Beberapa studi tentang binatang liar yang menjadi penghuni sirkus, salah satunya dibuat oleh Animal Defenders International (ADI) membuka bahwa harimau dan singa terpaksa berada dalam kurungan antara 75% sampai 99 % sepanjang hidupnya. Mereka juga tinggal di kandang kecil secara bersama sama. Gajah diikat, paling tidak satu kakinya dengan rantai, Â setidaknya antara 58% sampai 98% semasa hidupnya.Â
Pada saat yang sama, sirkus tidak sensitif pada temperatur yang dibutuhkan binatang. Terdapat binatang yang harus kedinginan di musim dingin atau kepanasan di musim panas atau kemarau. Tanpa penyesuaian suhu yang tepat, binatang buas itu secara natural akan memunculkan reaksi reaksi. MIsalnya, terdapat banyak kasus harimau yang hilir mudik di dalam kandang kecilnya. Kemudian, gajah ditemukan punya masalah hernia. Banyak dokumentasi foto yang menunjukkan kekerasan terhadap binatang binatang itu, namun saya tidak perlu menampilkannya di sini. Gambaran gambaran itu menunjukkan ulah manusia yang kejam. Tentu demi uang.Â
Dalam hal tontonan topeng monyet yang kita temui di banyak tempat, itu juga tidak manusiawi. Pada masa Gubernur Ahok di Jakarta, saya ingat topeng monyet dilarang. Tetapi sampai saat ini saya lihat kembali topeng monyet ada di pinggiran kota. Â Penjaja itu memang relatif miskin, tetapi apa yang dilakukan tidak memikirkan keselamatan monyek. Juga tidak mendidik. Saya rasa pemerintah daerah masing masing perlu menjajagi solusi dengan menciptakan lapangan kerja alternatif bagi penjajanya. Monyet monyet pada topeng monyet bisanya lusuh, kurus, dan kotor. Memelas.Â
Penonton dari topeng monyet yang pada umumnya anak anak kecil, yang dihibur orang tuanya atau pengasuhnya agar tidak menangis atau hanya sekedar mau makan. Hal ini tidak bisa ditolerir juga. Sementara, penonton menikmati monyet yang ianggap seperti manusia. Monyet itu pergi ke pasar dengan payungnya (Mungkin ingat lagu topeng monyet jaman dulu 'Sarinah lungo menyang pasar'). Monyet disuruh mengangkat pikulan kecil. Juga, monyet diajari gerakan sholat. Kampanye untuk menyetop kebiasaan buruk ini harus dilakukan.Â
- Tak usah kunjungi sirkus yang melibatkan aksi binatang
- Jelaskan pada anak anda bahwa binatang binatang sirkus itu menderita
- Ceitakan ke media, atau tulis sendiri hal ini di media sosial bila kita temui sirkus dengan mempertontonkan binatang buas
- Laporkan ke KLHK. KLHK tidak ada alasan lagi soal ini, karena mereka adalah penerbit aturan pelarangan itu.
Stop sudah menjadikan binatang buas ke dalam bisnis pertunjukkan atas nama apapun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H