Dengan dibantu seorang mentor menulis yang mumpuni, maka saya melihat adanya titik terang untuk menjadi seorang penulis buku. Memang gaya menulis di Kompasiana cukup unik karena merupakan sebuah blog terbesar di dunia dengan menampung lebih kurang 6 juta penulis dari berbagai latar belakang, mulai dari ibu rumah tangga, pekerja profesional, guru, dosen, ASN, direktur, wartawan, penulis dan masih banyak lagi ragam penulis.
Keinginan saya untuk menulis jejak rekam perjalanan hidup dalam bentuk narasi kehidupan terwadahi di Kompasiana. Pikir saya alangkah baiknya saya menuliskan cerita-cerita kehidupan pada blog saya, sehingga itu bisa menjadi sebuah “legacy” dalam hidup kelak. Dan siapa tahu di ujung mata pena saya, tulisan itu bisa memotivasi, menginspirasi ataupun bahkan mendorong orang yang membacanya untuk membuat sebuah perubahan dari langkah-langkah kecil yang dapat di tiru.
Nyaman dengan gaya menulis di Kompasiana yang merupakan sarana jurnal warga yang tidak terlalu kaku dalam mengekspresi sebuah narasi, maka mulailah saya menulis dan hingga kini sudah memasuki tahun ke-3. Tanpa terasa. Wow!
Namun jumlah tulisan saya belum menembus angka 50 artikel. Beberapa kali vakum dalam waktu panjang dan dapat semangat lagi untuk menulis dan menulis lagi. Di Kompasiana saya juga dilatih konsistensi menulis, bukankah saya sedang mengejar impian menjadi penulis?
Selain belajar konsisten seorang penulis, ternyata saya mendapat kepuasan tersendiri dalam hal menulis blog dari sebuah proses belajar membangun kebiasaan menulis, creative thinking dengan mencoba beberapa tipe penulisan.
Pada skor statistik Kompasiana saya, sejak 06 Desember 2021 ketika artikel pertama kali dipublis maka “hanya” baru 34 artikel yang ditulis, namun yang membahagiakan semua tulisan menjadi kategori pilihan (34 artikel) dan tidak tanggung-tanggung 27 artikel menjadi Artikel Utama atau 'Headline' di Kompasiana.
Selalu ingat pesan mentor menulis saya, Kompasianer Senior Tovanno Valentino katakan bahwa ketika sebuah tulisan dilepas itu milik publik. Untuk itu harus ada rasa tanggung jawab penuh untuk melepaskan sebuah tulisan di blog, mengapa?
Sebab, semua akan menjadi sebuah jejak digital dan yang paling utama dengan tulisan kita dapat mempengaruhi dunia yang lebih luas dengan informasi yang baik, pungkas mentor.
Itulah sebabnya, sebelum sebuah tulisan dipublis, kebiasaan saya mengirimkan ke beberapa orang untuk meminta koreksi atau review, kadang upaya itu sebagai bagian langkah “mirror” apakah mereka yang membaca bisa menangkap pesan/message yang hendak disampaikan dalam tulisan tersebut.
Di hari ulang tahun Kompasiana ke 16, saya bertekad untuk terus menulis karena sejauh waktu melaju, jejak-jejak kehidupan yang sudah dilalui adalah sebuah narasi kehidupan.
Kisah dalam narasi itu semoga bisa memenuhi khazanah literasi dengan informasi yang baik, sekaligus dapat menginspirasi bahkan membantu membuka ketertutupan informasi khususnya di wilayah daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar).