Saya mempunyai teman yang hampir selalu menggunakan kacamata hitam di manapun. Di luar ruangan maupun di dalam rumah. Di kala siang ataupun malam.Â
Ada apa dengan dia? Saya tidak tahu, tetapi hal ini menjadi menarik karena wajahnya yang selalu berkaca mata selalu beredar di WA Group alumni sekolah.
Saya duga, memang ia merasa paling nyaman dan paling merasa keren dengan kacamata hitamnya. Beberapa kali ia menayangkan fotonya bersebelahan dengan foto Sahrukhan yang berkacamata hitam. Dan ia tampak bahagia ketika kawan kawan kawan menyebutnya ia mirip Sahrukhan. Biarlah, yang penting ia bahagia.
Memang, kacamata hitam adalah bagian dari hidup kita. Terutama bagi kita yang sering berada di luar ruangan di siang hari. Ketika saya terlupa membawa kaca mata hitam di kala kerja lapang, mata menjadi cepat lelah. Pusing. Ketika saya naik perahu ketinting menyeberangi dari desa Hantipan ke desa Bapinang Hilir Laut di sekitar Teluk Sampit. Ketika saya mengunjungi instalasi energi tenaga surya di pulau Wangi Wangi di Wakatobi. Atau ketika saya naik Bentor (Beca Motor) dari Hotel Bayu Hill untuk minum Sanger di Kafe Kenary di Takengon. Atau ketika saya sekedar mengendari mobil di siang hari. Kacamata memang penting sekali.
Terlebih saya sering iritasi karena terlambat melepas lensa kontak -6 saya. Kacamata hitam adalah sang penolong untuk menutup mata yang memerah.
Kaca mata hitam penting untuk pula bergaya. Bila saya belum mandai, atau tak sempat memakai bedak dan harus berfoto foto rame rame di luar ruang, kaca mata hitam akan menyelamatkan. Tinggal senyum lebar, jadilah foto yang agak pantas bila kawan kawan saling membagi.Â
Ketergantungan pada kaca mata hitam jadi cukup tinggi.
Lupa sudah tentu hal biasa.
Ketika saya lupa membawa kaca mata hitam di antara barang barang untuk keperluan kerja lapang, saya harus menilik pada majalah yang ada di kursi pesawat terbang yang menjajakan toko dalam penerbangan 'inflight shop'. Memang, untuk itu perlu berendah hati. Saya beli kacamata hitam seharga Rp 75.000,- dan tenanglah saya. Sayang, kualitas kacamata yang saya beli di toko penerbangan sering kali tidak baik. Beberapa kali, kacamata itu patah hanya karena saya simpan dalam tas, bersama laptop dan perangkat yang lain. Tentu saja perangkat lain ini berdafter panjang. Hahaha
Namun, ketika lupa pula membeli kacamata di 'infligth shop', saya akan berburu di pasar di daerah setempat. Di suatu pasar kaget di Bau Bau, saya mendapatkan kacamata hitam merek Dior KW seratus dengan harga Rp 20.000,-. Harga serupa juga saya dapatkan di Yogyakarta da di Takengon. Yang penting hitam. Dan tidak norak.Â
Wajarlah saya merasa tergantung pada kaca mata hitam. Panas matahari yang terlalu panas sering membuat saya tidak nyaman. Juga puyeng. Dan, saya rasa alasan kenyamanan mata, sering menjadi alasan bagi penggunanya.