Desember 2018, dengan dana yang berasal dari urunan dengan keluarga, sahabat, dan relawan, kami hanya bisa menggalang dana dan membantu membangun Huntara sebanyak 50 unit dari keluarga terdampak yang termiskin dan membantu perbaikan 1 unit sekolah di wilayah terpencil di Batujong. Saat itu kami dan kawan kawan Gema Alam NTB tidak bisa membantu penyintas lain karena mereka sudah terdaftar sebagai calon penerima bantuan pemerintah.

Kemarin Zicko, Ketua Gema Alam NTB mengatakan bahwa persoalan data penyintas yang berhak mendapat bantuan pembangunan kembali rumah yang rusak sesuai kondisi kerusakan masih menjadi persoalan. Ini menghambat penyintas untuk mendapat bantuan rehabilitasi rumah dari pemerintah.

Kemungkinan dari mengapa tan Pemprov tidak aktif mendorong selesainya pendataan dan proses pembangunan rumah penyintas adalah karena sibuk membangun Sirkuit GP.  Itu penting, tetapi ada yang urgen. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun