Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Teroris dengan Bom Waktu Itu Bernama Banjir Bandang

19 Maret 2019   08:52 Diperbarui: 6 April 2021   11:36 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banjir Bandang Sumbar (Pekanbaru.Tribunnews.com)

Belum selesai oleh guncangan tindak teroris di Selandia Baru dengan korban 50 orang meninggal dan 48 orang luka luka, kita dikejutkan oleh teror di kereta trem di Belanda. Diberitakan, teror menyebabkan 3 orang meninggal dan 9 orang luka.Kita semua berduka. Kita mengutuk tindak terorisme tersebut. Kita doakan semoga korban yang meninggal diterima di sisi Allah swt. Semoga keluarga yang ditinggalkan mendapat kekuatan. Juga, kita doakan semoga korban yang terluka segera sembuh dan pulih.

Kehilangan orang yang kita sayangi dalam peristiwa semacam ini tentu meninggalkan luka yang lama bagi keluarganya. Tidak hanya itu, kejadian terorisme melukai kita semua.

Kita memahami bahwa teror adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang,  aksi terorisme tidak tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil (id. wikipedia.org).

Pada saat yang sama, kita juga melihat begitu banyak korban yang meninggal dan luka pada peristiwa bencana banjir bandang di beberapa wilayah Indonesia. Analis lingkungan menyebut banjir bandang ini akibat ulah manusia. Sebarapa banyak kita mengenal banjir bandang ini?

Banjir Bandang dan Tanah Longsor Sukabumi 2017 (Breakingnews.com)
Banjir Bandang dan Tanah Longsor Sukabumi 2017 (Breakingnews.com)
Banjir Bandang Bandung (Tempo.com)
Banjir Bandang Bandung (Tempo.com)
Banjir Bandang Sumbar (Pekanbaru.Tribunnews.com)
Banjir Bandang Sumbar (Pekanbaru.Tribunnews.com)
Banjir Bandang Mandailing Natal, Oktober 2018 (Ist, Baliberkarya.com)
Banjir Bandang Mandailing Natal, Oktober 2018 (Ist, Baliberkarya.com)
Apa itu banjir bandang? 

Banjir bandang atau air bah adalah banjir besar yang datang secara tiba-tiba dengan meluap, menggenangi, dan mengalir deras menghanyutkan benda-benda besar (seperti kayu dan sebagainya), karena adanya hujan yang turun terus-menerus. (wikipedia).  

Yang membedakan banjir bandang dengan banjir biasa adalah waktu yang berlangsung sangat cepat, bisa kurang dari 6 jam. Banjir bandang akan menyapu lahan yang dilandanya dengan kecepatan aliran sungai yang cukup tinggi. Tinggi permukaan gelombang banjir bandang dapat berkisar 3 sampai dengan 6 meter. Hujan yang menimbulkan banjir bandang dapat memicu terjadinya longsoran lereng dan tebing yang menimbulkan bencana. 

Penyebab banjir bandang dan tanah longsor pada umumnya melibatkan kombinasi faktor faktor seperti deforestasi dan koversi lahan yang menyebabkan lahan yang semula hutan menjadi gundul karena dipanen kayunya atau dipergunakan untuk pemukiman atau kebun sayur. Konversi fungsi lahan ini menjadikan tanah tidak mampu menangkap dan menahan air. Jebolnya tanggul di bantaran suangai bisa juga menjadi penyebab. 

Adanya curah hujan tinggi dengan waktu cukup lama menambah persoalan. Ini bisa menjadi masalah ketika curah hujan tinggi terjadi di suatu aluran sungai. Sungai menjadi meluap akibat debit air berada di luar kapasitas. Karena besarnya debit dan kecepatan alirannya banjir bandang dapat mengangkut bebatuan, lumpur yang dierosinya dari tebing maupun deposit sedimen pada dasar alur dan debris lain seperti batang pepohonan yang tercerabut, dan akan menyapu daerah.

Adanya peristiwa banjir bandang yang sebagian besar penyebabnya adalah ulah manusia atau 'man made', kita melihat adanya kesalahan manusia dan juga kegagalan sistem lingkungan yang ada. Isu yang ada muncul secara akumulatif dari tata kelola hutan, konversi lahan, penggundulan hutan, pembangunan infrastruktur, dan ditambah dengan perubahan iklim, yang selanjutnya secara bersama dan 'keroyokan' membawa akibat kematian dan kerusakan alam yang besar. Ini bukan hanya peristiwa satu dua hari. Semuanya terjadi akibat eksploitasi hutan dan lahan yang terjadi setiap hari, selama bertahun tahun.  

Banjir Bandang yang Terjadi Akhir Akhir ini di Indonesia 

Banjir bandang yang terjadi di Sentani hari Minggu 16 Maret 2019 dikabarkan telah menelan korban jiwa 82 orang, korban luka berat 84 orang dan korban luka ringan 75 orang (Kompas.com, 18 Maret 2019). Pencarian korban masih dilanjutkan. Dikhawatirkan, korban akan bertambah. 

Banjir bandang banyak sekali terjadi di negeri ini. Di tahun 2019 saja, kita sudah mengalaminya. Di Manggarai barat, banjir bandang dan tanah longsor terjadi pada 7 Maret 2019. BNPB menginformasikan 7 Orang meninggal dunia, 1 orang hilang dan 3 orang luka luka. Di Bandung, banjir bandang terjadi pada 9 Februari 2019 dan mengakibatkan 3 orang korban meninggal, 1 di antaranya adalah bayi. Media melaporkan adanya trauma di kalangan korban banjir bandang ini (kompas.com, 10 Februari 2019).

Statistik bencana yang dikeluarkan BNPB pada 2018 di tanggal 25 Oktober 2018 menunjukkan bahwa selama tahun 2018 terdapat beberapa bencana banjir bandang yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian besar. Banjir bandang di Lampung Tengah terjadi pada 26 Februari 2018 dan menyebabkan 7 orang meninggal dunia. Tanah longsor di Brebes, Jawa Tengah terjadi pada 22 Pebruari 2018 dan menyebabkan 11 orang meninggal dunia dan 7 orang hilang. Banjir bandang di Mandailing Natal terjadi pada 12 Oktober 2018 dan menyebabkan 17 orang meninggal dunia dan 2 orang hilang.

Masih terdapat banyak lagi peristiwa banjir bandang dengan jumlah korban meninggal dan luka yang tidak diuraikan di sini. Namun, dari uraian di atas saja kita dapat menghitung secara random, setidaknya terdapat 127 korban meninggal dari peristiwa banjir bandang di atas.

Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Danis H. Sumadilaga menyampaikan perkiraan kerugian ekonomi akibat banjir dan longsor yang terjadi di beberapa daerah yang mencapai triliunan rupiah. Bencana banjir dan longsor yang terjadi di Madiun, Yogyakarta, dan Sentani diyakini merusak sejumlah infrastruktur dengan kerugian ekonomi sebersar trilunan rupiah. Kita belum mendata kerusakan kerusakan sosial yang diakibatkan oleh tidak berfungsinya sekolah, puskesmas, dan layanan publik lainnya (Tempo,com).

BNPB memberitakan bahwa banjir bandang yang terjadi di Sentani dan juga di beberapa wilayah Indonesia lainnya adalah karena kesalahan manusia. Pada umumnya banjir bandang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi ditambah dengan adanya perambahan hutan dan penggunaan lahan untuk pemukiman, pembangunan infrastruktur yang gegabah, dan juga penambangan penambangan, termasuk di dalamnya penambangan galian C. Ini semua telah terjadi selama bertahun tahun. Jadi, bencana bencana ini bukan disebabkan oleh kejadian yang baru saja terjadi. 

Pada umumnya, banjir bandang yang terjadi juga telah memiliki sejarah. Banjir bandang Sentani, misalnya, pernah terjadi di tahun 2003 dan tahun 2017. Hal yang menyedihkan adalah berita banjir dan tanah longsor di wilayah Jayapura sudah pula dilaporkan pada 23 Februari 2019. Meski tidak dilaporkan korban meninggal, dilaporkan bahwa 1.300 orang terdampak. Artinya, peristiwa ini berulang terjadi. Namun kesiapan dan kesadaran para pihak tak terbangun. 

Banjir Bandang, Korupsi dan Kemiskinan

Terdapat kaitan antara isu banjir bandang dan kemiskinan. Peristiwa banjir di Kerala, India yang terjadi pada tahun 2018 memakan korban jiwa berjumlah lebih dari 70 orang . Bencana ini juga disebut sebagai bencana karena ulah manusia. Di seluruh Asia Selatan, khususnya di India utara, Nepal dan Bangladesh tan dan Nepal, banjir dan banjir bandang seta tanah longsor telah menyabut 1.200 nyawa di tahun 2017. Empat puluh satu (41 ) juta warga di ketiga negara terdampak. Suatu implikasi yang besar.

Banjir Bandang Bangladesh (ab.net.au)
Banjir Bandang Bangladesh (ab.net.au)
Beberapa studi menyebutkan adanya siklus tak putus antara kemiskinan, bencana alam yang dibuat manusia seperti banjir bandang, dan kemiskinan yang disebabkan olehnya.  Banjir bandang tidaklah disebabkan oleh perambahan hutan kecil kecilan oleh masyarakat kecil, tetapi disebabkan oleh tata kelola yang tidak berjalan baik, yang didalamnya melibatkan korupsi, pelanggaran dan pengelolaan sumber daya alam yang tidak berkelanjutan.  Sementara, masyarakat miskin yang tidak mendapat akses pada informasi dan pengetahuan tentang bahaya dari perambahan hutan dan lahan, selain menjadi lebih miskin setelah mengalami bencana banjir bandang juga menjadi obyek yang dipersalahkan. Pihak yang mengacaukan tata kelola hampir selalu terbebas dari tuduhan.  Studi menunjukkan pula bahwa korban terbesar dari bencana bencana ini adalah perempuan dan anak anak di kalangan keluarga miskin.

Banjir bandang mengambil begitu banyak nyawa dan kerugian ekonomi dan sosial. Karena banjir bandang pada umumnya disebabkan oleh karena ulah  manusia, bukankah artinya manusia semestinya harus bertanggung jawab pada ini semua? Bertanggung jawab berarti mencegah dan mengatur sedemikian rupa, dan setidaknya mengurangi dan mencegah lebih buruk.  Bila ini terus terjadi, bukankah kita hanya tinggal menunggu saja semua bencana itu terjadi? Ini bagaikan bom waktu yang meledak di saat yang tepat saja. 

Satu hal yang kita sering malu malu mengatakan adalah bahwa banyak sekali banjir bandang yang terjadi karena sejarah korupsi kita pada begitu banyak 'proyek' infrastrukur, tata kota dan pembagian hak tenurial. Korupsi juga berkait dengan sejarah tata kelola hutan kita. Apakah KPK bisa menggeret koruptor yang menyebabkan munculnya banjir bandang banjir bandang ini? Kejahatan ini menyebabkan dosa antar generasi. 

Yang menjadi pertanyaan, seberapa serius kita hendak mengurangi dan mencegah npersoalan "teror" banjir bandang ini?

Studi Bank Dunia pada November 2016 mencatat bahwa banjir bandang dan bencana alam lainnya membuat 26 juta penduduk dunia menjadi jatuh miskin setiap tahunnya. Studi yang melibatkan 177 negara ini menyimpulkan bahwa kerugian ekonominya adalah sekitar US $ 529 juta per tahun. Angka ini 60% lebih tinggi dibandingkan estimasi sebelumya. Studi ini juga menggarisbawahi perubahan iklim yang besar mempengaruhi merosotnya kualitas hidup warga dunia, dengan masyarakat miskin sebagai korban terbesarnya. Membangun masyarakat yang tangguh untuk menghadapi bencana menjadi suatu kewajiban moral kita semua. Persoalan curah hujan tinggi dan bencana yang merupakan sebagian dari perubahan iklim telah saya tulis pada artikel "Jangan Lupa Bicara Perubahan Iklim Ketika Bicara Curah Hujan Meningkat". 

Meski dampak dari banjir bandang tidak bisa dihilangkan begitu saja, perbaikan secara serius atas tata kelola hutan dan lahan, perencanaan dan kesiapsaiagaan bencana sakan sangat membantu peningkatan jumlah korban dan kerugian kerugian ekonomi. Artinya, ini bukan hanya persoalan BNPB dan Basarnas semata. Ini persoalan lintas sektoral Kehutanan, Pertanian, Pertambangan, Pertanian, dan Tenaga Kerja. Dan, mungkin KPK. 

Resiliensi atau daya tahan masyarakat ini perlu dibangun melalui suati sistem kesiapsiagaan bencana yang memadai. Preservasi dan restorasi juga menjadi bagian dari manajemen risiko kebencanaan. Hal hal ini menjadi sangat krusial untuk diintegrasikan dalam rencana pembangunan kota dan ekonomi di wilayah rentan bencana. 

Bila kita tidak perduli akan persoalan banjir bandang sebagai bagian dari ulah manusia yang koruptif, yang mengabaikan lingkngan dan melihat  perubahan iklim sebagai fiksi, maka kita seperti membiarkan teroris dengan bom waktu menghancurkan dunia. 

Pustaka : 1. Banjir Sentani, 2. Banjir Bandang Kerala dan Bencana Buatan Manusia, 3. Perubahan Iklim, 4 Banjir, 5 Banjir Bandang Asia Selatan, 6. Korupsi, Bencana dan Kemiskinan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun