Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Seni Tari sebagai Keunggulan Kompetitif SDM Kita, Mungkinkah?

15 Agustus 2019   23:41 Diperbarui: 1 September 2019   10:08 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyambutan Tamu di Bandara Maumere (Dokumentasi Pribadi)

Seni bisa menjadi keunggulan kompetitif bila telah memenuhi syarat untuk bisa memiliki seni itu sebagai produk seni dan juga produk bisnis, sehingga orang mau mengeluarkan uang untuk menonton atau menikmati karya seni tersebut. Ini membutuhkan bahan dasar, tenaga kerja dan sumber daya lain.

Keunggulan kompetitif tidaklah tetap sifatnya. Lingkungan persaingan selalu berubah. Kecepatan teknologi digital juga akan membuat adanya persaingan tontonan baru yang hadir yang disandingkan dengan seni tari.

Dulu kita membaca buku Michael Porter yang membincang keunggulan kompetitif. Saat ini, keunggulan kompetitif banyak terkait dengan inovasi, kreativitas, kecepatan berubah dan beradaptasi, 'branding' yang kuat, dan yang terpenting respons yang baik pada pengalaman pelanggan yang setia.

Saat ini, ekonomi kreatif global lebih berfokus pada pelanggan tinimbang pada kompetisi itu sendiri. Intinya, teori keunggulan kompetitif mungkin sudah berakhir. Ini ada dalam buku "The End of Competitive Advantage: How to Keep Your Strategy Moving as Fast as Your Business" oleh Professor Rita McGrath.

"There are indeed examples of advantages that can be sustained, even today. Capitalizing on deep customer relationships, making highly complicated machines such as airplanes, running a mine, and selling daily necessities such as food are all situations in which some companies have been able to exploit an advantage for some time. But in more and more sectors, and for more and more businesses, this is not what the world looks like any more. Music, high technology, travel, communication, consumer electronics, the automobile business, and even education are facing situations in which advantages are copied quickly, technology changes, or customers seek other alternatives and things move on."

Inti dari pandangan di atas adalah bahwa, membangun relasi secara mendalam dengan pelanggan adalah penting. Keunggulan kompetitif akan secara cepat ditiru. Perubahan teknologi akan membuat pelanggan akan mencari alternatif. Ini acuan yang menarik. 

Sebagai contoah, adalah pagelaran Sendratari Ramayana di Prambanan yang saya sempat tontonih dari 7 kali. Saya mengamati terdapat perubahan. Misalnya, saat episode Anoman Obong, panggung terbuka mempertontonkan panggung yang melibatkan api karena Anoman sang kera putih dibakar di hutan. Ini suatu kemajuan karena membuat tontonan menjadi dramatis. 

Ini bisa kita bandingkan dengan pertujukan wayang orang di Sriwedari Solo. Ketika pertunjukkan adalah dengan lakon Anoman Obong sebagai bagian dari Ramayana, saya melihat bahwa teknologi yang dipakai adalah masih sederhana. Pada awalnya, api digambarkan dengan gambar api diberi penyinaran tertentu, kemudian berkembang dengan kepulan asap. 

Namun demikian, kemajuan seperti pada pertujukan Ramayana di Prambanan dan juga di Wayang Orang Sriwedari itu juga akan membutuhkan inovasi lagi. 

Sumber Daya Seni Tari Apakah Memadai Sebagai Keunggulan Kompetitif Sumber Daya Manusia Kita?
Untuk meningkatkan SDM tari, di Indonesia, terdapat 9 Universitas dengan jurusan seni, termasuk seni tari.

Mereka adalah Institut Seni Budaya Indonesia Aceh, Institut Seni Indonesia Padang Panjang, Institut Seni Budaya Indonesia Bandung, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Institut Seni Indonesia Surakarta, Institut Seni Indonesia Denpasar, Institut Seni Budaya Indonesia Kalimantan Timur, Institut Seni Budaya Indonesia Sulawesi Selatan, dan Institut Seni Budaya Indonesia Tanah Papua.

Dengan kekayaan tarian dari berbagai suku di Indonesia yang kita miliki, maka 9 universitas itu tidaklah cukup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun