Menteri Milenial Boleh Saja. Cukup Gila Ga?!
Begitu banyak artikel tentang usulan nama nama anggota Kabinet Jokowi ke depan. Kali ini saya mengusulkan beberapa nama saja. Tentu deretan panjang memerlukan penelitian cukup lama pula. Nama nama yang saya sampaikan di bawah ini adalah nama nama individu yang bisa dianggap gila. Gila karena idenya. Gila karena kerja keras dan ketekunannya. Gila karena berani menerobos isu besar dan berhasil karena keteguhannya. Gila karena tak tergiur duit negara, sementara godaannya meraja lela. Itulah...kita butuh orang gila.Â
Kita sudah mengenal Sri Mulyani dan Susi Pujiastuti yang dalam beberapa hal punya kegilaan kegilaan yang terbukti berdampak nyata bagi masyarakat. Mereka tidak cepat 'mutungan' dan tidak ragu melakukan hal yang benar. Merekapun berani keluar dari zona nyaman.Â
Nah, pertimbangan usulan nama nama di bawah ini juga untuk menerobos persoalan dan PR Jokowi yang sempat tertinggal.Â
Kalau pembaca menilai bahwa usulan saya gila, ya memang ini harus gila. Wong persoalannya gila banget.
1. Tri Mumpuni sebagai Menteri Energi
Saya menduga Tri Mumpuni pernah masuk dalam ajang pencalonan menteri pada kabinet masa SBY maupun Jokowi.
Kiprahnya di sektor enerji terbarukan, khususnya enerji mikro-hidro bukanlah baru. Ia memulai proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mickro Hidro (PLTMH) bersama suaminya, Iskandar Budisaroso Kuntoadji. Merek berkeliling ke desa desa dan memanfaatkan berlimpahnya sumber air namun dengan ironi kondisi desa tanpa listrik.Â
Hal yang menarik, Tri Mumpuni selalu melibatkan masyarakat dalam pembangunan listrik berturbin air. Setelah data dikumpulkan dan rencana dan anggaran disusun, ia mencari dukungan dana untuk pembangunan pembangkit listriknya.
Ia mengelola lembaga IBEKA yang terdiri dai tim teknis dan tim sosial yang bekerja dengan masyarakat. Ia dan lembaga IBEKA berkonsultasi dengan tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat. Selanjutnya organisasi masyarakat dibentuk, dengan kepanitiaan yang terdiri dari ketua hingga operator turbin.
Agar pembangkit listrik tenaga air itu dapat menjalankan fungsinya terus-menerus maka daerah tangkapan air di hulu harus dipertahankan seluas 30 kilometer persegi. Tidak boleh ada penebangan hutan dan vegetasi. Ini memang mempertimbangkan keberlanjutan bentang alamnya.Â
Saya sempat menjadi saksi proyek pekerjaan IBEKA yang didukung oleh lembaga dana yang bekerjasama dengan pemerintah Indonesia pada tahun 2016 sampai 2018. Proyek itu adalah pembangunan PLTMH adalah di wilayah Sumba Timur.
Air mata saya menetes ketika menerima video proses pengerjaan PLTMH yang dibagi oleh mbak Panca, adik Tri Mumpuni. Pemindahan turbin yang melibatkan ratusan orang bukanlah satu satunya hal yang menakjubkan. Bagi masyarakat Sumba Timur, adalah biasa masyarakat bergotong royong untuk memindahkan batu kubur yang berat dan besar. Namun, kerja keras masyarakat untuk mewujudkan adanya listrik yang sudah ditunggu sejak masa kemerdekaan.
Sudah banyak wilayah perdesaan yang telah diterangi kerja bersama Tri Mumpuni dengan IBEKA nya bersama masyarakat.
Yang menarik, Tri Mumpuni menjadikan listrik sebagai sarana. Sementara, tujuan utamanya adalah membangun potensi desa, memberdayakan ekonomi, dan menguasai peradaban masyarakat. Â
Tri Mumpuni tidak hanya mendukung pembangunan mikro-hidro di Indonesia. Kenya, Filipina, dan Ruanda juga sedang dalam proses pembangunannya.
Tak kurang, Obama merekognisi karya dan perjuangan perempuan listrik ini. Donor dari luar negeripun sangat mendukung kerjanya. Apakah pendanaan APBN akan mendukungnya? Ini tantangan.
Saat ini, target enerji berkelanjutan kita terlalu moderat pada 23% di tahun 2025. Penggunaan batu bara yang masih 50% dari sumber enerji Indonesia memang satu tantangan. Perlu politik listrik yang memerdekakan rakyat. Dan, artinya, PLN perlu melepaskan aturan yang mengharuskan semua produsen listrik menjual listriknya melalui PLN. Ini PR Jokowi untuk menjadikan listrik yang memberdayakan.
Sebagai penerima beberapa penghargaan dunia, antara lain Ashden Award 2012, Climate Hero 2005 dari World Wildlife Fund for Nature, Penghargaan Ramon Magsasay 2011, dan Ashoka Fellow saya berharap Tri Mumpuni bisa mendorong agar target Indonesia menjadikan enerji berkelanjutan dapat tercapai dan lebih cepat.Â
2. Prof Dr Siti Musdah Mulia (Menteri Agama)
Dr. Siti Musdah Mulia adalah seorang aktivis hak asasi perempuan. Dia juga perempuan pertama yang menjadi profesor penelitian pada Institut Sains Indonesia. Musdah Mulia adalah dosen politik Islam pada Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Ia juga pimpinan suatu lembaga non pemerintah bernama Konprensi Agama untuk Damai Indonesia.
Ketika Musdah menjabat sabagai Staf Ahli Menteri Agama dan menyusun naskah Hukum Perdata Islam, yang melarang kawin anak dan di sisi lain mengijinkan perkawinan antar keyakinan. Namun, rencana peluncuran program ini diberhentikan karena penolakan beberapa pihak.
Sejak 2000 sampai 2005, ia adalah Kepala Bidang Penelitian pada MUI. Bukunya yang terkenal adalah "Islam Mengkritis Poligami' (2004) dan Islam dan Inspirasi Kesetaraan gender (2005).
Musdah adalah penerima penghargaan International Women of Courage Award pada 2007, Â Yap Thiam Hien Award 2009 dan, Woman of The Year award 2009 dari pemerintah Italia. Tanpa melihat jenis kelaminnya, saya percaya Musdah Mulia punya argumentasi kuat tentang pentingnya kerukunan beragama di Indonesia.
3. Achmad Zaky (Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah)
Nama ini sudah disebut Kompasianer pak dosen Yupiter Gulo pada artikel ini. Saya melihat penggagas Bukalapak ini bukan hanya membangun menara ekonomi bagi dirinya, tetapi ia dengan cerdas membangun ekonomi masyarakat dan usaha kecil serta mikro.Â
Bukalapak adalah platform 'consumers to consumers' -- CTC yang saat ini sangat berhasil membantu jutaan konsumen dan Usaha Kecil Menengah.
Di luar platform Bukalapak yang biasa, saya tertarik pada platform kemitraan yang Bukalapak bangun dengan melibatkan jutaan pedagang warungan. Warung warung itu hanya perlu memberikan KTP, foto dariwarung dan 'geotag' dari warung.
Dengan mengikuti kemitraan, warung warung itu dihubungan dengan 'prinsipal', yaitu perusahaan perusahaan utama seperti Unilever, Indofood dan perusahaan perusaan lain, termasuk pedagang camilan, misalnya, Â dari Malang dan kota kota lain di Indonesia.
Ini berarti besar. Zaky punya pengalaman memotong rantai nilai yang panjang dan memberikan nilai keuntungan yang jauh lebih besar bagi warung. Sudah tentu ini akan jadi tantangan toko toko lain yang harus melewati urutan membeli dari grosir, toko, pasar dan lain lain. Namun, itulah cara ia membantu yang kecil dan terpinggirkan.Â
Soal pendanaan kulakan warung warung, Bukalapak bermitra dengan 'UMI', program pendanaan untuk usaha mikro yang didukung pemerintah. Ini artinya, persoalan UKM terpecahkan dalam satu kerja. Bisnis jalan, UKM hidup, program pemerintah jalan. Cerdas!
Saya memahami bahwa Bukalapak juga memahami rantai nilai produk pertanian. Ini modalitas untuk membangun petani agar memiliki keuntungan yang nyata. Bekerja bersama pengepul dan pedagang adalah sudah biasa bagi tokoh milenial yang berasal dari 'wong ndeso' ini. Pengalaman mereka menjadi saksi bermunculannya 'start up'di bidang pertanian yang dikerjakan millenial urban yang mungkin tidak paham kondisi rantai nilai dan pasar di tingkat lokal dan mematikan 'start up' itu adalah kajian Bukalapak yang menurut saya luar biasa. Beruntung saya mendengar perhitungan perhitungan ini dari tangan pertama.Â
Dalam hal pendidikan, ia tak dapat diragukan. Sempat mewakili SMA nya di Solo dalam the National Science Olympic, untuk bidang ilmu komputer, dan ia menjadi juara di tingkat nasional.
Lalu, pada tahun 2004, Zaky melanjutkan sekolah di fakultas IT di ITB dan dengan IP 4.00 di semester 1 nya dan IP tinggi di semester berikutnya.
Ia menggagas Share Global Student Think Tank di IT dan juga the Entrepreneur Club ITB, atau dikenal sebagai Technoentrepreneur Club (TEC ITB). Dia aktif pula di the Amateur Radio Club (ARC) ITB.
Iapun aktif mengkuti berbagai lomba, dan memenangkan kejuaraaan Indosat Wireless Innovation Contest in 2007. Ia pencipta software MobiSurveyor untuk menghitung cepat suatu survai. Panaslah ia mendapatkan penghargaan Merit Award dari the INAICTA competition (Indonesia ICT Awards) pada 2008.
Zaky menerima bea siswa dari Oregon State University untuk bersekolah selama 2 bulan di tahun 2008 dan mewakili IT the Harvard National Model United Nations di tahun 2009.
Jadi, Zaky tidak takut berlomba. Ia adalah seorang petarung dalam dunia ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan, koperasi dan UKm tidaklah harus nestapa dan 'nglokro' serta 'minderan'. Jadikan ekonomi kerakyatan petarung tangguh di perekonominan tingkat Indonesia dan global. Itu mestinya yang jadi tuntuannya.
Kelindan antara kerja mendukung UKM, teknologi informasi, inovasi dan kecerdasan milenial sangat tepat menembus arus ekonomi global akan menjadi modal kuatnya.
Posisi Zaky sebagai Menteri Koperasi dan UKM akan sangat tepat.Â
4. Ahok - Â Basuki Cahaya Purnama (Menteri Pembangunan Desa dan Daerah Tertinggal)
Nah, siapa yang tak kenal Ahok atau BTP? Sepak terjang dan prestasinya sudah kita kenal. Usulan saya, ia menjadi menteri Pembangunan Desa dan Daerah Tertinggal.Â
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat 83.931 wilayah administrasi setingkat desa di Indonesia pada 2018. Jumlah tersebut terdiri atas 75.436 desa (74.517 desa dan 919 nagari di Sumatera Barat), kemudian 8.444 kelurahan serta 51 Unit Permukiman Transmigrasi (UPT)/Satuan Permukiman Transmigrasi ( katada.com).
Program pembangunan Bumdes dan penggunaan Dana Desa membutuhkan orang yang berpikir intratif sekaligus visioner dan berani lakukan lompatan besar.
Ia bisa menggali kecerdasan dan kreativitas dalam memecahkan persoalan persoalan pelik karena keterpencilan wilayah Indonesia. Ia akan piawai pula membangun kemitraan berbagai pihak, termasuk swasta untuk menjadikan wilayah terpencil lebih maju dan manusiawi.
Kementrian ini ta boleh dikelola ganya seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat.Â
Saat ini Kementrian Pembangunan Desa dan Daerah terpencil dan Transmigrasi mengelola banyak program yang seharusnya bisa baik, antara lain Bumdes, revitalisasi pasar desa, Nawakerja dengan jaringan online....Itu semua tidak mudah karena artinya menghidupkan dan membangun/merekonstruksi rantai nilai ekonomi desa agar masyarakat paling bahwa mendapatkan keuntungan ekonomi. Sturktur ekonomi yang direkonstruksi ini banyak musuhnya, mulai dari monopolis, duopolis dan pemain besar.Â
Konektivitas antar wilayah bukan hanya soal infrastruktur fidik tetapi infrastrujtur ekonomi sosial dan pengetahun rantai nilai.Â
Koordinasi dengan kementrian Kimpraswil dan Perdagangan serta BKPM/BKPMD menjadi keniscayaan. Kemitraan dengan Bank bank dan pemilik modal dll bakal jadi tuntutan. Adanya piranti keuangan yang beragam di tingkat lokal berupa obligasi daerah, di samping dana desa akan terjadi...cepat atau lambat.
Nah itu sulit kan? Tantangannya gurita seluruh negeri....
Sebetulnya orang seperti BTP bisa menjabat posisi di banyak jabatan. Beri ia pekerjaan yang sulit, yang orang lain tidak bisa pecahkan. Ketua KPK. Pimpinan BPJS. Apa lagi?
Pengalaman menjadi anggota DPRD sudah dikenal. Sementara sederetan panjang penghargaan yang ia terima bolehlah kita ingat kembali. Sebut saja penghargaan dari WWF untuk Komitmen penurunan emisi karnon  di beberapa sektor, penghargaan dari PT Telkom untuk Konektivitas Infrastruktur terbaik,  Penghargaan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau DKI 2015, Penghargaan  perencanaan terbaik dari Bappenas, Penghargaain peraih MDG terbaik dan Penghargaan pencapaian indikator MDG dari Bappenas, Penghargaan dari KPK dalam pengendalian  korupsi Pemda dari KPK.Â
5. Profesor Felix Tani (Menteri Pertanian atau Menteri Pembangunan Desa)Â
Kita kenal Kompasianer Profesor Felix Tani, kan? Memang saya belum berhasil membongkar CV nya, tetapi krebilitas atas tulisan dan analisisnya sangat baik untuk posisi Menteri Pertanian. Sayapun belum pernah melihat wajahnya. Tapi, boleh kita calonkan dan mohon tim Jokowi menelaahnya. Saya menduga, beliau adalah doktor yang mengawali kuliahnya di IPB.Â
Pengetahuan pertanian, psikhologi sosial, antropologi pembangunan yang pro 'wong cilik' dan perempuan terbukti dituliskan berdasarkan pengalaman empiris dan riset. Artinya, ia bukanlah tokoh fiktif yang cuma aktif di dunia maya.Â
Isu pertanian, pangan dan tenurial berkelindan membawa isu ketidakadilan gender dan kemiskinan  adalah area yang saya rasa Prof Felix tani bisa memberikan solusi.Â
Ini semua membantu menjawab prinsip membangun dari pinggir yang diusung Jokowi, yang pada periode pertama belum optimal.Â
Nah...jabatan Menteri adalah jabatan teknis dan professional serta manajemen. Bukan jabatan politis. Kalau argumentasi anda menolak nama nama di atas berdasar alasan politis ...yah meleset dong! Soal bagi bagi kursi dengan partai itu, duh, sejujurnya bikin sesak napas. Rakyat juga 'mblenger' dengan ulang partai politik yang selalu 'rayahan' kursi. Saya rasa Pak Jokowi perlu tegas kali ini. 'Nothing to loose', pak.Â
Usulan usulan ini mungkin nampak gila. Namun, bukankah hanya dengan kegilaan kita menjadi waras di antara persoalan dan konteks Indonesia yang kompleks ini.Â
Data Desa https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/06/13/berapa-jumlah-desa-di-indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H