Di Mana Perubahan itu Harus Terjadi?
Secara umum, H&M dan Zara dipandang sebagai perusahaan Fesyen Cepat yang mencoba mendorong keberlanjutan. Namun semestinya perusahaan bisa berbuat lebih banyak, demikian Elizabeth Cline, penulis dari "Overdressed: The Shockingly High Cost of Cheap Fashion".
Elizabeth meilhat bahwa bila industri hendak merubah dengan signifikan, mereka semestinya membuat perubahan di tingkat pabrik dan bukan hanya bergerak di tataran gudang dan logistik.
Kontribusi proses produksi baju pada keseluruhan dampak perubahan iklim pada sektor ini adalah sekitar 97% (2016). Namun, pada umumnya industri terpisah dari siapa yang mengelola pabrik dan produksi.Â
Kecil sekali yang bisa dilakukan perusahaan bermerek itu karena proses produksi di pabrik dan di rumah rumah masyarakat miskin di beberapa negara yang menjadi lokus dari produksi. Sementara kemampuan perusahaan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah dari lokasi pabrik juga kecil.
Untuk Indonesia sendiri, informasi terkait industri rumahan hampir tidak ada. Karena bersifat informal dan pemerintah tidak memiliki data, nyaris taka da yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk melindungi masyarakat miskin, perempuan dan anak perempuan yang bekerja di industri rumahan untuk merek merek terkenal dari Fesyen Cepat ini.
Itulah makanya menjadi penting bagi Presiden terpilih untuk memilih menteri tenaga kerja yang paham isu isu global dan meterjemahkan ke dalam konteks nasional dan lokal. Kalau Kementrian Tenaga Kerja masih selalu dianggap kementrian yang tidak penting dan dalam posisi dinegosiasikan dengan partai koalisi, repotlah sudah.Â
Apa yang Bisa Kita Lakukan?Â
Bila kita memahami bahwa mengenakan produk Fesyen Cepat tidaklah hanya membayar seharga uang yang kita berikan kepada gerai gerai atau secara online, bagaimana cara kita menyiasati hal ini?
1. Coba pikirkan kembali tentang perlunya Fesyen Beretika yang berkelanjutan. Artinya, kita sebagai pembeli baju perlu paham apa dan bagaimana yang terjadi di balik suatu produksi. Adalah baik bila kita tahu siapa yang mengerjakan baju kita.Â
Apakah itu penjahit atau mereka yang menenun atau membatik. Ini tentu bisa memastikan bahwa kita membeli barang yang tidak merugikan orang lain.Â
Sebetulnya, semua agama kita memang mengajarkan kebaikan semacam ini. Namun, pada prakteknya, kita begitu mudah melakukan kesalahan dengan meyakiti orang lain melalui produk yang kita beli, dengan alasan 'saya ga punya duit banyak kok'. Ini saya dengar dan baca hampir setiap hari. Padahal tidak semua hal urusannya dengan duit.
2. Investasikan pada kualitas, bukan pada jumlah. Kita memang membeli baju dengan uang yang terbatas kita miliki. Namun, membeli banyak baju dengan cara menekan harga barang tanpa memikirkan kualitas juga hanya akan memberi penampakan luar saja bagi kita. Bagaimana bila kita membeli baju dengan jumlah lebih sedikit tetapi berkualitas? Baju baju ini akan lebih awet.