Mohon tunggu...
Levi William Sangi
Levi William Sangi Mohon Tunggu... Petani - Bangga Menjadi Petani

Kebun adalah tempat favoritku, sebuah pondok kecil beratapkan katu bermejakan bambu tempat aku menulis semua rasa. Seakan alam terus berbisik mengungkapkan rasa di hati dan jiwa dan memaksa tangan untuk melepas cangkul tua berganti pena".

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Masalah Regenerasi Petani adalah Bukti Bahwa Petani Indonesia Belum Sejahtera

16 Juli 2019   12:47 Diperbarui: 16 Juli 2019   12:58 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

0 Advanced issues found▲ 

Masalah Regenerasi Petani adalah Cermin Seperti apa Kesejahteraan Petani Indonesia sekarang ini.

 "Dimana ada gula disitu ada semut" (Pepatah) 

Pepatah ini sangat cocok dipakai untuk menggambarkan bagaimana persoalan Regenerasi Petani di negeri ini. 

Jika profesi menjadi petani adalah profesi yang dianggap menjanjikan,  pasti para generasi muda akan berbondong-bondong memilih profesi sebagai petani.  Namun jika tidak, maka kebalikannya, mereka justru akan menjauh dari profesi sebagai petani. 

Ketika seseorang melihat seseorang sukses dalam suatu usaha atau bisnis,  pasti akan timbul dorongan dalam diri seseorang yang melihat itu untuk mengikuti jejak seseorang yang sukses itu. 

Yang terjadi sekarang ini pada para generasi muda cenderung melihat gambaran profesi petani yang ada disekitar mereka jauh dari kata sukses.

Saya katakan demikian namun bukan berarti tidak ada petani yang sukses dalam bidangnya sebagai petani.  Saya akui banyak juga yang sukses di sektor pertanian namun tidak sebanyak para generasi muda yang lain yang sukses dalam bidang yang lain seperti menjadi pedagang,  digital marketing,  youtuber,  profesional muda,  programer, atau sukses dalam karir dalam suatu perusahaan yang dianggap lebih memberikan hasil yang lebih baik dibanding menjadi petani. 

Saya percaya,  ketika para generasi muda melihat bahwa para petani yang ada disekitaran mereka yang mungkin adalah orang tua mereka atau saudara mereka yang taraf hidup mereka semakin meningkat sebagai petani,  maka minat para generasi muda untuk menjadi petani akan semakin besar. 

Sebesar apapun program pemerintah dan lembaga-lembaga non laba yang tergerak untuk mengajak atau merangsang minat para generasi muda atau generasi milenial untuk menjadi petani tidak akan maksimal jika gambaran petani Indonesia sekarang ini masih jauh dari kata sejahtera. 

Saya pribadi sebagai penulis adalah seorang  petani.  Jika sampai sekarang saya tetap memilih untuk tetap menjadi petani itu karena bagi saya petani adalah panggilan hidup saya.

Sehingga meski terkadang hasil yang didapat kadang tidak sesuai dengan harapan saya,  kegagalan tidak pernah mampu membuat saya melangkah mundur atau menyerah sebagai petani. 

Banyaknya persoalan di sektor pertanian,  yang saya rasa belum terselesaikan hingga saat ini sehingga menimbulkan efek masalah yang baru yaitu masalah regenerasi petani,  yang bagi saya adalah puncak permasalahan dari masalah di sektor pertanian di negeri agraris ini. 

Persoalan - persoalan menghantarkan  sektor pertanian sampai pada titik negeri agraris yang sangat subur ini harus menerima kenyataan  bahwa minimnya minat generasi muda untuk memilih menjadi petani. 

Permasalahan sektor pertanian Indonesia seperti,  Permodalan,  Teknologi pertanian  yang belum merata,  Kelangkaan Pupuk saat dibutuhkan petani, Pemasaran hasil pertanian,  Kemampuan  budidaya tanaman yang belum merata (SDM), dan lain sebagainya. 

0 Advanced issues found▲

 

Persiapan Lahan Penanaman Jagung Hibrida di Desa Solo,  Kecamatan Lolak,  Bolmong.  Dokpri
Persiapan Lahan Penanaman Jagung Hibrida di Desa Solo,  Kecamatan Lolak,  Bolmong.  Dokpri

Setiap permasalahan diatas membuat atau menjadikan para petani sekarang ini jauh dari kata sukses.  Makanya jangan heran,  para petani sekarang ini sering memakai istilah 

"Menanam ibarat Bermain Judi". 

Karena begitu banyaknya faktor yang mempengaruhi para petani untuk mendapatkan hasil yang baik menjadikan proses bertani rentan akan Kerugian sama persis seperti orang yang berjudi yang bisa untung, bisa juga buntung.  

Karena meski petani mendapatkan hasil produksi yang baik dari komoditas yang dia tanam,  namun ketika hasil komoditas petani ini dihargai murah di pasaran,  maka sama saja petani tersebut mengalami gagal panen,  itu berarti pemasaran hasil produksi juga  adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi pendapatan dan kesejahteraan petani dan Pemasaran pasca panen merupakan salah satu masalah bagi petani karena kurangnya dan lemahnya pengawasan pemerintah melalui lembaga terkait terhadap harga beli hasil budidaya petani. 

Belum lagi permasalahan yang saya rasa masih kurangnya campur tangan dari pemerintah yakni penggunaan herbisida kimiawi yang sebenarnya membuat lahan atau tanah petani menjadi tidak subur lagi seperti dulu dan imbasnya petani mengalami penurunan hasil produksi komoditas yang ditanam nya karena terlalu banyak nya penggunaan bahan kimia yang merusak unsur hara dalam tanah.  Contohnya bahaya penggunaan glifosat yang terdapat dalam Roundup, racun pembunuh rumput. Bahan aktif Glisofat bukan hanya ada pada Roundup tetapi juga hampir semua Herbisida yang sifatnya sistemik yang beredar bebas di pasaran Indonesia juga terbanyak mengandung Bahan Aktif Glisofat yang sudah di larang di Uni Eropa, namun diperdagangkan bebas di Indonesia. 

Penggunaan Pestisida Kimia juga membuat petani rentan terkena penyakit.  Kelompok Tani Hulu Liwon,  Desa Solog,  Kecamatan Lolak,  Bolmong,  Sulut.  Dokpri
Penggunaan Pestisida Kimia juga membuat petani rentan terkena penyakit.  Kelompok Tani Hulu Liwon,  Desa Solog,  Kecamatan Lolak,  Bolmong,  Sulut.  Dokpri

Ini sebenarnya juga merupakan permasalahan di sektor pertanian kita di negeri ini namun isu tentang bahaya residu bagi petani,  konsumen yang mengkonsumsi hasil petani, dan tanah/lahan masih kurang dikumandangkan.  Saya tidak akan kaget jika kedepannya masalah ini kelak akan menjadi masalah besar yang akan dihadapi sektor pertanian kita kelak. 

Sebenarnya ada kontribusi para petani yang mengembangkan produk organik ramah lingkungan sehingga menjadi jawaban masalah bahaya residu herbisida kimiawi terhadap petani,  konsumen dan lahan atau tanah. 

Namun minimnya modal dan tidak ada bantuan dari pemerintah dibidang ini sehingga produsen bahan pestisida dan pupuk organik tidak bisa maksimal untuk produksi dan pemasarannya. 

Masalah tentang bahaya herbisida kimiawi pernah saya singgung dalam artikel saya yang berjudul "Petani Bisa Menjadi Profesi yang Mematikan Jika Dibiarkan".

Ada begitu banyaknya persoalan sektor pertanian kita yang sudah jelas terlihat dan sebagian masih samar terlihat. Seperti Bom Waktu yang kelak akan meledak jika tidak kita jinakkan. 

Ok, Mari kita kembali lagi ke masalah regenerasi petani..

Jadi,  banyaknya persoalan dalam sektor pertanian berimbas pada masalah regenerasi petani.  Intinya masalah regenerasi petani  muncul karena banyaknya persoalan dalam sektor pertanian Indonesia yang belum terselesaikan. 

Memang tidak mudah bagi pemerintah untuk dalam sekejap mengatasi segala macam persoalan di sektor pertanian sekarang ini.  Memang sekarang ini ada kenaikan produksi beberapa komoditas petani di negeri ini seperti naiknya produksi jagung dan beras,  namun itu semua adalah imbas positif dari program - program bantuan pemerintah sebagai stimulus dan rangsangan untuk sektor pertanian di negeri ini bergairah kembali.  Namun bagi saya masalah mendasar soal kesejahteraan petani yang dipengaruhi faktor- faktor yang saya sampikan di atas masih belum bisa terselesaikan sehingga berbicara tentang kesejahteraan petani hanya menjadi mimpi yang masih sulit untuk dicapai. 

Kita jangan heran ketika nanti program bantuan pemerintah sebagai rangsangan bagi petani di negeri ini suatu saat akan berhenti karena tidak mungkin bantuan yang merupakan rangsangan dari pemerintah untuk meningkatkan produksi petani ini akan terus menerus sementara sumber bantuan terbesar berasal dari pinjaman hutang negara.  

Dan ketika program stimulus ini berhenti tidak menutup kemungkinan sektor pertanian kita akan kembali terpuruk dan masalah regenerasi petani lebih sulit lagi untuk teratasi. 

0 Advanced issues found▲

3

Olah Lahan untuk tanaman Tomat.  Dokpri
Olah Lahan untuk tanaman Tomat.  Dokpri

Pemerintah seharusnya fokus pada sumber permasalahan sektor pertanian di negeri ini.  Bantuan benih sebanyak apapun tidak akan maksimal ditangan petani jika kelangkaan pupuk masih menjadi permasalahan mendasar.  

Meski pemerintah mencetak sawah baru sebagai bantuan untuk petani hanya akan percuma atau tidak maksimal jika petani tidak memiliki modal untuk mengelola lahan tersebut.  

Karena permodalan bagi petani hampir dibilang tidak ada.  Ketiadaan lembaga-lembaga yang responsif atas kebutuhan petani adalah kenyataan pahit yang harus diterima oleh petani. 

Program KUR dengan bunga ringan masih kurang dirasakan petani Indonesia karena justru banyak dimanfaatkan oleh para wirausaha karena dinilai oleh Bank sebagai lembaga pemberi pinjaman lebih layak dan minim resiko dibanding diberikan kepada petani yang lebih besar resiko gagalnya. 

Dan masih banyak lagi contoh mendasar lainnya yang membuat program bantuan pemerintah masih sulit untuk mengatasi persoalan meningkatkan kesejahteraan petani yang berimbas pada masalah regenerasi petani yang kita hadapi sekarang ini. 

Doa dan harapan saya yang mungkin juga sama dengan doa dan harapan jutaan petani Indonesia lainnya adalah ;

Semoga kedepan pemerintah akan fokus pada titik sumber permasalahan yang ada sehingga kesejahteraan petani Indonesia segera tercapai,  dan otomatis masalah regenerasi petani ikut terselesaikan.  Karena ketika kaum generasi muda melihat betapa cerahnya karir di sektor pertanian maka para generasi muda atau kaum milenial akan berbondong-bondong terjun ke dunia pertanian.  Efeknya Swasembada pangan yang tadinya hanya merupakan mimpi kelak akan menjadi kenyataan.

 

Salam Mimpi Swasembada.
Salam Hormat dari saya Petani Muda Desa Tandu,  Kecamatan Lolak,  Kabupaten Bolaang Mongondow,  Sulawesi Utara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun