Persoalan rob di wilayah Kali Asin dan di kota Semarang secara luas juga berkontribusi pada persoalan kesehatan lingkungan yang serius.Â
Luas wilayah yang tergenang rob selama 10 tahun terakhir menjadi sekitar 186 hektar/tahun, sementara pada tahun 2010 adalah sekitar 76,8 hektar/tahun (Bakti, 2010).Â
Studi juga menunjukkan bahwa frekuensi kejadian rob adalah sebanyak 67,7% per harinya, dengan tinggi rob sekitar 61-70 cm dan yang masuk ke rumah rata- rata ketinggian adalah 11-20 cm.
Melihat lingkungan tempat pembuatan ikan panggang yang cenderung becek ini, saya mencoba mencari tahu bagaimana kualitas ikan panggang ini dari sisi standar yang ditetapkan oleh pemerintah.
Terdapat beberapa referensi tentang pengelolaan lingkungan wilayah sentra ikan asap di Kali Asin. Referensi pada umumnya berasal dari studi untuk jenjang magister. Salah satunya ditulis oleh Masyitoh pada tahun 2008. Referensi ini mencatat bahwa sejak 1992 pemerintah daerah telah mulai membenahi area kumuh seperti Kali Asin di Bandar Harjo ini.Â
Pembenahan antara lain dilakukan dengan membangun perumahan susun, pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum dan ekonomi.Â
Dari sisi sosial, upaya dilakukan malalui pemindahan kegiatan ekonomi yang sebelumnya di perumahan ke sentra pengasapan Kali Asin. Pelaksanaan dari kebijakan belum sesuai harapan. Drainase tertutup sampah. Aliran air tidak lancar. Daerah menjadi lebih kumuh.Â
Pengelolaan lingkungan dilakukan dengan lebih serius. Studi tersebut mencatat terdapat 40 unit usaha dengan total produksi adalah 6 ton per hari. Terdapat catatan tentang higien dari proses, khususnya terkait letak sumur yang mulutnya rendah, berpotensi tercemar karena kemasukan air rob.Â
Studi juga mencatat adanya beberapa limbah, antara lain sisa pencucian ikan yang berbau dan keruh yang dibuang ke kali Semarang.Â
Studi yang dilakukan oleh Wardani menunjukkan bahwa air yang digunakan belum memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Misalnya, terdapat total bakteri E Coli yang di atas standar.