Wayang Wong Siwedari merupakan lembaga kesenian yang komersial milik Keraton Kasunan Surakarta. Wang Wong Sriwedari berdiri pada tahun 1910 yang dibangun oleh R.A.A Sasdiningrat, atas perintah Sri Susuhunan Paku Buwono X.
Sejak tahun 2001, wayang wong Sriwedari dikelola oleh Dinas Pariwisata Seni dan Budaya (Diparsenibud) di bawah Seksi Pengendalian dan Pelestarian Aset Seni dan Budaya melalui surat keputusan Wali Kota Surakarta nomor 25 tahun 2001.
Wayang Wong Sriwedari saat ini tercatat di Museum Rekor MURI sebagai organisasi wayang tertua. Wayang ini pernah mengadakan pementasan di Jerman dan Eropa Barat.Â
Wayang Wong Sriwedari memiliki koordinator, sutradara, asisten sutradara, bagian penjual tiket, penabuh gamelan atau pengrawit, pelakon atau disebut anak wayang, dan dekorasi.Â
Sutradara adalah orang yang mengatur jalannya pertunjukan Wayang Wong, membagi peran, membuat rangkuman cerita, dan lain-lain. Terdapat sekitar 30 sampai 50 orang untuk sekali pertunjukkan wayang.Â
Terdapat beberapa orang yang memiliki tugas untuk pengaturan panggung, lampu, dekorasi, juru pakaian dan gamelan atau karawitan. Terdapat pula petugas kebersihan dan keamanan gedung.
Pemain Wayang Wong Sriwedari biasanya diberi persyaratan untuk biasa memainkan minimal 3 peran wayang, mampu menari dan berbahasa Jawa halus (karma Inggil) dan kadang-kadang bahasa Jawa kuno.Â
Dalam wayang terdapat dalang yang biasanya memegang kendang. Ia bertugas membantu mengarahkan jalannya cerita, melalui tembang, dan kendangnya.
Dekorasi Wayang Wong Sriwedari sangat sederhana. Terdapat tali besar yang dipasang di baian kanan kiri layar yang diberi bambu sehingga pengangkatan melalui dikerek dapat dilakukan dengan mudah. Di bagian belakang tedapat layar atau cylodrama yang bersifat permanen. Biasanya gambar layar suasana kerajaan atau suasana hutan ada di panggung.
Saya senang bisa berkenalan dengan Ibu Sulasi. Ia termasuk salah seorang penari menyelesaikan karier 50 tahun penarinya, tanpa uang pensiun.Â
Beliau dahulu memiliki spesialisasi pelakon Abimanyu dan saat ini bertugas mempersiapkan konsumsi pemain wayang wong. Dengan menyediakan minum dan kue itu, ia berharap pertunjukan wayang tetap ramai dan ia mendapatkan sedikit uang untuk sekedar makan dan keperluan sehari harinya. Untuk itu, setiap malam ia menerima anggaran konsumsi dan mendapatkan ganti Rp 25.000 untuk uang lelahnya.