Hennie Engglina, 16 Februari 2019 | 2 hari lalu, Benci Tapi Rindu
Nazriel Muafi, 16 Februari 2019 | 2 hari lalu, Puisi | Puasa Rindu
Yai Baelah, 16 Februari 2019 | 2 hari lalu, Rinduku; Mencari Rasa yang Hilang
Litta wahyuni, 16 Februari 2019 | 2 hari lalu , Aku Rindu Nenek
Santoso Mahargono, 16 Februari 2019 | 2 hari lalu, Hujan dan Rindu
Diantika IE, 16 Februari 2019 | 2 hari lalu, Masih tentang Rindu
Saya sering terperangkap dalam puisi puisi rindu itu. Entah mengapa. Saya seperti dibawa pada rasa yang bercampur campur, antara  sedih, galau, sunyi, bingung, senang, harapan. Campur campur pokoknya.Â
Apakah memang itu rasa nano-nano itu yang sering muncul dari kita sebagai manusia? Ataukah karena perbendaharaan dan stok bahasa universal kita yang terbatas untuk menerangkan rasa yang kompleks itu, sehingga kata yang muncul adalah rindu rindu dan masih rindu yang ini dan rindu yang itu? Kita memiliki rindu dan kangen. Sementara dalam bahasa Inggris, kita juga hanya kenal 'missing'Â dan longing', dan keduanya berarti rindu yang kehilangan atau kangen. Sementara itu ternyata terdapat rasa rindu yang tidak bisa diungkapkan dengan kata. Rindu tentang tempat atau seseorang yang tidak menjadi bagian dari hidup kita lagi. Rindu pada suatu tempat, budaya, ide, identiitas dan lain lainnya. Bahasa Portugis memiliki Saudade yang mengungkapkan rasa rindu yang tidak dapat dijelaskan itu.
Dalam bahasa Jerman ada sehnsucht yang berarti keinginan yang intensif, di luar kemampuan manusia untuk memenuhinya. Rasanya pahit manis yang mengharapkan suatu pemuasan, tapi pemuasan itu juga tidak jelas harus seperti apa.Â
Seorang penulis mengatakan bahwa ia memerlukan kreativitas khusus untuk bisa mengekspresikan rasa rindu dengan tepat dalam puisinya. Namun ia sering terperangkap pada kalimat kalimat yang tidak terlalu jelas, kadang sedih kadang marah, sekalipun bisa juga bahagia, atau harapan. Rasa kehilangan karena kematian atau perpisahan yang memisahkan. Dan begitu banyak rasa rindu yang sering tidak bisa diwujudkan dengan kata dalam bahasanya. Akhirnya, ia cuma menulis kata rindu dan rindu dan rindu lagi. Yang membaca, kemudian yang harus memikirkan sendiri rasa itu seperti apa.Â