Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Huntara Pintu Berdaya untuk Penyintas Bencana

26 Desember 2018   08:42 Diperbarui: 30 Desember 2018   15:30 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : oleh Foto : Zulkarnaen Syri Lokesywara untuk Laporan Pembelajaran Pembangunan Hunian Sementara SETARA untuk Ibu Hamil, Menyusui, Lansia dan Difabel pada Wilayah Terdampak di Lombok Timur, oleh Soehardi Suryadi dan Leya Cattleya, diterbitkan oleh Gema Alam NTB (November 2018)

Ide, konsep, dan pendanaan pembangunanpun didiskusikan dengan kesepakatan penyediaan dana Rp 3.000.000 dari gotong royong (sumbangan) para dermawan, sementara penyintas mengupayakan swadaya dengan kontribusi sekitar Rp 2.000.000,-.  Pada kondisi penyintas yang paling tidak mampu, keseluruhan pendanaan menjadi bagian gotong royong (sumbangan) para dermawan Sahabat Gema Alam. Proses terus berjalan, dengan pelaporan status kemajuan pembangunan Huntara yang akuntabel melalui komunikasi peribadi maupun media sosial.   Pembangunan Huntara yang pada awalnya berfokus di Sembalun akhirnya berkembang ke wilayah kerja Gema Alam NTB yang juga terdampak gempa, antara lain di Beriri Jarak dan Sapit.

Seperti namanya, Huntara adalah hunian sementara. Struktur hunian tidak diharapkan untuk menjadi rumah permanen untuk jangka panjang. Namun huntara perlu memiliki fasilitas dasar untuk dapat menjadi peneduh dan ruang bagi penghuninya serta keluarganya. Pada umumnya Huntara terbuat dari kayu, bambu, tripleks, dan beratap seng, bambu dan atau material lapis baja ringan. Sementara ukurannya adalah 4m x 6 m atau 24 m2. 

Hunian Sementara (Huntara) sering dianggap sebagai program rehabilitasi, yang dilakukan 6 bulan setelah bencana, dan dibangun setelah paska tenda dan barak. Pada kenyataannya, Huntara semakin cepat pembuatannya dan semakin baik mutunya, serta dapat dirancang untuk memenuhi standar kesehatan dan tahan gempa. Oleh karenanya, pembangunan Huntara dapat dilakukan beberapa hari setelah bencana. 

Huntara menjawab kebutuhan jangka pendek dan menengah untuk mensiasati kekurangan dan tantangan pembuatan ruman permanen yang memerlukan waktu lama, memakan banyak tenaga kerja, dan membutuhkan pendanaan yang cukup banyak. 

Huntara juga dibangun untuk membantu pendistribusian dan layanan makanan serta kebutuhan dasar, termasuk kebutuhan ibu hamil, ibu menyusui dan bayi. mencegah muncul, berjangkit dan menularnya penyakit paska bencana seperti flue, diare, sakit kulit, sakit mata, tekanan darah tinggi karena stress, untuk mendorong dimulainya kegiatan sosial keluarga, seperti ke sekolah, memulai kegiatan ekonomi dan sosial, dan membangun kembali kehidupan keluarga yang sempat terkendala karena tinggal di pengungsian.

Mengingat tujuan untuk mendukung kualitas kehidupan yang lebih baik dati ibu hamil dan menyusui serta bayi serta balita pada masa paska bencana, model Huntara yang diinisiasi oleh Gema Alam NTB dan Sahabat Gema Alam diberi ‘branding’ Huntara SETARA. 

Huntara SETARA hendak menjawab persoalan khusus perempuan hamil, menyusui, bayi baru lahir, balita, lansia dan difabel, mengingat mereka adalah korban pertama yang mengalami persoalan dan tantangan terbesar; terekslusi atau tersingkirkan dari berbagai layanan dan kegiatan tanggap bencana maupun rehabilitasi dan rekonstruksi; sering mengalamai kekerasan dan pelecehan yang berbasis seksual dan berbasis relasi kuasa. 

Huntara SETARA juga dapat menjawab upaya perbaikan yang lebih sistematis dan terintegrasi dalam hal pemberian layanan kesehatan pada kelompok yang memerlukan penanganan kesehatan khusus, seperti ibu hamil, ibu nifas, dan ibu menyusui, dan juga kelompok rentan seperti lansia dan difabel. 

Huntara SETARA adalah Huntara sederhana yang mengedepankan kesetaraan, swadaya, gotong royong, dan pemberdayaan. Setidaknya terdapat 4 komponen yang perlu menjadi prinsip dalam pembangunan Huntara SETARA ini, yaitu :

Setara, karena diperuntukkan untuk kelompok rentan seperti Ibu hamil, nifas, menyusui, lansia dan difabel. Huntara juga mendudukan pemanfaat pada posisi setara dengan Gema Alam NTB serta para pendukung (donatur) yang tergabung dalam Sahabat Gema Alam, karena diskusi dan konsultasi awal memfasilitasi ide dan pemikiran pemanfaat tentang desain dan peran peran yang hendak mereka mainkan dalam proses pembangunan Huntara.

Swadaya, karena pembangunannya melibatkan pendanaan dan kontribusi dari pemilik rumah. Swadaya dapat diberikan dalam bentuk penyediaan rangka kayu, cat, tenaga tukang, sampai dengan konsumsi tukang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun