Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kematian Boo, Patah Hati dan Sindrom Takotsubo

21 Januari 2019   05:53 Diperbarui: 21 Januari 2019   15:27 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gejala yang muncul biasanya mirip dengan serangan jantung seperti nyeri dada, sesak napas, detak jantung cepat dan lemah. Penenlitian menunjukkan tidak ditemukan penyumbatan di pembuluh darah jantung dan tidak mengalami kerusakan yang permanen. Oleh karenanya, semestinya pasien dapat sembuh dalam waktu beberapa minggu. Kondisi inilah yang membedakannya dengan serangan jantung.

Suatu penelitian pernah dilakukan di mayo Clinic di Rocherster. Riset melibatkan 12 perempuan dengan sindrom patah hati dalam 6 bulan terakhir, dan 12 perempuan yang tidak pernah mengalami sindromm serta 4 perempuan yang pernah mengalami serangan jantung klasik. Studi ini menghasilkan temuan bahwa perempuan yang mengalami sindrom patah hati memiliki pembuluh darah uang tidak bekerja secara optimal, karena hormon stresnya (LiveScience).

Para peneliti mengungkapkan respons pembuluh darah yang abnormal terhadap stres bisa berkontribusi memicu sindrom patah hati. Hasil penelitian ini telah dipublikasikan secara online pada 23 November 2010 dalam Journal of the American College of Cardiology. Adalah Jurnal lain, Journal of the American College Cardiology (JACC) yang menerbitkannya pada edisi 16 Oktober 2018. Jurnal itupun masih mengatakan bahwa mekanisme kerja dari sindrom patah hati belum diketahui.

Apa yang bisa kita katakan?  Mencintai dengan mendalam adalah sesuatu yang indah dan luar biasa pada era kini. Namun kehilangan seseorang yang menyebabkan kematian juga menyedihkan. Keyakinan kita pada Allah semesta ajarkan kita untuk berserah diri dan ikhlas ketika ditinggal seseorang yang kita cintai. Tapi mereka yang alami perlu kekuatan untuk bangkit. Dan sering kali, patah hati gagalkan kebangkitan.  Ternyata, patah hati memang bisa mematikan.

Referensi :

health.harvard.edu

http://www.onlinejacc.org/content/72/16/1955

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun