Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Teroris dengan Bom Waktu Itu Bernama Banjir Bandang

19 Maret 2019   08:52 Diperbarui: 6 April 2021   11:36 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banjir Bandang Sumbar (Pekanbaru.Tribunnews.com)

Banjir bandang yang terjadi di Sentani hari Minggu 16 Maret 2019 dikabarkan telah menelan korban jiwa 82 orang, korban luka berat 84 orang dan korban luka ringan 75 orang (Kompas.com, 18 Maret 2019). Pencarian korban masih dilanjutkan. Dikhawatirkan, korban akan bertambah. 

Banjir bandang banyak sekali terjadi di negeri ini. Di tahun 2019 saja, kita sudah mengalaminya. Di Manggarai barat, banjir bandang dan tanah longsor terjadi pada 7 Maret 2019. BNPB menginformasikan 7 Orang meninggal dunia, 1 orang hilang dan 3 orang luka luka. Di Bandung, banjir bandang terjadi pada 9 Februari 2019 dan mengakibatkan 3 orang korban meninggal, 1 di antaranya adalah bayi. Media melaporkan adanya trauma di kalangan korban banjir bandang ini (kompas.com, 10 Februari 2019).

Statistik bencana yang dikeluarkan BNPB pada 2018 di tanggal 25 Oktober 2018 menunjukkan bahwa selama tahun 2018 terdapat beberapa bencana banjir bandang yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian besar. Banjir bandang di Lampung Tengah terjadi pada 26 Februari 2018 dan menyebabkan 7 orang meninggal dunia. Tanah longsor di Brebes, Jawa Tengah terjadi pada 22 Pebruari 2018 dan menyebabkan 11 orang meninggal dunia dan 7 orang hilang. Banjir bandang di Mandailing Natal terjadi pada 12 Oktober 2018 dan menyebabkan 17 orang meninggal dunia dan 2 orang hilang.

Masih terdapat banyak lagi peristiwa banjir bandang dengan jumlah korban meninggal dan luka yang tidak diuraikan di sini. Namun, dari uraian di atas saja kita dapat menghitung secara random, setidaknya terdapat 127 korban meninggal dari peristiwa banjir bandang di atas.

Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Danis H. Sumadilaga menyampaikan perkiraan kerugian ekonomi akibat banjir dan longsor yang terjadi di beberapa daerah yang mencapai triliunan rupiah. Bencana banjir dan longsor yang terjadi di Madiun, Yogyakarta, dan Sentani diyakini merusak sejumlah infrastruktur dengan kerugian ekonomi sebersar trilunan rupiah. Kita belum mendata kerusakan kerusakan sosial yang diakibatkan oleh tidak berfungsinya sekolah, puskesmas, dan layanan publik lainnya (Tempo,com).

BNPB memberitakan bahwa banjir bandang yang terjadi di Sentani dan juga di beberapa wilayah Indonesia lainnya adalah karena kesalahan manusia. Pada umumnya banjir bandang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi ditambah dengan adanya perambahan hutan dan penggunaan lahan untuk pemukiman, pembangunan infrastruktur yang gegabah, dan juga penambangan penambangan, termasuk di dalamnya penambangan galian C. Ini semua telah terjadi selama bertahun tahun. Jadi, bencana bencana ini bukan disebabkan oleh kejadian yang baru saja terjadi. 

Pada umumnya, banjir bandang yang terjadi juga telah memiliki sejarah. Banjir bandang Sentani, misalnya, pernah terjadi di tahun 2003 dan tahun 2017. Hal yang menyedihkan adalah berita banjir dan tanah longsor di wilayah Jayapura sudah pula dilaporkan pada 23 Februari 2019. Meski tidak dilaporkan korban meninggal, dilaporkan bahwa 1.300 orang terdampak. Artinya, peristiwa ini berulang terjadi. Namun kesiapan dan kesadaran para pihak tak terbangun. 

Banjir Bandang, Korupsi dan Kemiskinan

Terdapat kaitan antara isu banjir bandang dan kemiskinan. Peristiwa banjir di Kerala, India yang terjadi pada tahun 2018 memakan korban jiwa berjumlah lebih dari 70 orang . Bencana ini juga disebut sebagai bencana karena ulah manusia. Di seluruh Asia Selatan, khususnya di India utara, Nepal dan Bangladesh tan dan Nepal, banjir dan banjir bandang seta tanah longsor telah menyabut 1.200 nyawa di tahun 2017. Empat puluh satu (41 ) juta warga di ketiga negara terdampak. Suatu implikasi yang besar.

Banjir Bandang Bangladesh (ab.net.au)
Banjir Bandang Bangladesh (ab.net.au)
Beberapa studi menyebutkan adanya siklus tak putus antara kemiskinan, bencana alam yang dibuat manusia seperti banjir bandang, dan kemiskinan yang disebabkan olehnya.  Banjir bandang tidaklah disebabkan oleh perambahan hutan kecil kecilan oleh masyarakat kecil, tetapi disebabkan oleh tata kelola yang tidak berjalan baik, yang didalamnya melibatkan korupsi, pelanggaran dan pengelolaan sumber daya alam yang tidak berkelanjutan.  Sementara, masyarakat miskin yang tidak mendapat akses pada informasi dan pengetahuan tentang bahaya dari perambahan hutan dan lahan, selain menjadi lebih miskin setelah mengalami bencana banjir bandang juga menjadi obyek yang dipersalahkan. Pihak yang mengacaukan tata kelola hampir selalu terbebas dari tuduhan.  Studi menunjukkan pula bahwa korban terbesar dari bencana bencana ini adalah perempuan dan anak anak di kalangan keluarga miskin.

Banjir bandang mengambil begitu banyak nyawa dan kerugian ekonomi dan sosial. Karena banjir bandang pada umumnya disebabkan oleh karena ulah  manusia, bukankah artinya manusia semestinya harus bertanggung jawab pada ini semua? Bertanggung jawab berarti mencegah dan mengatur sedemikian rupa, dan setidaknya mengurangi dan mencegah lebih buruk.  Bila ini terus terjadi, bukankah kita hanya tinggal menunggu saja semua bencana itu terjadi? Ini bagaikan bom waktu yang meledak di saat yang tepat saja. 

Satu hal yang kita sering malu malu mengatakan adalah bahwa banyak sekali banjir bandang yang terjadi karena sejarah korupsi kita pada begitu banyak 'proyek' infrastrukur, tata kota dan pembagian hak tenurial. Korupsi juga berkait dengan sejarah tata kelola hutan kita. Apakah KPK bisa menggeret koruptor yang menyebabkan munculnya banjir bandang banjir bandang ini? Kejahatan ini menyebabkan dosa antar generasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun