Brian May dan Roger Taylor yang menjadi konsultan kreatif dan konsultan musik benar benar membuat film ini sangat dekat dengan kondisi sesungguhnya. Adanya Brian May dan Roger Taylor yang brperan aktif sebagai konsultan film ini menjadikan film ini bagai film biografi, dokumenter, dan sekaligus panggung lagu lagu itu itu sendiri.Â
Yang jelas, saya berdendang sepanjang durasi film .Juga, meneteskan air mata. Meneteskan air mata bukan hanya sedih dengan kehidupan tragis Freddie, tetapi lebih pada keharuan atas  melegendanya karya krya musiknya yang tidak biasa.  Bagaimana tidak? Begitu banyak penonton hapal setiap lagu Freddie.
Di film ini. Freddie dihormati dan dihargai. Dan grup Queen sendiri memiliki status yang baik. Inipun nampak dalam film. Jadi, meski hidup Freddie kesepian dan berakhir tragis, tetapi ada cinta dari pemain dan peulis cerita pada Freddie. Mereka sekan ingin mengingat Freddie sebagai manusia apa adanya.Â
Sebetulnya, beberapa kali saya ragu untuk menulis reviu atas film ini. Saya selalu merasa tidak cukup cerdas untuk bisa menilai dan menuliskannya dalam kalimat kalimat yang memadai.
Film ini bukan hanya suatu biografi seseorang yang besar, fenomenal dan disayang orang. Film ini adalah biografi tentang manusia bisa, yang melakukan kesalahan kesalahan, baik besar maupun kecil., yang kebetulan adalah Freddie Mercury yang punya prestasi besar dan lagu lagu yang melegenda dan sulit kita lupakan. Kalau kita kenal lagu lagu Queen dan Freddie Mercury, bisa jadi kita akan menonton film ini lebih dari sekali.Â
Pustaka :Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H