Di Pulau Serua dari penuturan Gabriel Ursia dan Nixon Talaksoru terdapat 4 kampung adat yaitu Kampung Jerili nama perahu dari marga Pelmelay yaitu Cinta dan Katketi, Perahu marga Pormes yaitu Itudia, Novalina, Meskota, Olivia, Kepinghoa dan Evolin. Marga Workala ymemiliki perahu Marantia dan Genoveva. Marga Ursia yaitu perahu Nona Manis dan Gelombang Epe sedangkan marga Ritiauw memiliki perahu Gelombang Wati dan Neworita.
Dari Kampung Lesluru nama perahu Ternosri milik marga Lueli – Lessu, Melay. Sedangkan dari Kampung Waru nama perahu yaitu Bunga Cengkeh milik marga Komsary. Perahu Varwela, Bintang Siang, Beti, Yana, Omarina dan Jefina milik marga Talaksoru dan Perahu Kalwedo milik marga Ukru. Marga Kunu mempunya perahu bernama Surimina dan Wana Mas.
Perahu ini merupakan perahu layar yang mengandalkan angin dan panggayo ( dayung) hingga ke tujuan. Masih banyak lagi perahu yang dimiliki sejumlah keluarga (mata ruma) di Kepulauan Teon Nila Serua. Beberapa dari antara perahu tersebut sudah menggunakan mesin seperti Perahu Evolin, Surimina dan Neworita demikian tandas Gabriel Ursia.
Selain itu Patura Alex Relmasira juga menerangkan, di Kota Ambon saat itu sangat terkenal Pante Sarua ( Pantai Serua) atau “Pante B’lakang Kota” ( Pantai di belakang Kota Ambon) yang sekarang ini disebut Pante ( pantai) Losari. Saking terkenalnya karena banyaknya perahu-perahu dari TNS yang berlabuh disitu membawa hasil-hasil dari Kepulauan TNS yaitu jeruk manis, mangga, pisang, kelapa, umbi-umbian, hasil laut dan lainnya ke Pasar Ambon.
Lanjut Patura Alex menuturkan, pada musim jeruk manis, perahu-perahu TNS berdatangan di Kota Ambon dan puluhan bahkan ratusan ribu buah jeruk membanjiri Kota Ambon. Para siswa TNS yang bersekolah di Ambon menjual jeruk manis di berbagai sudut Kota Ambon untuk mendapat uang saku.
ATENA – Arumbai di Pulau Serua
Sejak evakuasi masyarakat ketiga Pulau Teon Nila Serua ke Pulau Seram di tahun 1978 akibat ancaman gunung berapi, maka kearifan lokal membuat perahu semakin redup mengingat aktivitas di Waipia berada pada satu daratan dan kepergian masyarakat ke pulau selalu memanfaatkan jasa pelayaran perintis yang tersedia yaitu kapal sabuk nusantara. Saat ini trayek ke Teon Nila Serua dilayari oleh KM. Sanus 71 berpangkalan di Ambon dan KM.Sanus 72 berpangkalan di Saumlaki.
Akibat ketidaksediaan dermaga atau pelabuhan lokal di ketiga pulau Teon Nila Serua memaksa penumpang diturunkan di tengah laut oleh kapal perintis.
Untuk mencapai daratan maka tiap kampung tempat berlabuh kapal dibutuhkan alat transportasi laut. Jika musim timur di Pulau Serua kapal akan berlabuh di depan Kampung Jerili dan penumpang diturunkan di Pantai Lopra. Sedangkan jika musim barat tiba, kapal akan berlabuh di dekat Pantai Watinu Kampung Waru.
Kebutuhan terhadap alat transportasi laut ini membuat masyarakat berupaya membuat Atena, atau dalam bahasa lokal artinya Arumbai. Dengan kepemimpinan kepala dusun di Kampung Jerili maka di Pulau Serua memiliki 2 armada angkut Arumbai. Arumbai merupakan perahu yang terbuat dari kayu dan di Serua saat ini sudah dilengkapi dengan mesin pendorong.