Peristiwa gempa Yogyakarta pada tahun 2006 meluluhlantahkan Bantul dan sekitarnya. Para pengrajin di Kasongan mengalami kerugian yang besar. Barang barang rusak. Dengan dukungan beberapa pihak, pengrajin bangkit. Namun, perkembangan gerabah tidak terlalu baik. Selain pengrajin harus memasarkan sendiri, sifat gerabah yang gampang pecah membuat pengrajin hanya bertahan untuk menjual di wilayah sekitarnya saja.
Bagi kita, Anglo bisa saja merupakan produk nostalgia. Tetapi, bagi orang orang seperti Ibu Ratmi, pengrajin gerabah, pengusaha warung dan angkringan, dan juga pembatik tulis, Anglo adalah barang penting yang mendukung kehidupan mereka.Â
Referensi :Â
- Kompas, "Lebih Sedap Pakai Arang dan Anglo", 13 April, 2008
- Lilyk Eka Suranny, "Traditional of Kitchen Equipment as Cultural Heritage Richness of Indonesia Nation (tahun tidak ditemukan)
- SP Gustami, The Arts Journal yang berjudul Craft Arts and Tourism in Ceramic Art Village of Kasongan in Yogyakarta (2014)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H