Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Begitu Banyak Puisi Rindu di Kompasiana?

19 Februari 2019   05:16 Diperbarui: 19 Februari 2019   12:28 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sehnsucht (c. 1900). Heinrich Vogeler / Wikimedia Commons

Walaupun manusia kehidupannya seperti roda dan berdinamika seperti 'roller coaster', ketika alami rindu ia tidak bisa melepaskannya. Dan rindu tak kenal usia. Tua, muda, remaja dan anak anak merasakan, walau mungkin cara mengekspresikannya berbeda.

Rindu adalah manivestati dari pencarian terus yang tidak berhenti. Orang sering berusaha melupakan rindunya, ternyata sulit berhenti. Lalu, apa saran ahli pada orang yang sedang galau karena rindu? Andy Tix, PhD, dosen dari Department of Psychology dari Normandale Community College memberi saran:

  • Ikuti saja rasa rindu itu, karena toh tidak bisa dan tidak mau dilawan. Coba cari sesuatu yang paling menarik minatmu, tentang suatu hobi yang membuat kau lupa waktu, tentang tempat wisata yang sudah lama ingin kau pergi, tentang hal yang membuat kau suka melakukannya, rasakan ketika kau merasa benar benar memiliki rasa kerasan di rumah;
  • Terima rasa ketidakpuasan. Rasa rindu membantumu untuk melihat dengan jelas harapan harapan yang terlalu tinggi, keinginan yang tidak mungkin, persoalan yang harus dipecahkan, tetapi menerima apa adanya;
  • Melihat sesuatu lebih jauh, mungkin pada religi? Memang rindu tidak selalu hadir bersamaan dengan agama, namun agama dapat membantu meringankan rasa rindu. Dan agama mengajarkan tentang keterbatasn manusia dan kebesaran Tuhan

Sampai di sini, bila masih ada yang galau, kita perlu mengakui bahwa rindu ternyata memang kompleks. Dan kita akan terus mencari jawabnya. Salam rindu. 

Pustaka :

Sumber 1

Sumber 2

Sumber 3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun