Keberlanjutan Pemerintahan Baru
Cengkih tetap hidup pada tanahnya, bagi masyarakat TNS yang dirahmati tanah wilayah adat yang gembur dari sumber gunung api, menambah kemuliaan yang tak pernah putus dalam keabadian Jalur Rempah di Maluku.
Akankah kemuliaan dan romantisme masa lalu menjadi kebangkitan masa depan bagi Masyarakat Maluku teristimewa Masyarakat Teon Nila Serua?
Sebagaimana pengalaman kelam masa lalu dalam perdagangan cengkih di Maluku yang dikenal dengan sebutan Pelayaran “Hongitochten”, dimana armada VOC Belanda merusakkan dan membakar kebun-kebun cengkih di wilayah –wilayah penghasil cengkih di Maluku.
Pelayaran Hongi atau Ekspedisi Hongi (Belanda: Hongitochten) adalah suatu bentuk pelayaran serta pengawasan yang dilakukan oleh pemerintahan zaman VOC Belanda yang bertujuan menjaga keberlangsungan monopoli rempah-rempah termasuk Hak Ekstirpasi, yaitu hak memusnahkan pohon Pala atau Cengkih, demi mengekalkan monopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku dan sekitarnya. Hal ini penting untuk dilakukan karena jika tidak, maka akan terjadi kelebihan produksi rempah, sehingga harganya pun turun dan akan mengurangi keuntungan perdagangan rempah Belanda.(Wikipedia)
Maka pembasmian kebun-kebun cengkih juga dialami masyarakat TNS sebagaimana dituturkan Patura Teon, Alexander Relmasira (82thn). Banyak pohon cengkih dirusakkan (dipotong, dibakar) dalam upaya mendominasi perdagangan cengkih dan penetapan harga cengkih di Maluku oleh penjajah.
Saatnya Jalur Rempah di Maluku yang masih dihidupi oleh masyarakat TNS menjadi salah satu Strategi Pengembangan Ekonomi Kecamatan Teon Nila Serua ke depan.
Akhir kata penulis berharap, beberapa hal yang menjadi masukan kepada semua pemangku kepentingan baik di tingkat pusat, daerah, kecamatan bahkan kepala pemerintahan desa/negeri dan masyarakat TNS adalah sebagai berikut :
1. Tata niaga cengkih agar dikelola optimal sehingga terukur volume dan besaran pendapatan negeri –negeri se-Kecamatan Teon Nila Serua. Tata niaga ini menjadi berdayaguna jika Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) menjadi motor penggerak ekonomi dalam membeli hasil warga masyarakat TNS untuk dibawa ke pasar nasional bahkan global, sehingga menjadi PAD desa/negeri. Jika perlu dibuat BUMDES bersama.
2. Sudah tersedia peminat yang akan membeli cengkih dan gagang cengkih dari luar Maluku, untuk itu perlu kebersamaan ( konsolidasi) dalam mengumpulkan hasil cengkih dalam jumlah yang besar dengan harga yang kompetitif.
3. Perlunya penanaman kembali pohon cengkih oleh tiap mata ruma di Kepulauan Teon Nila Serua, dimana saat ini sudah ada upaya pembibitan di Negeri Layeni Kecamatan TNS di Waipia Pulau Seram.