Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Polinasi, Kisah Percintaan Alam untuk Pembangunan Berkelanjutan

29 Mei 2019   05:15 Diperbarui: 31 Mei 2019   08:35 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bunga Kecubung Menanti Hadirnya Polinator untuk pertemukan bubuk sari jatuh ke putik (Dokumentasi Pribadi)

Pollinator dan Keberbagaiannya? 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Secara natural, bunga dan tanaman memiliki kemampuan dan daya tarik untuk mengundang Pollinator hadir ke bunga bunga. Warna dan aroma serta bentuk dari bunga dan bunga sari ternyata sangat mengundang Pollinator. Ini merupakan insentif bagi Pollinator yang punya selera berbeda tentang warna, bentuk dan bau tertentu.

Beberapa negara membuat kebijakan dan strategi untuk melindungi Pollinator. The Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES), merilis studi yang menunjukkan bahwa 75% dari tumubuhan pangan kita dan 90% dari tanaman bunga liar kita tergantung pada polinasi binatang untuk bisa berkembang biak dan bereproduksi. 

Selanjutnya, studi menghitung bahwa nilai tanaman di seluruh dunia yang tergantung pada Pllinator diperkirakan adalah sekitar $ 577 milyar. Tidak memadainya Pllinators, diperkirakan terdapat kerugian ekonomi senilai sekitar $ 16 juta sampau $ 191 juta per tahunnya.

Bumblebee dan Bunga Terompet di Rumah Adik Saya (Dokumentasi Pribadi)
Bumblebee dan Bunga Terompet di Rumah Adik Saya (Dokumentasi Pribadi)
Pollinator tidak hanya berjasa dalam menghasilkan makanan, tetapi juga obat obatan, biodiesel, serat kain dan juga materi konstruksi.

Jadi, layanan polinasi bisa dikatakan sebagai faktor input di sektor pertanian yang memasitkan adanya produksi tanaman tanaman. Semua petani, terutama petani kecil dan keluarga petani di seluruh dunia mendapat manfaat dari layanan ini. Ini juga menjadi perhatian lembaga Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) yang bertanggung jawab untuk pangan, Food and Agriculture Organization (FAO). 

Cara pandang ini tentu menggeser teori faktor produksi pertanian moderen yang sangat begantung pada faktor input yang biasanya ciptaan manusia, seperti pupuk dan pestisida serta proses yang dibantu manusia. Padahal alam memiliki pula cara cara natural yang penuh keajaiban. 

Ketersediaan dan keberagaman Pollinator memiliki dampak positif langsung pada hasil pertanian. Ini sangat menunjang adanya ketahanan pangan dan gizi. Artinya, melindungi Pollinator sama dengan mendorong upaya mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Kupu kupu di suatu vihara di Ayuthayya Siam (Dokumentasi Pribadi)
Kupu kupu di suatu vihara di Ayuthayya Siam (Dokumentasi Pribadi)
Dalam realitanya, mayoritas spesies Pollinator adalah liar. Ini termasuk 20.000 jenis spesies lebah, lalat, kupu kupu, ngengat, semut, burung, kelelawar, dan serangga.

Studi menunjukkan bahwa 16 % dari Pollinator jenis vertebrata dan lebih dari 40% pollinator jenis invertebrate menghadapi ancaman kepunahan global.

Untuk itu, upaya upaya pencegahan dilakukan, antara lain mendorong pertanian berkelanjutan, menciptakan dan memastikan habitat Pollinator terjaga, dengan menggunakan pengetahuan asli atau tradisional dengan mengurangi penggunaan pestisida.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun