Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Mau Dipaksa atau Terpaksa Golput!

15 April 2019   11:20 Diperbarui: 15 April 2019   20:58 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari Foto pada koranjakarta.com

Saya melihat KPU banyak memfokuskan sosialisasi pemilu dan pendidikan pemilihnya pada pemilih pemula. Tetapi, sebetulnya Pemilu 2019 adalah baru bagi semua warga. 

Apakah memilih Presiden dan Calon Presiden dan sekaligus anggota DPR Tingkat Nasional, DPR Tingkat 1 dan Tingkat 2 serta DPR secara sekaligus mudah dipahami oleh mama mama di beberapa wilayah terpencil? 

Pendaftaran Pemilih 'Voter Registration" - Bagaimana Memperbaikinya?

Dari beberapa laporan media tentang pelaksanaan Pemilu di luar negeri serta ulasan kawan kawan Kompasianer, persoalan administrasi pendaftaran nampaknya menjadi isu kritikal. 

Isu pendaftaran Pemilu sebetulnya sudah menjadi bagian dari agenda yang terus menerus diperbaiki sejak Pemilu 1999, namun berbagai tantangan juga masih mengemuka. Pendaftaran dan pengadministrasian pemilu atau 'voter registration and administraion' selalu menjadi agenda yang terus diperbaiki. 

KPU juga telah mengadakan kerjasama dengan beberapa komisi pemilu dari beberapa lembaga dan komisi pemilu dari berbagai negara, termasuk International Foundation for Electoral System (IFES) dan Australia Electoral Commision (AEC) untuk kepentingan perbaikan Pemilu kita. 

Pengalaman pelaksanaan Pemilu di berbagai negara negara yang berhasil menjalankan Pemilu dengan rapi mungkin perlu kita jadikan referensi dalam memperbaiki pendaftaran dan pengadministrasian Pemilu. 

Di bawah ini adalah beberapa pengalaman Amerika dan juga beberapa negara yang baru saja menjalankan Pemilu, terkait pendaftaran pemilih agar partisipasi pemilih tinggi dan membuat proses pemilihan menjadi lebih nyaman. 

  1. Sederhanakan proses registrasi dengan pendaftaran pemilih secara otomatis. Layanan pendaftaran pada hari yang sama atau sering disebut sebagai 'same-day voter registration (SDR) " bisa ditempuh. Pendaftaran khusus perlu dibuat bagi warga muda yang memasuki usia 17 tahun melalui pendaftaran online. Di Amerika, sistem SDR membuat adanya peningkatan pemilih sebesar 5%.
  2. Pelaksanan pencoblosan secara online melalui pusat pemilihan 'vote center'. Studi di Georgia menunjukkan bahwa sekitar 71% dari mereka yang mendaftarkan diri secara online ternyata memilih. Ini juga akan memecahkan persoalan untuk warga yang punya hak pilih tetapi berhalangan. Kita telah berkali kali membaca tentang jumlah warga ingin dan hendak mencoblos tetapi terhalang persoalan administrasi, yaitu tidak terdaftar atau tidak menerima surat panggilan ke TPS. Warga bisa juga tidak memilih karena sedang sakit atau sedang di luar negeri dan tidak ada TPS yang dekat dengan lokasi.). Diberitakan bahwa sekitar 29.000 mahasiswa Universitas Brawijaya memiliki potensi Golput karena hanya diberi satu hari libur yang tidak memungkinkan mereka melakukan hak pilih di kota asalnya (Tempo,7 Februari 2019)
  3. Pemilihan awal sebelum hari H. Pemilihan awal dicatat mampu meningkatkan sekitar 2 sampai 4%. Memang terdapat studi di Amerika pada thaun 2018 yang menunjukkan bahwa pemilihan awal menurunkan total jumlah pemilih karena isu lupa dan lain lain. Namun, studi mengatakan bahwa dengan mobiliisasi dan kampanye, pemilihan awal malah bisa meningkatkan jumlah pemilih. Dengan cara ini pemilih yang berhalangan untuk hadir di TPS pada 17 April 2019 bisa melakukan haknya. Pemilih dapat memilih dan mengirimkan kertas pemilihan melalui kantor pos.
  4. Penyediaan sumber daya (manusia dan dokumen serta kartu pemilihan) yang memadai di hari H. Soal penyediaan kartu pemilih, perhitungannya tentu ada pada KPU. Saya yakin banyak relawan kita yang bersedia mememberikan waktu untuk membantu jalannya Pemilu.
  5. Pastikan hak warga yang tidak bisa ke TPS bagi orang yang berhalangan karena alasan sakit dan harus dirawat di Rumah Sakit atau mereka yang sedang berada menjalankan hukuman di Lembaga Pemasyarakatan;
  6. Pastikan adanya edukasi pemilih di sekolah dan di tingkat masyarakat. Secara pribadi saya meilihay edukasi atau pendidikan pemilih pada Pemilu 2019 tidak terlalu banyak ditemukan. Hal ini berbeda dengan pada saat Pemilu tahun 1999, 2004 dan 2009. Kala itu, terdapat cukup banyak lembaga donor dan lembaga swadaya masyarakat yang memiliki program untuk menyelenggarakan pendidikan atau edukasi pemilih.
  7. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam persiapan dan proses Pemilu

Butir butir di atas adalah hal penting yang secara umum untuk meningkatkan pemilih mendaftar. Apa tantangannya? 

Pemilu tinggal hitungan jam. Di menit menit terakhir ini, saya hanya bisa berharap KPU meningkatkan kordinasi pelaksanaan Pemilu 27 April 2019. Bawaslu dan jaringan pengawas pemilu di seluruh negeru perlu aktif memantau persiapan akhir, pelaksanaan dan penghitungan kartu suara nantinya. 

KPU mungkin perlu mempertimbangkan adanya Pemilu susulan bagi warga RI di luar negeri (mislanya di kasus Hongkong) yang gagal nyoblos. Ini urgen juga karena banyak kasus bukan karena kesalahan warga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun