Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sulit Pahami Isu Perubahan Iklim? Yuk, Kita Coba Ini!

25 Maret 2019   06:30 Diperbarui: 26 Maret 2019   17:51 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Produksi Amplang Ibu ibu Tanjung Batu (Javlec)

Sebagai bagian dari strategi pemasaran, maka 'wood pellet' dipasarkan berikut kompor 'wood pellet'. "Wood pellet dapat menjadi pengganti gas elpiji. Mengingat gas elpiji saat ini nyaris tanpa subsidi pemerintah, maka 'wood pellter' dinilai dapat menjadi enerji alternatif", ujar pak Daru.  Studi menunjukkan bahwa terdapat sekitar 40 sampai 50% penghematan biaya pembakaran dengan menggunakan 'wood pellet' dibandingkan dengan bahan bakar elpiji. Ini mengurangi penggunaan bakan bakar fosil.

Banyak Isu, Apa Solusinya?
Memang masih banyak isu perubahan iklim. Sementara masih terbatas solusinya. Kisah Mama Mama di Sumba Barat Daya sangat mengganggu saya. Saya menerima informasi suatu mitra program bahwa mama mama di suatu wilayah program mitra di Sumba Barat Daya dipukul suami karena tidak bisa hidangkan makanan di meja.

Memang kasus kekerasan terhadap perempuan di sana tinggi, namun rupanya ada pergerseran musim dan tim pelaksana tender bibit jagung tidak paham ini. Mama mama terlambat terima bibit jagung.

Mama tidak tanam dan tidak panen. Ini membawa dampak bukan hanya pada ketahanan pangan keluarga tetapi juga pada keselamatan perempuan. Terdapat Studi 'Pilihan Adaptasi perubahan Iklim -- Nusa Tenggara Timur" yang melibatkan 95 orang petani yang rata rata menjadi petani sekitar 25,6 tahun dan dilaporkan bahwa 97% responden merubah jadwal tanam yaitu tanam 60 hari lebih awal. Ini riil.

Peristiwa banjir bandang di banyak wilayah, termasuk di Sentani, Ngawi, Sukabumi dan lainnya mestinya juga menjadi pembelajaran mahal. Ini saya tulis pada 2 artikel saya terdahulu. Kita tidak bisa hanya mempersalahkan curah hujan tinggi. Ada persoalan persoalan lain yang perlu dipahami dan dicari jalan mitigasinya. Agar masyarakat mampu bertahan. 

Pengetahuan tradisional serta pengalaman personal masyarakat lokal dapat membantu dengan lebih baik dan kongkrit mengkomunikasikan perubahan iklim dan dampaknya pada masyarakat, baik di pesisir, pegunungan maupun di wilayah kapur. Adakah kawan kawan Kompasianer yang punya contoh lain?.

Pustaka : 1. Perubahan Iklim dan Komunikasi; 2 . Perubahan Iklim; 3) Wood Pellet 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun