Terkait Gunung Merapi, Tempo sempat mencatat sejarah erupsi Merapi pada pertengahan 2018. Tempo membagi dalam beberapa periode. Pada periode  3000-250 tahun yang lalu, tercatat 7 letusan besar. Letusan besar terjadi sekali dalam 150-500 tahun.
Periode abada 19 disebut sebagai periode Merapi Baru. Perhitungan mencatat letusan terjadi sekali setiap 100 tahun. Erupsi pada 1904, 1920, 1954, 1961, 1985, dan 1994 serta 2006 dikategorikan erupsi sedang. Namun, erupsi pada tahun 1906 dan 1930 dicatat sebagai erupsi yang besar. Puluhan ribu orang tertimbun material beserta harta benda yang ada rusak pada 1906.
Sementara pada tahun 1930 dicatat 1.369 orang meninggal dunia. Semburan gas dan abu vulkanik yang mencapai stratosfer dan awan panas meluncur 20 kilometer ke arah barat dan menimbun 13 desa. Erupsi pada 2010 juga disebut sebagai salah satu yang terbesar karena menyebabkan banyak korban jiwa, Â 151 orang meninggal dunia dan 320.090 jiwa mengungsi.
Bagaimana dengan kegiatan Merapi pada akhir akhir ini?Â
Pada 11 Mei 2018 Merapi mengalami erupsi 'freatik', yang diduga disebabkan beradunya magma dengan air, dan dinyatakan normal. Namun sejak minggu ke 4 bulan Mei 2018, status Merapi meningkat menjadi level 2, Waspada. Status itu tidak berubah sampai dengan hari ini.Â
Mengingat aktivitas Gunung Merapi yang meningkat, wajar bagi mereka yang tinggal di Jawa Tengah dan Yogyakarta untuk lebih waspada. Apa yang harus kita lakukan.
Berdasar Panduan Latihan Kesiapsiagaan Bencana yang diterbitkan BNPB terbitan 2017, terdapat beberapa langkah yang perlu kita lakukan bila terdapat bencana erupsi gunung berapi. Panduan tersebut ditampilkan dalam infografis yang menarik.
I. Sebelum Bencana, kita perlu pahami status gunung api.Â
Level I Normal, tiada gejala aktivitas magma;
Level II Waspada, terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal.