Mohon tunggu...
Levina Litaay
Levina Litaay Mohon Tunggu... Insinyur - Simple, smart, sportive

Community base development, complex problem solving, event organizer

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Artikel Utama

Spuna, Si Kepiting Kenari yang Hidup di Darat

22 Desember 2023   00:27 Diperbarui: 22 Desember 2023   13:00 1463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Spuna, Si Kepiting Kenari yang Hidup di Darat

Spuna adalah sebutan bahasa lokal Masyarakat Teon Nila Serua (TNS) terhadap jenis Kepiting Kenari atau Ketam Kenari. Sekalipun disebut kepiting, namun hewan ini bukanlah kepiting. 

Kepiting Kenari atau Ketam Kenari merupakan jenis Arthropoda darat terbesar yang dapat diklasifikasi umang-umang atau kelomang dan bahasa latinnya disebut Birgus Latro.

Mengapa begitu familiar masyarakat TNS dengan Spuna karena mereka mengkonsumsinya. Hidupnya justru di darat dan ditandai dengan adanya sebuah batu di samping pohon kelapa. Warga menandai Spuna berdiam atau membangun rumahnya di lubang-lubang batu, kayu dan membuat lubang di tanah. Ternyata Spuna mempunyai makanan utama adalah kelapa.

Mungkin terlintas dalam pikiran kita bagaiman bisa si kepiting dengan capit-capitnya memakan kelapa, bagaimana membukanya?

Sesuai penuturan warga lokal TNS bahwa Spuna akan memanfaatkan kelapa yang jatuh di atas batu, batu akan menjadi alat bantu pertama untuk Spuna melakukan perjuangannya membuka sabuk kelapa dan memecahkan batok hingga dapat meraup kenikmatan memakan daging atau isi kelapa. Spuna pun dapat memanjat kelapa dan menjatuhkan buah kelapa untuk di makan.

Spuna – Kepiting Kenari di Mesa Pulau Teon Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku (dokumentasi pribadi)
Spuna – Kepiting Kenari di Mesa Pulau Teon Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku (dokumentasi pribadi)

Kepulauan Teon Nila Serua adalah rangkaian pulau vulkanik berpenghuni di tengah Laut Banda dan masuk dalam administrasi Pemerintahan Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku.

Di Pulau Gunung Api Teon Nila Serua yang begitu subur karena mengandung unsur hara dari tanah vulkanik, maka pada hutan di lereng badan pulau, tampak kasat mata tumbuhan kelapa yang hidupnya sudah puluhan tahun. 

Pohon-pohon kelapa cukup tinggi dan mungkin saja menjadi kendala untuk dipanjat sehingga masyarakat hanya menjemput buah yang jatuh di bawah pohon seperti yang dituturkan salah satu Patura (orang tua) Mesa Pulau Teon Okto Relmasira.

Penulis sempat disajikan kelapa kenari yang sangat gurih baik air kelapa maupun daging kelapanya, ketika kunjungan ke Kampung Mesa Pulau Teon di bulan November 2021. Namun pada kesempatan di Pulau Teon juga di perkenalkan Spuna yang masih kecil seperti nampak pada gambar diawal tulisan.

Spuna Bakar

Penulis menikmati kelapa kenari di Kampung Mesa Pulau Teon Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku – November 2021 (dokumentas pribadi)
Penulis menikmati kelapa kenari di Kampung Mesa Pulau Teon Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku – November 2021 (dokumentas pribadi)

Rasa penasaran penulis bertambah ketika menerima informasi tentang kegiatan Keluarga Bob Pelmelay pada musim panen cengkih di bulan Juli 2023 di Pulau Serua dan  kebetulan menangkap seekor Spuna yang berukuran besar seberat ~ 1 kg. 

Spuna kemudian diolah dengan cara dibakar dan disajikan bersama sagu lempeng dan kopi susu panas. Oh , Yummmy……ternyata rasanya seperti kepiting laut dan daging terbanyak, terdapat pada capitnya.

Suguhan sore hari Spuna (kepiting kenari) bakar dengan kopi susu dan sagu lempeng di Pantai Sorlisi  Pulau Serua (dokumentasi Thed Maolo Pelmelay)
Suguhan sore hari Spuna (kepiting kenari) bakar dengan kopi susu dan sagu lempeng di Pantai Sorlisi  Pulau Serua (dokumentasi Thed Maolo Pelmelay)

Yach kehidupan di pulau begitu alamaiah, alam menyediakan yang diperlukan. Tuhan tidak membiarkan anak-anaknya kelaparan. Pulau Teon Nila Serua terisolasi, jauh di tengah laut. Bagaikan hidup tanpa tetangga, tokh alam memberi keseimbangan nutrisi bagi kesinambungan manusia yang mendiaminya.

Cuma ada rasa syukur bagi sang Kepala Dusun (Kadus) Kampung Jerili Bob Pelmelay yang harus menjalankan tugas menjaga pulau. Sore itu sambil menikmati kebersamaan bersama keluarga di tepian Pantai Sorlisi Kampung Jerili Pulau Serua yang berbatu ditemani secangkir kopi, sagu lempeng dan seekor Spuna bakar. Min’a oo! kata orang TNS, artinya enak sekali. Tuhan itu itu baik.

Spuna bakar di Pantai Sorlisi  Jerili Pulau Serua Kabupaten Maluku Tengah - Maluku (video : Thed Maolo Pelmelay)

Pengalaman Kadus Jerili Pulau Serua tentang Spuna

Baru 4 hari lalu Kadus Jerili tiba di Waipia Pulau Seram dan penulis melakukan wawancara dengannya terkait pengalamannya tentang Spuna. Karena memiliki keinginan untuk mengetahui apa dan bagaimana Spuna, ditangkaplah 4 ekor Spuna dari berbagai ukuran dan salah satunya cukup besar mencapai berat ~2 kg.

Adapun keempat Spuna dimasukkan dalam bekas bak penampungan air hujan ukuran 2,5 m x 1,5 m milik Pdt.Yoshua Pelmelay yang sudah lama tidak digunakan. Di dalam bak tersebut ada tumpukan kelapa yang sengaja diberikan untuk memberi makan Spuna. Selama 2 bulan Spuna hidup dalam bak air tersebut. Di Kepulauan TNS banyak dibangun bak penampungan air hujan.

Memasuki musim penghujan maka bak air tersebut terisi air hujan setinggi 30 cm. Ternyata sang kadus kelupaan sehingga, ke-4 Spuna berjuang menyelamatkan diri untuk menghindari air. 

Spuna terbesar akhirnya tenggelam di dasar bak, sebaliknya yang 3 lainnya dibantu sang kadus dengan memasukan batang pisang yang cukup banyak kedalam bak air. 

Alih alih Spuna bisa melompat ke atas batang pisang. Akhirnya ketiga Spuna bisa mencapai pelampung batang pisang, namun tidak tertolong dan ketiga Spuna tersebut pun mati.

Salah satu habitat hidup dari Spuna adalah ketika hendak bertelur maka si betina akan ke laut dan melepaskan telurnya di laut dan telur yang selamat dari predator di laut akan terdampar di darat dan hidup mencapai dewasa di darat.

Lagi-lagi menurut cerita kadus pada waktu musim panas sulit menemukan Spuna, mereka ada di lubang persembunyian yang dibuatnya, ada yang di lubang batu, lubang tanah yang di gali atau di lubang kayu pada pohon-pohon besar. Spuna mempertahankan tempat bersembunyi dengan sabuk-sabuk kelapa yang menutup pintu lubang tempat hidupnya.

Bagaimana bisa menangkap Spuna yang begitu besar pada gambar di atas untuk dibakar tanya penulis?

Ceritanya ketika pagi sekitar jam 7, kadus berjalan dari pantai kembali ke rumah dan melihat ada Spuna yang muncul lalu ditangkapnya. 

Menurutnya memang sudah sangat jarang ditemukan saat ini. Salah satu ancaman Spuna di pulau yaitu ikut dimakan oleh babi seloroh kadus.

Ada juga pengalaman kadus mendengar gonggongan anjing, ketika didatangi lokasinya ternyata anjing sedang beradu dengan seekor Spuna yang sementara berjuang membuka batok kelapa. Pikir kadus jangan-jangan anjing juga adalah pelahap Spuna, kemudian kadus mengangkat Spuna dan si anjing langsung menyergap kelapa untuk dimakan. Ternyata anjing akan merebut makanan si Spuna…he he sebuah cerita selingan tentang kehidupan.

Fakta Terbaru Spuna 

Saking penasaran dengan Spuna, penulis melakukan browsing “mbah google”. Ternyata sudah sangat banyak sekali penelitian ilmiah mengenai Spuna atau Ketam Kenari atau sebutan lokal lainnya Kepiting Kenari. Juga terdapat beragam artikel popular mengenai Ketam Kenari atau Kepiting Kenari. Karena makanan utama Spuna adalah kelapa maka Spuna disebut juga Kepiting Kelapa (Coconut Crab).

Sebuah artikel ilmiah popular tentang Ketam Kenari/Kepiting Kenari atau Kepiting Kelapa yang bagi orang TNS di sebut Spuna dapat dibaca pada idntimes.com tanggal 1 Oktober 2020 dengan judul ‘10 Fakta Unik Ketam Kenari, Arthropoda Darat Terbesar di Dunia”.

Catatan Penting Tentang Spuna

> Fauna Langka

Fauna ini dengan filum Arthropoda, family Cinotaedinae, ordo Decapoda dengan spesies Birgus Latro; (Linnaeus, 1767)  sudah dikategorikan satwa langka dengan indeks IUCN 2811 ( Coconut Crab Birgus latro has most recently been assessed for The IUCN Red List of Threatened Species in 2018- Sumber: iucnredlist.org)

Bahkan dalam laman resmi brin.go id pada tanggal 31 Juli 2023 telah dilakukan penandatanganan MOU antara BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) dengan CV. Pulau Gamumu Sejahtera guna menjalin kerjasama studi dalam mengoptimalkan Pemanfaatan Pembesaran Ketam Kenari (Birgus latro) di Maluku Utara. 

Wou sementara orang TNS masih menjadikan Spuna salah satu santapan lesat. Dititik inilah perlu edukasi bagi warga masyarakat untuk budidaya.

> Daerah Sebaran

Populasi terbesar ditemukan di Pulau Christmas namun sebarannya pada pulau-pulau di Samudera Hindia, Hawai, Madagaskar , Australia hingga Indonesia di wilayah timur. 

Di Indonesia ditemukan di Pulau Karatung, Kepulauan Talaud Sulawesi Utara, Ternate Maluku Utara hingga Kabupaten Halmahera Selatan Maluku Utara, Papua, ada juga di Pulau Maratua Kalimantan Timur.

Mungkin karena tidak ada riset atau pelaporan pada kenyataannya, Spuna sudah sangat lama dikenal oleh masyarkat TNS yang berada di tengah Laut Banda dan bahkan mengkonsumsinya. Pengalaman kadus di atas tadi menunjukan bahwa warga TNS berusaha untuk memahami kehidupan Spuna secara alamiah atau autodidak.

Melalui tulisan ini semoga membangun kesadaran edukasi terhadap hewan Arthropoda berkaki sepuluh ini serta perlunya upaya “penangkaran berbasis masyarakat atau komunitas” guna mempertahankan keberlanjutan spesies di alam. Bahkan karena masih dalam lingkup wilayah Kampus Universitas Pattimura Ambon diharapkan adanya dorongan riset terhadap Spuna yang terdapat di Pulau Gunung Api Teon Nila Serua. Apalagi bagi mahasiswa FMIPA yang berasal dari TNS, pentingnya edukasi dan juga literasi bagi warga masyarakat.

Levina Litaay –Ketum BPP Ikatan Keluarga Besar Teon Nila Serua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun