Mohon tunggu...
Levina Litaay
Levina Litaay Mohon Tunggu... Insinyur - Simple, smart, sportive

Community base development, complex problem solving, event organizer

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mutiara Kehidupan Keluarga #2 - Mental Petarung

21 Oktober 2024   16:19 Diperbarui: 21 Oktober 2024   16:42 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anggota Drumband Siwalima Maluku tahun 1984 (dokumentasi pribadi)
Anggota Drumband Siwalima Maluku tahun 1984 (dokumentasi pribadi)

Di tahun 1984 ada perhelatan akbar Sidang Raya DGI ( Dewan gereja Indonesia ) di Ambon yang akan dihadiri Presiden Soeharto. Lagi-lagi penulis terpilih sebagai Tim Drumband Siwalima Maluku yang akan beraksi dalam acara Pembukaan Sidang Raya DGI di Stasiun Mandala Karang Panjang Ambon. Pada acara ini maka nama DGI berubah menjadi PGI ( Persekutuan Gereja – gereja di  Indonesia).

Melewati serangkaian latihan yang padat bukan saja dari Depdikbud tetapi juga dari Korsik ( Korps Musik ) Kodam Pattimura. Dan yang luar biasa kenangan yang tersisa ketika alat Parade Drum yang dipegang penulis juga melatih kekuatan kaki dalam berbaris sambil memanggul alat musik  tersebut. Terkadang pulang latihan nampak paha yang membiru akibat berjalan/berbaris dan menahan berat alat musik parade drum.

Akhirnya menjelang PON XI di Jakarta tanggal 9-20 September 1985, papie harus menyiapkan atlit Anggar wanita. Obsesinya menyertakan salah satu anak pada cabang olahraga prestasi. Mulai anak pertama hingga ketiga tidak berhasil dicetaknya menjadi atlit  Harapan papie  mungkin anak yang keempat  yakni penulis.

Kembali penulis dilatih secara privat di rumah bersama Jimmy Supusepa. Wow ! ternyata, cabang olahraga (cabor ) Anggar adalah salah satu cabor bela diri juga , yang lagi-lagi harus mengandalkan ketahanan kuda-kuda pada kedua kaki.  

Latihan dasar cabor Anggar cukup berat. Setiap latihan dimulai dengan pemanasan gerak badan dilanjutkan mengangkat barbel yang diletakkan di bahu, kemudian menaiki undakan secara naik turun. Ini salah satu cara melatih kekuatan tungkai kaki. Alat bantu olahraga barbel digunakan untuk melatih dan memaksimalkan kekuatan seluruh tubuh.

Sambil mengintip dari jendela, ibu saya “berteriak he! jangan paksaan itu anak”. Terikan itu ditujukan ke papie yang sementara melatih. Kenapa demikian dengan perawakan yang hanya seberat 42 kg dan tinggi 160 m, saya terlihat cukup berat memanggul barbel pada bahu dengan naik turun undakan guna latihan kuda-kuda.

Singkat cerita kedua orangtua penulis saling membahas : ‘coba tanyakan ke anaknya mau jadi atlit atau melanjutkan sekolah? Pinta ibu saya ke papie . Memang saat itu sudah masuk dalam bulan menuju ujian akhir untuk menamatkan SMA. Disinilah penulis harus memilih!.

Sebagai seorang anak yang melihat antusias papie melatih dengan obsesinya ingin mencetak atlit pada salah satu anak, berat rasanya harus membuat pilihan di hadapan kedua orang tua.

Akhirnya saya harus memilih dan dengan nada datar saya mengatakan : “saya pilih lanjut studi”. Seketika tampak dalam raut muka papie terlihat melas dan disitulah saya belajar melihat kebesaran hatinya sebagai seorang pelatih/coach ketika seorang anak harus memilih.

Saya membathin jika ini pilihan saya maka saya harus berprestasi untuk tidak mengecewakan mereka di dunia pendidikan. Saya meninggalkan arena latihan Anggar dan Jimmy yang merupakan calon atlit putera lanjut dilatih papie untuk dipersiapkan mengikuti PON dan kemudian bergabung dengan Kontingen Maluku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun