Dadaku senang. Meski tak paham apa itu belis yang mahal, dan aku hanya berharap apa yang kau kirim sepadan dengan tenun yang kubuat berbulan untukmu.
Lalu laki laki lain berdatangan membawa Mamoli, Laluamah, pedang dan juga parang.
Dan, tiba hari yang kutunggu. Di antara degub jantungku dan rasaku yang mengharu, ada hentakan tetabuhan bertalu bersama genderang.
Kutahu kau akan hadir di depanku.
Kikuk malu aku menunggu bersama para perempuan yang ramai menggodaku sambil sibuk menata berulang panganan yang sebetulnya sudah rapi, siap  dihidangkan.
Dan anganku pergi bermain bersama mimpiku, "Bukankah aku kan jadi sang Ratu rindumu?"
Lelah mataku tak berkedip, ingin pastikan kau lihat tenun Pahikung indah rapi yang dibawa para hamba di atas nampan berjenjang.
"Lihatlah itu!", bisik hatiku " Itu kutenun dalam cinta dan namamu, dan dengan helai helai benang penuh gulungan rasa hatiku berminggu bulan".
Jantungkupun bagai melompat ke  ujung kakiku,  ketika ayah berkata bahwa kau hadir ada di antara puluhan laki laki yang duduk bersimpuh di antara sirih pinang dan tembakau.Â
Hidangan babi diedarkan, dan moke minuman para lelaki disulang. Â
Tapi pesta tak kunjung usai, meski tembakau dan sirih pinang telah hampir habis dihidangkan.