Gadis gadis cilik ini bergantian membaca. Dorothea membaca tema Kehidupan Sehari Hari. Ia memilih halaman "Mengapa Orang Tua Kita Bekerja". Sambil memeluk adik laki lakinya yang duduk di sebelahnya, Dorothea membaca pelan kadang berhenti "Banyak ibu dan ayah meninggalkan rumah untuk bekerja. Sebagai imbalan kerja kerasnya, mereka mendapatkan upah dan gaji".Â
Ini menjadi menarik karena Cornelia saat itu mengasuh adiknya. Sayapun turut menjelaskan beberapa hal soal bekerja. Bekerja tidak harus pergi ke kantor seperti yang ada di buku. Juga, tidak selalu bekerja mendapatkan upah langsung.Â
Ada orang tua kita yang bekerja sebagai nelayan, petani dan berburu binatang. Ada yang harus ke pasar dahulu untuk menjual hasil kerjanya. Mereka juga mungkin meninggalkan anaknya di rumah dengan kakaknya. Dorothea tertawa lebar melihat adiknya. Cornelia bercerita bahwa ibunya sedang mencari bakarÂ
.
Kegiatan membaca pagi itu tidak selamanya berjalan lancar. Yuanita yang duduk di kelas 6 masih terbata membaca halaman "Mengapa Ada Bagian Telur yang Putih dan yang Kuning". Beberapa kali, Yuanita berhenti.
Rekan rekannya membantu. Dan itu terjadi beberapa kali. Namun, kami terus mencoba juga mendiskusikan gambar gambar menarik yang ada di dalam halaman buku itu, agar Yuanita tidak merasa dipaksa dan menjadi malu.Â
Â
Memang kemampuan baca anak-anak Papua sempat menjadi pekerjaan rumah bersama. Sering kali, anak-anak yang sudah lulus SD pun belum bisa lancar membaca.
Yuanita adalah salah satunya. Kasus ini ditemukan di banyak wilayah Papua. Bukan hanya di wilayah pegunungan seperti di Wamena, wilayah seperti Yuanita dari SD Skow ini juga masih ditemui. Oleh karenanya beberapa program yang didukung badan dunia seperti UNICEF dan World Vision Indonesia menggalakkan program literasi anak sekolah.
Data tentang tingkat pendidikan di Papua memang menunjukkan peningkatan. Namun, persoalan tantangan membaca yang dihadapi anak-anak Papua masih ada. Walaupun masyarakat, khususnya perempuan melihat pendidikan sebagai asset yang penting, akses anak anak Papua pada pendidikan masih mengalami keterbatasan.Â