Perkebunan Kopi di Indonesia mencapai luasan sekitar 1,24 juta hektar dan dapat ditemukan di Sumatera, dan wilayah Indonesia lain. Terdapat berbagai kjenis kopi spesialitis, seperti kopi Gayo, Bali, Mandailing, Lampung, Wamena, Bajawa, Toraja, dan juga kopi Luwak. Kopi Luwak dijual relatif lebih mahal dari kopi yang lain.
Kopi di Indonesia diproduksi oleh sekitar 1,97 juta perkebunan kopi rakyat, dan hanya sekitar 15 % diproduksi oleh perusahaan kopi yang relatif besar.
Hegemoni KopiÂ
Bila ditelisik dari sejarah dan tipologi pemain di industri kopi, kita melihat relasi kuasa yang tak seimbang. Diawali dengan kekuasaan dagang penjajah Belanda, menempatkan warga Indonesia sebagai buruh kebun kopi.Â
Dalam hal rantai nilai, kopi di wilayah Sumatera, khususnya Takengon dan Bener Meriah dieksport oleh petani yang telah membentu koperasi ke banyak negara dalam bentuk biji kopi.
Dinamika koperasi pun juga beragam. Terdapat koperasi yang telah menjalankan prinsip koperasi sehingga petani mendapatkan keuntungan yang cukup besar.
Bahkan, terdapat koperasi yang diketuai oleh Perempuan yang mengekspor dalam jumlah besar ke Eropa dan Amerika Utara.
Namun, tidak sedikti koperasi masih beroperasi sebagai perusahaan swasta, sehingga petani lebih merupakan pekerja atau buruh.
Sementara di wilayah Sulawesi, kopi biasanya dibeli oleh beberapa perusahaan besar atau oligopsonis, dan disalurkan ke Starbucks. Perbedaan ini tentu menentukan siapa yang mendapat keuntungan utama.
Pada kasus di Sulawesi, keuntungan terbesar ada di tangan pedagang dan 'roaster'.
Di dalam perkembangan kopi di tingkat konsumsi, pedagang dan pemilik modal asing masuk di antara keramaian warung dan kedai kopi lokal dalam bentuk Cafe Shop dengan menu kopi barat. Cappucinno, cafe lattee, espresso, dan jenis kopi lain ada di deretan menu.