Mohon tunggu...
Levina Litaay
Levina Litaay Mohon Tunggu... Insinyur - Simple, smart, sportive

Community base development, complex problem solving, event organizer

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Atena, Arumbai Alat Transportasi di Pulau Vulkanik Serua

25 Oktober 2024   12:34 Diperbarui: 26 Oktober 2024   06:25 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kole-kole dan Arumbai di Wlan Osi Pantai Lopra Pulau Serua Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku (dokumentasi pribadi)

Provinsi Maluku , berdasarkan data BPS Provinsi Maluku dalam Angka tahun 2024 merupakan provinsi kepulauan terbesar dengan jumlah pulau 1.422. Jumlah penduduk Maluku sebanyak 1.920.462 jiwa dan tersebar pada 11 wilayah administrasi pemerintahan di 9 kabupaten dan 2 kotamadya.

Yang menarik luas laut mencapai 658.294,69 km2 (92.4%) dan daratan hanya 54.185 km2 ( 6.5 %) merujuk LKIP Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku 2021.

Kabupaten/Kota yang dimiliki Provinsi Maluku, selain Kota Ambon maka Kabupaten tertua yaitu Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagain Timur, Kabupaten Maluku Tenggara, Kota Tual, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Kabupaten Kepulauan Aru, Kabupaten Maluku Barat Daya, Kabupaten Buru dan Kabupaten termuda yaitu Kabupaten Buru Selatan.

Dari data diatas maka Provinsi Maluku memiliki kekhususan yang menjadikan laut ruang hidup dan sangat membutuhkan sarana prasana transportasi. Selain itu perlu adanya dermaga atau pelabuhan maupun kelengkapan alat penangkap ikan bagi kelangsungan kehidupan masyarakatnya.

Keunikan lain yang dimiliki Maluku yaitu keindahan alam yang luar biasa termasuk kandungan bahan tambang gas dan minyak bumi serta kekayaan laut dengan biota yang beragam. Yang tak kalah menarik Maluku memiliki 4 pulau gunung api berstatus aktif yaitu Pulau Teon, Pulau Nila, Pulau Serua dan Pulau Damer di Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku sedangkan Pulau Damer berada di Kabupaten Maluku Barat Daya.

P.Teon, P.Nila dan P.Serua dalam Peta Provinsi Maluku (Sumber : Wikipedia.com)
P.Teon, P.Nila dan P.Serua dalam Peta Provinsi Maluku (Sumber : Wikipedia.com)

Inilah kekhususan manusia dengan alam Maluku, yang membuatnya harus beradaptasi dalam mempertahankan kelangsungan penghidupan di berbagai pulau dan pesisir di Provinsi Maluku.

Sarana transportasi

Di perairan Provinsi Maluku dengan mudah terlihat lalu lalang sejumlah kapal baik yang dioperasikan oleh PT. PELNI ataupun pihak swasta sebagai moda angkut penumpang maupun barang seperti KM.Ngapulu, KM.Dorolonda, KM.Dobonsolo, dll. Di Maluku masyarakat menyebut kapal putih – kapal berukuran besar.

Selain itu ada sejumlah kapal pelayaran perintis baik yang berpangkalan di Ambon maupun Saumlaki Kabupaten Kepulauan Tanimbar yaitu Kapal Motor Sabuk Nusantara disingkat KM. Sanus 71, KM.Sanus 72, KM,Sanus 87, KM. Sanus 104, KM. Sanus 28 dll dengan misi konektivitas dan melayari pulau-pulau kecil termasuk Kepulauan Teon Nila Serua.

Pelayaran di Maluku semakin bergairah dengan hadirnya pengusaha swasta yang mengoperasikan sejumlah kapal penumpang seperti KM. Cantika Lestari, KM.Berkat Taloda, KM Heng-Heng, KM. Cahaya Baru dll sebagai moda transportasi di samping kapal tol laut dan kapal kontainer logistik.

Selain itu di laut Maluku berseliweran juga kapal pengamanan dari unsur TNI yang menjalankan fungsi patroli, Polri, Bakamla, kapal riset, kapal tanker Pertamina maupun kapal pariwisata atau orang lokal menyebut kapal turis.

Kearifan lokal TNS membuat Perahu Layar

Sebagai bangsa maritim, di Maluku masih ditemukan kearifan budaya lokal pembuatan kapal khususnya dalam masyarakat Teon Nila Serua. Alam membuat masyarakat TNS memiliki kecakapan membuat perahu sejak dahulu kala dari berbagai jenis, seperti perahu kecil (kole-kole) atau dalam bahasa Indonesia di sebut sampan, perahu semang dan yang lebih besar lagi disebut Arumbai dan perahu layar.

Di waktu lampau kecakapan membuat perahu layar itu ada pada semua mata ruma (marga) mengingat perahu adalah moda transportasi laut satu-satunya di 3 pulau vulkanik di Laut Banda.

Sarana transportasi laut masyarakat Teon Nila Serua digunakan untuk mencari ikan di laut, saling berkunjung antar pulau atau melakukan pelayaran laut membawa hasil alam untuk di jual ke beberapa tempat termasuk ke Ambon, Lease, Seram, Papua, Surabaya, Jakarta dll.

Di Pulau Teon ada 5 Kampung adat yang menurut penuturan patura ( orang tua) Alex Relmasira perahu bisa mencapai 100 buah. di Kampung Mesa ada nama Perahu Winner (marga Litaay), Perahu Baruna (marga Relmasira), Perahu Bethesda (marga Melaira), Marga Rijoly mempunyai perahu bernama Kembang Baru, Arkati dan Dika, Perahu Wanpa ( marga Kurmasela dan Litaay). Di Kampung Layeni ada nama Perahu Wonsera, Adipo, Sayangdia, Bunga Bangsa, Maikyeni dan Taneti (marga Relmasira/Mesa dan Leunufna/Layeni), Komasnala. Di Kampung Yafila nama perahu yaitu Imanuel dan Kejora, di Kampung Isu ada nama Perahu Oryali dan di Kampung Watludan nama Perahu Amresi, Pilmasa dan Lipmasa.

Di Pulau Nila menurut penuturan Essau Sarioa ada 7 kampung adat yaitu Kampung Usliapan nama perahu Rosalina dan Selima ( marga Tanate) sedang perahu nama Yakomina milik marga Rarsina dan Letwory. Di Kampung Kuralele dari marga Marantika nama perahu Anthoneta dan Wusteri, Selanjutnya Kampung Kokroman nama perahu Barnesi, Evrina milik marga Sarioa.

Sedangkan perahu layar Rarkoma, Alida milik marga Lakotany. Marga Sunloij memiliki perahu bernama Levina Dan yang terakhir Perahu Nepra milik keluarga Aulele-Ritiauw di Ameth.

Di Kampung Bumey marga Ketno memiliki perahu dengan nama Delta, sedangkan Womerina milik Kampung Bumey. Di Kampung Sifluru ada perahu Anetha milik marga Tuakora dan Rajawali milik marga Nusamara.

Sedangkan perahu dengan nama Rormalina milik beberapa marga di Sifluru. Di Kampung Wotay ada perahu Tanolia milik marga Tuknuru sedangkan marga Lunmisay bernama Kopilima. Marga Purmiasa mempunyai perahu bernama Adikaka dan Sikwaltia. Perahu layar Rumlaly milik marga Karesina dan masih ada perahu milik beberapa marga yaitu perahu dengan nama wamlimu. Sedangkan marga Kolelsy mempunyai perahu layar bernama Kuria dan Rarmesa.

Di Pulau Serua dari penuturan Gabriel Ursia dan Nixon Talaksoru terdapat 4 kampung adat yaitu Kampung Jerili nama perahu dari marga Pelmelay yaitu Cinta dan Katketi, Perahu marga Pormes yaitu Itudia, Novalina, Meskota, Olivia, Kepinghoa dan Evolin. Marga Workala ymemiliki perahu Marantia dan Genoveva. Marga Ursia yaitu perahu Nona Manis dan Gelombang Epe sedangkan marga Ritiauw memiliki perahu Gelombang Wati dan Neworita.

Dari Kampung Lesluru nama perahu Ternosri milik marga Lueli – Lessu, Melay. Sedangkan dari Kampung Waru nama perahu yaitu Bunga Cengkeh milik marga Komsary. Perahu Varwela, Bintang Siang, Beti, Yana, Omarina dan Jefina milik marga Talaksoru dan Perahu Kalwedo milik marga Ukru. Marga Kunu mempunya perahu bernama Surimina dan Wana Mas.

Perahu ini merupakan perahu layar yang mengandalkan angin dan panggayo ( dayung) hingga ke tujuan. Masih banyak lagi perahu yang dimiliki sejumlah keluarga (mata ruma) di Kepulauan Teon Nila Serua. Beberapa dari antara perahu tersebut sudah menggunakan mesin seperti Perahu Evolin, Surimina dan Neworita demikian tandas Gabriel Ursia.

Selain itu Patura Alex Relmasira juga menerangkan, di Kota Ambon saat itu sangat terkenal Pante Sarua ( Pantai Serua) atau “Pante B’lakang Kota” ( Pantai di belakang Kota Ambon) yang sekarang ini disebut Pante ( pantai) Losari. Saking terkenalnya karena banyaknya perahu-perahu dari TNS yang berlabuh disitu membawa hasil-hasil dari Kepulauan TNS yaitu jeruk manis, mangga, pisang, kelapa, umbi-umbian, hasil laut dan lainnya ke Pasar Ambon.

Lanjut Patura Alex menuturkan, pada musim jeruk manis, perahu-perahu TNS berdatangan di Kota Ambon dan puluhan bahkan ratusan ribu buah jeruk membanjiri Kota Ambon. Para siswa TNS yang bersekolah di Ambon menjual jeruk manis di berbagai sudut Kota Ambon untuk mendapat uang saku.

ATENA – Arumbai di Pulau Serua

Sejak evakuasi masyarakat ketiga Pulau Teon Nila Serua ke Pulau Seram di tahun 1978 akibat ancaman gunung berapi, maka kearifan lokal membuat perahu semakin redup mengingat aktivitas di Waipia berada pada satu daratan dan kepergian masyarakat ke pulau selalu memanfaatkan jasa pelayaran perintis yang tersedia yaitu kapal sabuk nusantara. Saat ini trayek ke Teon Nila Serua dilayari oleh KM. Sanus 71 berpangkalan di Ambon dan KM.Sanus 72 berpangkalan di Saumlaki.

Akibat ketidaksediaan dermaga atau pelabuhan lokal di ketiga pulau Teon Nila Serua memaksa penumpang diturunkan di tengah laut oleh kapal perintis.

Untuk mencapai daratan maka tiap kampung tempat berlabuh kapal dibutuhkan alat transportasi laut. Jika musim timur di Pulau Serua kapal akan berlabuh di depan Kampung Jerili dan penumpang diturunkan di Pantai Lopra. Sedangkan jika musim barat tiba, kapal akan berlabuh di dekat Pantai Watinu Kampung Waru.

Arumbai “Sedu” yang dibuat di Kampung Jerili dusun Wlan Osi Pulau Serua Kabupaten Maluku Tengah - Maluku ( dokumentasi Pieter Sena Ursia)
Arumbai “Sedu” yang dibuat di Kampung Jerili dusun Wlan Osi Pulau Serua Kabupaten Maluku Tengah - Maluku ( dokumentasi Pieter Sena Ursia)

Kebutuhan terhadap alat transportasi laut ini membuat masyarakat berupaya membuat Atena, atau dalam bahasa lokal artinya Arumbai. Dengan kepemimpinan kepala dusun di Kampung Jerili maka di Pulau Serua memiliki 2 armada angkut Arumbai. Arumbai merupakan perahu yang terbuat dari kayu dan di Serua saat ini sudah dilengkapi dengan mesin pendorong.

Arumbai yang besar bernama "Sedu" yang merupakan pemberian nama oleh salah satu turis artinya selam sedunia. Sedu mempunyai daya angkut 40 orang dan menggunakan mesin ketinting.

Sedangkan Arumbai dengan ukuran kecil memiliki daya angkut 20 orang dan disebut " Titretnia" (bahasa serua artinya milik semua/masyarakat) menggunakan mesin Johnson merek Yamaha 25 PK. Penulis sendiri telah memiliki pengalaman menggunakan Arumbai tersebut ketika berkunjung ke Pulau Serua pada bulan November 2021.

Arumbai “Titretnia” milik Kampung Jerili dan pembuatannya dilakukan di Pulau Serua Kabupaten Maluku Tengah - Maluku ( dokumentasi pribadi)
Arumbai “Titretnia” milik Kampung Jerili dan pembuatannya dilakukan di Pulau Serua Kabupaten Maluku Tengah - Maluku ( dokumentasi pribadi)

Dalam penuturun Kadus ( Kepala dusun) Jerili Bob Pelmelay, penulis bertanya bagaimana membuatnya? Kadus menjelaskan Arumbai Sedu telah berumur 17 tahun dan Titretnia baru berusia 7 tahun, ini semua murni usaha disini bu, tandas kadus.

Lanjut kadus, uang yang di dapat dari kunjungan kapal turis diatur untuk membeli material. Kalau kayu diambil dari pulau. Sempat penulis mengulangi pertanyaan apakah ada bantuan dari Dana Desa Negeri Jerili, oh tidak ada ibu !, ini murni usaha kami di pulau. “kalau yang Sedu beta ( saya) kurang tahu waktu buat, tetapi yang Titretnia, beta ikut buat ibu” jawab Kadus Bob.

Bob menjelaskan, waktu itu Gereja Sidang Tuhan (GST) hendak membangun gereja di Pulau Serua dan anggota warga gereja meminta ijin untuk membuat perahu dalam rangka mencari dana.

Jadi Arumbai itu dibangun atau dibuat di pulau oleh warga gereja yang mengerjakan dan diberi Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah ) dari dusun. Itu biaya kerja mengingat mereka sedang mencari dana untuk pembangunan gedung GST di Pulau Serua. Semua kayu dari pulau ibu!, hanya paku, mur, baut, mesin katong ( kita) bali ( beli) di kota lagi – lagi ujar Kadus Bob.

Mengakhiri tulisan ini, penulis mengangkat sebuah video yang menggambarkan aktivitas menarik Arumbai ke darat setelah digunakan melaut. Kegiatan ini disebut "Tsusal" Arumbai. Tsusal artinya dorong. Pemilik perahu akan menghimbau dengan panggilan ajakan dalam bahasa Serua “Mmretan PE mat rein Atena Ti iwrea” artinya kalian semua mari datang, kita tarik perahu ke darat.


Tsusal (dorong) Arumbai ke darat di Dusun Wlan Osi Jerili Pulau Serua Kabupaten Maluku Tengah (video Thed Pelmelay)

Pada video di bagian depan yang memegang tali adalah kaum perempuan dan di bagian belakang-badan perahu yaitu lelaki. Cara menarik Arumbai ke darat dengan meletakkan kayu di bagian bawah yang disebut latna dan di bawah komando seseorang, perahu ditarik ke darat ke tempat penyimpanan dengan kerjasama yang baik.

Harapan ke depan

1.Semoga kearifan lokal masyarakat TNS ini tetap diperjuangkan untuk diwariskan, sehingga alokasi Dana Desa (DD) bagi negeri adat di Kecamatan Teon Nila Serua bisa digunakan untuk membuat perahu bahkan kapal yang bermanfaat bagi masyarakat bukan saja sebagai alat transportasi dari kapal perintis ke pulau tetapi bisa melakukan pelayaran dari Waipia ke Kepulauan Teon Nila Serua atau kebutuhan lainnya.

2.Bagi semua mata ruma (marga) masyarakat Teon Nila Serua dimanapun berada, perlu dilakukan inventarisasi bagi anggota keluarga yang masih memiliki kecakapan membuat perahu dan diberi dukungan untuk upaya mengadakannya, sehingga kemahiran ini tidak akan hilang sebagai sebuah kearifan lokal turun temurun.

3. Perlu tindakan pelestarian dari program pemerintah pusat sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) sehingga keahlian atau kemahiran pembuatan perahu/kapal kayu tetap terjaga dan tidak punah atau hilang.

4. Perlunya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menetapkan Kampung Nelayan pada kampung-kampung adat di Kepulauan Teon Nila Serua dengan dukungan sarana prasarana alat tangkap kepada nelayan lokal TNS.

Pada akhirnya dengan melihat kecakapan dan kemahiran yang dimiliki dalam semua mata ruma masyarakat Teon Nila Serua (TNS) maka pemerintah pusat perlu mempertimbangkan pembuatan industri kapal di Pantai Waipia Pulau Seram Kabupaten Maluku Tengah yang dapat menjawab kebutuhan “konektivitas” Provinsi Maluku dengan luas laut terbesar di Indonesia. Dengan demikian kemampuan bahari dan keahlian mendesain perahu masyarakat TNS tidak akan hilang saat berada di lokasi Waipia Pulau Seram.

“Laut Masa Depan Kita; sudah terlalu lama kita memunggungi laut ( Joko Widodo)”

Salam Terobosan

Levina Litaay

Ketum BPP Ikatan Keluarga Besar Teon Nila Serua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun