Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kekalahan Napoleon dan Jejak Sejarah Lapangan Banteng

19 Januari 2019   08:46 Diperbarui: 19 Januari 2019   15:38 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Klinik Foto Kompas
Klinik Foto Kompas
Matahari Hampir Tinggi adalah foto patung tersebut ketika matahari telah hadir beberapa saat, sekitar jam 7.00 pagi. Foto tersebut sempat terpilih menjadi salah satu foto di halaman Klinik Foto Kompas di tahun 2013-an. 

Sayang sekali saya tidak menemukan kembali dokumen foto tersebut dengan resolusi tinggi. Saya hanya mengunduhnya kembali dari halaman Facebook saya. Nampak banyak 'noise'. 

Matahari Hampir Tinggi (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Matahari Hampir Tinggi (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Ada keunikan tersendiri dari patung yang dicatat tinggi keseluruhannya 11 meter, berpenyangga sekitar 25 meter dan berat kurang lebih 8 ton ini (Arie Saksono). 

Patung yang dibuat pada tahun 1962 dan diresmikan pada 17 Agustus 1963 ini merupakan patung yang dibuat atas perintah Bung Karno, diterjemahkan oleh Henk Ngantung dalam bentuk sketsa dan diciptakan lebih lanjut oleh almarhum Edhy Soesanto bersama tim pematung dari Yogya. 

Sementara arsitek yang terlibat adalah Friderik Silaban. Patung ini terletak di Sawah Besar, namun sering disebut sebagai Lapangan Banteng.

Almarhum Edhy Soesanto sendiri pernah disekolahkan oleh Bung Karno ke Rusia. Terdapat catatan terkait kontreversialnya dukungan Sokearno kepada para seniman kala itu. 

Salah satu patung Edhy Soeasanto, Patung Dirgantara atau Patung Pancoran, misalnya, dikabarkan baru selesai pendanaan pembuatan patungnya pada masa pemerintahan Megawati Sokarnoputri.

Pada masa Belanda wilayah patung ini adalah sebuah hutan kecil. Sempat menjadi suatu taman dengan taman Paviljoensveld karena dirancang oleh Anthony Paviljoen. Akhirnya taman itu diberi nama 'Waterlooplein' yang pada tahun 1898 menjadi lokasi parade penobatan Ratu Wilhelmina. 

Nama "Waterlooplein" dicatat sebagai peringatan 100 harinya Napoleon kalah pada pertempuran di Waterloo, Belgia di 1814. Napoleon sempat mencatat beberapa kali upaya melarikan diri. Yang pertama adalah mengasingkan diri di Pulau Elba. Namun, Napoleon sempat berusaha kembali menjadi penguasa Perancis walau kemudian gagal dan melarikan diri ke Saint Helena, Atlantik Selatan. 

Sejarah kekalahan Napoleon dikalim oleh banyak Negara. Inggris saat itu mencatat bahwa kekalahan Napoleon di Waterloo adalah atas jasanya, khususnya pemerintahan Raja George III. 

Namun, sejarawan Belanda mengatakan bahwa adalah pemerintahan Belanda Belgia yang punya peran. Sejarawan Belanda mencatat bahwa Inggris sering tidak menganggap adanya peran Belanda Belgia di masa itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun