2. Pendeta, Guru Jemaat dan Penginjil
Menurut penuturan Pendeta Em. Alexander N Relmasira, S.Th, SIP, M.Si seorang pendeta sekaligus dosen Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) dan juga mantan Kepala Perpustakaan UKIM bahwa Gereja Protestan Maluku (GPM) pada zamam Belanda di tahun 1885 membuka STOVIL (School Tot Opleiding van Inlands Leraars).
Lebih lanjut Pendeta Alexander mengatakan STOVIL adalah sekolah penginjil pribumi yang terletak di daerah Batumerah Kota Ambon. Adapun lulusan STOVIL banyak dikirim mengabdi ke Papua dan Sulawesi
Kemudian dibuka Sekolah Guru Jemaat di wilayah Tanah Lapang Kecil (Talake) Kota Ambon dan juga di Tual. Lulusannya sebagai Guru Jemaat selain bertugas sebagai seorang Pemimpin Jemaat sekaligus menjadi guru/mengajar di Sekolah Dasar.
Dalam perkembangannya Gereja Protestan Maluku (GPM) membuka lagi Sekolah Theologia Gereja Protestan Maluku di Kota Ambon yaitu pada tahun 1949. Sekolah Thelogia GPM dalam pengembangannya di tahun 1960 menjadi Akademi Thelogia Gereja Protestan Maluku.
Pendeta Alexander sendiri melanjutkan pendidikan ke Sekolah Theologia GPM. Kemudian di tahun 1965 dalam pengembangannya menjadi Institut Theologia Gereja Protestan Maluku (INSTILOGIA GPM)
Sesuai UU No 22 tahun 1961 maka Instilogia GPM diubah status menjadi Sekolah Tinggi Theologia Gereja Protestan Maluku (STT GPM). Dan pada tahun 1970 melaksanakan Ujian Negara bagi mahasiswanya.
Pada akhirnya Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) berdiri di tahun 1985 sebagai pengembangan dari Sekolah Tinggi Theologia GPM dan dikelola di bawah Yayasan Perguruan Tinggi Gereja Protestan Maluku ( YAPERTI GPM). Hingga saat ini UKIM memiliki 7 fakultas dengan berbagai prodi.
3. Makam Raja Waru di Pulau Serua
Di Negeri Waru Pulau Serua jejak kepimpinanan adat masih terlihat dengan terawatnya makam Raja Waru tahun 1918 bernama Robert Talaksoru dan istrinya Amarancy Talapessy (seorang penginjil dari Negeri Kamariang Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku) di area Gereja Rehoboth.
Raja Robert Talaksoru adalah Raja Waru pertama yang menerima “besluit” dari Pemerintah Belanda, “Besluit” sendiri menurut Ensiklopedia jilid 1 adalah surat pengangkatan atau surat penetapan. Sebelum Raja Robert sudah ada beberapa raja sebelumnya. yang memimpin di Waru.