Mohon tunggu...
Levina Litaay
Levina Litaay Mohon Tunggu... Insinyur - Simple, smart, sportive

Community base development, complex problem solving, event organizer

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mengenal "Pulau Gunung Api" Teon Nila Serua

4 Desember 2023   14:59 Diperbarui: 5 Desember 2023   13:59 3820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelayanan mimbar Pdt.Thomas Tanate,S.Ssi; Sakramen pernikahan dan baptis anak di GPM Mesa Teon-Oktober 2023 (dokumentasi Emmy Dahaklory/Rijoly)

Mengenal "Pulau Gunung Api" Teon Nila Serua 

Pernahkah Anda membayangkan ketika berada di pulau atau wilayah gunung berapi aktif, entah sebagai penduduk setempat, wisatawan, peneliti atau sekedar mengunjunginya, tiba-tiba terjadi letusan gunung berapi? Bak film-film dokumenter tentang letusan gunung berapi yang mungkin Anda pernah nonton. Penulis dapat membayangkan, berbagai reaksi dari Anda. Apalagi bagi mereka yang pernah terjun atau berada di salah satu wilayah gunung berapi di Indonesia di saat letusan terjadi.

Tentu banyak aspek yang dapat dibahas dan dianalisa, namun kejadian alam ini sebagian besar terjadi, tanpa kita ketahui kapan terjadinya. Sehingga diupayakan berbagai cara untuk meminimalisasi dampak letusan gunung berapi terhadap penduduk di wilayah tersebut.

Hal serupa dapat digambarkan dengan keberadaan Kepulauan Teon, Nila , Serua (TNS) yang merupakan rangkaian pulau yang berada di tengah Laut Banda Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku yang pada hakekatnya merupakan pulau gunung api (volcano island). Dapat Anda membandingkan keberadaan Pulau Gunung Krakatau yang tak berpenghuni, sekalipun ada, tidak menetap untuk mengelola pertanian dan kehutanan atau mencari ikan.

Dari berbagai literatur Anda dapat mendapatkan info terkait letusan Krakatau yang sangat dahsyat pada tahun 1883, dimana awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Tentu jika ada penduduk yang mendiami pulau tersebut dapat dipastikan ikut menjadi korban

Walaupun karakteristiknya berbeda antara pulau gunung berapi TNS dan Krakatau, namun benang merahnya adalah tentang “Pulau Gunung Api”. Anda dapat membayangkan apabila terjadi letusan atau erupsi, pasti akan menjadi musibah yang mengerikan. Sehingga tidak ada salahnya bila ada kesan kekuatiran, ketakutan dan momok bagi warga sekitarnya.

Kekuatiran atau bahkan menjadi momok bagi warga yang bermukim di wilayah di ketiga pulau tersebut sangat beralasan karena kapan saja dihadapkan dalam kondisi ancaman bahaya apalagi infrastruktur mulai dari deteksi awal, fasilitas perlindungan, hingga evakuasi tidak tersedia. 

Dengan demikian, kebutuhan paling dibutuhkan adalah fasilitas teknologi untuk mendeteksi awal untuk dapat dievaluasi guna mengambil tindakan nyata dan tepat untuk penanganan penduduk yang mendiami pulau gunung berapi, sesuai dengan hasil analisa dari deteksi awal tersebut.

Sejalan dengan hal tersebut, dengan pendekatan perkembangan teknologi saat ini dan telah digunakan pada sejumlah pulau gunung api aktif, terdapatnya stasiun pemantau guna mengetahui aktivitas seismik jauh di dalam kerak bumi walaupun tidak tampak mata pada permukaan.

Selanjutnya untuk memahami lebih jauh judul catatan reportase ketiga pulau gunung berapi Teon, Nila dan Serua, sebelumnya kita perlu mengenal terlebih dahulu apa yang disebut Ring Of Fire (Cincin Api), Peta Sebaran Gunung Api aktif di Indonesia dan Gunung Api di Provinsi Maluku.

Ring Of Fire (Cincin Api)

Indonesia yang memiliki letak geografis berada di wilayah Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik, yakni pertemuan tiga lempeng tektonik dunia yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Berjarak lebih kurang 40.550 km dan berbentuk seperti busur tapak kuda, wilayah ini merupakan rangkaian gunung api yang cukup aktif.

Ring of fire (sumber : USGS)
Ring of fire (sumber : USGS)

Peta Sebaran Gunung Api Aktif di Indonesia

Berdasarkan publikasi terbaru tanggal 20 September 2021 pada laman https://magma.esdm.go.id maka terdapat sejumlah 127 gunung api aktif di Indonesia dengan 3 tipe yaitu tipe A,B dan tipe C.

Jumlah gunung api aktif ini membuat Indonesia menduduki peringkat pertama di dunia dari banyaknya jumlah gunung api aktif begitu juga jumlah korban jiwa terbanyak.

Namun dari 127 gunung api tersebut, hanya baru 69 gunung api aktif yang dipantau oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Untuknya maka masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah aktif gunung api akan selalu memiliki ancaman bahaya.

Di sinilah tugas dan fungsi PVMBG dalam memberikan layanan publik dengan melakukan monitoring atau pengawasan selama 24 jam terhadap aktivitas gunung api aktif di Indonesia.

Dari publikasi esdm.go.id maka ada 3 jenis gunung api aktif di Indonesia yaitu :

a. Gunung api Tipe A, berjumlah 76. Merupakan gunung api yang memiliki catatan sejarah letusan sejak tahun 1600.
b. Gunung api Tipe B, berjumlah 30. Merupakan gunung api yang memiliki catatan sejarah letusan sebelum tahun 1600.c. Gunung api Tipe C, berjumlah 21. Merupakan gunung api yang tidak memiliki catatan sejarah letusan, tetapi masih memperlihatkan jejak aktivitas vulkanik, seperti solfatara atau fumarole.
d. Keterangan BL menandakan gunung api bawah laut

Sebaran Gunung Api Indonesia (Sumber: Kementerian ESDM/PVMBG)
Sebaran Gunung Api Indonesia (Sumber: Kementerian ESDM/PVMBG)

Gunung Api di Provinsi Maluku

Dari data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) maka Provinsi Maluku memiliki sebaran 7 gunung api di permukaan laut yaitu Damar (G.Wurlali), Teon (G.Serawerna), Nila (G.Lawarkawra), Serua (G. Legatala), G. Manuk, G. Banda Api dan G.Wetar. Dan juga masih terdapat 2 gunung api Bawah Laut di Barat Laut Banda yaitu bernama Nieuwerkerk dan Emperor of China.

Adapun release jalacitra.pushidrosal.id bahwa Pushidrosal (Pusat Hidro-Oceanografi Angkatan Laut ) pada tahun 2022 telah melakukan EKSPEDISI JALA CITRA 2-2022 "BANDA" dan menemukan adanya 6 gunung api Bawah Laut di Laut Banda Provinsi Maluku dengan ketinggian mendekati G.Seumeru di Pulau Jawa.

Persebaran Gunung Api di Laut Banda (dokumentasi Modifikasi Roni Maradut Situmorang 2021)
Persebaran Gunung Api di Laut Banda (dokumentasi Modifikasi Roni Maradut Situmorang 2021)

Pulau Gunung Api Teon, Nila, dan Serua

1. Pulau Gunung Api” Teon” – G.Serawerna

Gunung Serawerna terletak pada titik koordinat 6.976° S dan 129.144° E, dengan ketinggian 656 mdpl. Namun jika dihitung dari dasar laut maka Gunung Teon memiliki tinggi 3.700 meter. Merupakan Gunung Api Strato Tipe A dan memiliki sejarah letusan terakhir pada 3 Juni 1904 dengan kekuatan skala 2 VEI.

Catatan penulis Geologi Gunung Api Roni Marudut Situmorang dalam tulisannya di Kumparan 23 Mei 2021 tentang “Misteri Erupsi Eksplosif yang Meredup: Masa Lalu Gunung Api Teon” dapat membuat kita mengetahui sejarah erupsi dan Kawah Serawerna Pulau Teon.

Rekreasi keluarga ke Gunung Api Teon - G.Serawerna – 23 Oktober 2023 (dokumentasi Emmy Dahaklory/Rijoly)
Rekreasi keluarga ke Gunung Api Teon - G.Serawerna – 23 Oktober 2023 (dokumentasi Emmy Dahaklory/Rijoly)

Kondisi terkini G.Serawerna nampak sisa erupsi sedikit putih akibat longsor. Disamping itu terlihat juga belerang di permukaan gunung dan bongkahan bebatuan besar dan kecil.

Foto di atas ini diambil ketika Keluarga Dahaklory - Rijoly mengunjungi saudara yang bermukim di Mesa Pulau Teon pada bulan Oktober 2023. Rombongan mendaki ke puncak gunung dari wilayah “Fasulu” dekat Kampung Yafila Pulau Teon.

2. Pulau Gunung Api “Nila” – G.Lawarkawra

Pulau Gunung Api “Nila” Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku (dokumentasi You Tube Kohelet Adventure)
Pulau Gunung Api “Nila” Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku (dokumentasi You Tube Kohelet Adventure)

Gunung Laworkawra terletak pada titik koordinat 6.73° S dan 129.5° E dengan ketinggian 781 mdpl. Merupakan Gunung Api Strato Tipe A dan memiliki sejarah letusan terakhir pada tanggal 7 Mei 1968 dengan kekuatan skala 1 VEI.

Kondisi terkini nampak telah ditutupi hutan yang subur, pada bagian barat pulau walaupun masih tampak kawah putih, sebaliknya di dekat pantai kampung lama masih terlihat bekas letusan dan berasap yang disebut "Asra" oleh penduduk setempat. Gunung ini merupakan puncak gunung api tertinggi dibanding G.Serawerna/Teon dan G.Legatala/Serua.

3. Pulau Gunung Api “Serua” – G.Legatala

Gunung Legatala terletak pada titik koordinat 6.312° S dan 130.017° E. Sejarah letusan terakhir pada 18 September 1921 skala 2 VEI, namun mempunyai riwayat letusan sangat dashyat pada tanggal 4 Juni 1693.

Dari catatan Geologi Gunung api Legatala yang ditulis oleh Roni Marudut Situmorang (Geologi Gunung Api) pada Kumparan 16 Juni 2021 dengan judul “Fakta Gunung Api Legatala: Memperingati 100 tahun Erupsi Terakhir” disebutkan Pulau Serua merupakan pulau utama dari tubuh Gunung api Legatala, setidaknya terdapat tiga pulau bagian dari tubuh Gunung Legatala ini yaitu: Pulau Serua, Pulau Kekih Besar dan Pulau Kekih Kecil.

Gunung api Legatala dikenal juga dengan nama Gunung Wuarlapna atau Gunung Serua. Gunung ini merupakan Gunung Api Strato Tipe A, yang memiliki ketinggian 641 meter di atas permukaan laut dan memiliki ketinggian ± 3.600 meter dari dasar laut. 

Kondisi satu tahun terakhir puncak Gunung Legatala dapat dilihat pada video dibawah ini, ada bagian kubah lava putih sisa erupsi, dengan lapangan luas pasir dan bebatuan kecil pada puncak namun juga terlihat hamparan belerang.

Pengambilan dokumentasi oleh Pemimpin Redaksi Radar Maluku.com Mario Yampapi ketika mendampingi kunjungan Camat TNS Ronald Wonmaly,S.STP beserta rombongan dan masyarakat TNS dalam menghadiri peresmian Gedung Gereja Sidang Tuhan (GST) Jemaat Jelestra (Jerili-Lesluru-Trana) di Kampung Jerili Pulau Serua. Rombongan mendaki ke puncak Legatala melewati jalur Seri Kampung Trana Pulau Serua pada bulan Oktober 2022.

Explorer Gunung Legatala Pulau Serua - Oktober 2022 (Sumber : You Tube Radar Maluku.com )

Aktivitas Kehidupan di Pulau Gunung Api TNS

Bagaimana masyarakat TNS memaknai hidup pada pulau yang sesungguhnya merupakan pulau gunung api? Apa aktivitas kehidupan masyarakat yang dilakukan sekalipun menurut keilmuan ada dalam ancaman bencana menghadang

Penulis dalam salah satu artikel Kompasiana berjudul “Uplera Nortarita Pulau dan Laut” telah memberikan gambaran pemahaman hidup masyarakat TNS diatas pulau gunung api. Hidup bergantung sepenuhnya pada Sang Khalik adalah sebuah keyakinan iman yang dimiliki oleh setiap orang TNS. Karena sesungguhnya mereka hidup di atas tanah yang labil. Tokh rasa syukur selalu berpulang karena pulau gunung api yang subur dengan laut yang melimpah ruah adalah ekosistem kehidupan yang diberkahi Uplera (Allah) Sang Pencipta.

Semuanya harus dirawat, dijaga untuk sebuah kesinambungan hidup generasi selanjutnya. Janji pemeliharaan Uplera sangat dihayati bagi masyarakat TNS yang mendiami ketiga pulau termasuk warga yang secara berkala datang untuk beraktivitas ekonomi atau wisata ke pulau.

Dalam catatan sejarah gunung api di Indonesia maka letusan Gunung api TNS telah terjadi beberapa kali sebelum letusan terakhir. Pada tahun 1978 pemerintah memindahkan seluruh penduduk ketiga pulau tersebut dengan ancaman meletusnya Gunung Laworkawra di Pulau Nila. Pemindahan masyarakat menuju Makariki sebagai tempat sementara dan selanjutnya memasuki pemukiman tetap di kawasan dataran Waipia di Pulau Seram Kabupaten Maluku Tengah.

Namun hingga kini, gunung tersebut tidak meletus. Di bawah ini penulis mengetengahkan beberapa aktivitas warga masyarakat TNS di 3 pulau tersebut. Disamping warga yang mendiami ketiga pulau gunung api, ada juga yang datang untuk mengupayakan ekonomi keluarga melalui pengelolaan hasil kebun di darat dan laut. Untuk itu maka statemen pulau kosong seolah “basi”. 

Ada roda kehidupan yang bergerak di Pulau Gunung api Teon Nila Serua. Kegairahan warga TNS didukung oleh konektivitas pelayaran perintis terjadwal oleh Kementerian Perhubungan dalam TA 2023. Untuk mengantar pergi masyarakat ke Kepulauan TNS maka warga menggunakan KM. Sanus 71 (Sabuk Nusantara). Sedangkan untuk rute kembali ke tanah Seram menggunakan KM. Sanus 33.

Saat ini aktivitas terbaru untuk menggerakkan ekonomi masyarakat secara bersama yaitu dibawah Kepemimpinan Camat TNS Ronald Wonmaly, S.STP maka setiap Negeri Adat TNS telah didorong untuk melakukan “usaha perikanan” di pulau dengan pengalokasian anggaran Dana Desa (DD).

Aktivitas di Pulau Gunung Api “Teon”

Salah satu kegiatan ke pulau yaitu kunjungan Ketua Majelis Jemaat GPM “Yabok” Mesa Waipia Pdt. Thomas Yohand Tanate.S.Ssi, Vikaris Pdt.Gwenni Yvette Dias dan Diaken Frits Manina dalam melayani warga masyarakat yang bermukim di Mesa - Pulau Teon pada tanggal 12 Oktober 2023. Bukan saja melakukan pelayanan mimbar pada Ibadah Minggu tetapi juga melakukan Sakramen Pernikahan dan Baptis Anak di Gereja Imanuel Jemaat Mesa Pulau Teon.

Seperti yang pernah penulis ceritakan di Kompasiana dengan judul “Setelah 50 Tahun Penantian, Rumah Ibadah Pulau Teon - Mesa Diresmikan”

Pelayanan mimbar Pdt.Thomas Tanate,S.Ssi; Sakramen pernikahan dan baptis anak di GPM Mesa Teon-Oktober 2023 (dokumentasi Emmy Dahaklory/Rijoly)
Pelayanan mimbar Pdt.Thomas Tanate,S.Ssi; Sakramen pernikahan dan baptis anak di GPM Mesa Teon-Oktober 2023 (dokumentasi Emmy Dahaklory/Rijoly)
Hal yang menarik pada tanggal 23 Oktober 2023 dilakukan rekreasi bersama ke Gunung Teon atau G.Serawerna dengan masyarakat setempat, rombongan pihak gereja dan keluarga Dahaklory/Rijoly yang sedang berlibur ke pulau. Karena masih dalam musim panen maka warga lainnya ikut mendaki.

Dari kampung Mesa dengan Speedboat dan kole-kole (sampan) pada pukul 07.00 WIT menuju "Fasulu" titik start pendakian menuju jalur kawah G.Serawerna.

Tak lupa sekedar memasang terpal untuk menghalau panas pada titik awal pendakian tempat berteduh bagi mereka yang tidak kuat mendaki. Rombongan wisata gunung api baru kembali ke Kampung Mesa pada pukul 16.00 WIT. Asyik juga yach !

Rekreasi bersama tim gereja,masyarakat yang sementara panen dan berlibut ke G.Serawerna - Teon (dokumentasi Gwenni Diasz dan Neles Miru)
Rekreasi bersama tim gereja,masyarakat yang sementara panen dan berlibut ke G.Serawerna - Teon (dokumentasi Gwenni Diasz dan Neles Miru)

Aktivitas di Pulau Gunung Api “Nila”

Sebaliknya beberapa aktivitas di Pulau Nila nampak dalam collage foto dibawah ini seperti menimbang gagang cengkih di Snurta karena ada pembeli dari Jakarta yang memborong seharga Rp. 6.000/kg.

Masih ingatkah janji pemerintah untuk membangun pelabuhan lokal? Belum ada realisasi sejak merdeka, namun warga masyarakat Pulau Nila tidak menyerah, mereka bahu membahu membangun dermaga di Snurta Kampung Kokroman.

Tangga naik dari dermaga yang dibuat menuju Polindes (Pondok Bersalin Desa) adalah satu-satunya fasilitas kesehatan yang berada di 3 pulau yang pernah penulis ulas di Kompasiana.

Di samping itu Pulau Nila sebagai penghasil cengkih terbesar, nampak dalam foto masyarakat bergiat dengan memanen, menjemur secara bersama. Belum lagi usaha tangkap ikan untuk pembuatan ikan asin yang sementara di jemur. 

Dan yang terakhir kegiatan memanen Jeruk. Menurut penuturun Kadus Kokroman Islandy Lakotani bahwa bibit jeruk yang diberikan oleh pemerintah tidak tumbuh optimal di Waipia Pulau Seram.

Ketika bibit tersebut dibawa ke Pulau Gunung api Nila dapat tumbuh begitu subur dan lebat buahnya sebagaimana tampak pada gambar dibawah ini.

Aktivitas masyarakat di Kampung Kokroman Pulau Nila Kabupaten Maluku Tengah (dokumentasi Buce Serpara dan Islandy Lakotani)
Aktivitas masyarakat di Kampung Kokroman Pulau Nila Kabupaten Maluku Tengah (dokumentasi Buce Serpara dan Islandy Lakotani)

Aktivitas di Pulau Gunung Api “Serua”

“Panen Raya” adalah waktu yang dinantikan oleh warga TNS dan setiap tahun berlangsung dari bulan Juli hingga Desember. Pada gambar dibawah ini tampak Keluarga Pelmelay, Pormes dan Ritiauw melakukan panen cengkih dimulai dengan memetik di pohon, melepaskan buah cengkih dari gagang dan menjemur di tepi pantai. Kegiatan “pata cengkih” dirumah keluarga Ony Pelmelay pada masa panen bulan Juli 2023. 

Adapun sejumlah keluarga besar dari Waipia dan Papua datang bersama-sama untuk memanen hasil kebun (kabong) cengkih mereka. Dan ternyata kebun cengkih tersebut sudah puluhan tahun sebagai warisan para orangtua. Saat ini Kepala Dusun Jerili adalah Bob Pelmelay yang berdiam di pulau. 

Aktivitas panen cengkih Keluarga Pelmelay,Pormes,Ritiauw di Kampung Jerili Pulau Serua Kabupaten Maluku Tengah (dokumentasi Thed Maolo Pelmelay) 
Aktivitas panen cengkih Keluarga Pelmelay,Pormes,Ritiauw di Kampung Jerili Pulau Serua Kabupaten Maluku Tengah (dokumentasi Thed Maolo Pelmelay) 

Dari sejumlah aktivitas yang direkam di ketiga Pulau Gunung api Teon Nila Serua, maka pada pertengahan setiap tahun ketika musim panen tiba jumlah orang cukup banyak ke pulau.

Setelah itu akan kembali lagi ke Waipia. Mereka yang tinggal adalah untuk menjaga dan merawat pulau sebagai wilayat (wilayah adat) turun temurun dan dijamin undang – undang. Sudah saatnya dibangun stasiun pemantau aktivitas vulkanologi pada ketiga Pulau Gunung api TNS.

Masa Dorman Gunung Api TNS

Masa Dorman dikenal sebagai masa tidur gunung berapi. Jika dilihat dari erupsi letusan terakhir maka bagi Gunung api Teon sudah mencapai 119 tahun sejuk meletus tahun 1904.

Sebaliknya untuk Gunung api Nila sejak letusan terakhir terdata ditahun 1968 maka masa dormannya telah mencapai 55 tahun. Untuk Gunung api Serua dari catatan letusan terakhir di tahun 1921 maka sudah mencapai 102 tahun masa tidur. Apakah tidak berbahaya?

Menurut Roni Marudut Situmorang (Kumparan, 2021) bahwa di ketiga pulau TNS belum ada stasiun pemantauan aktivitas gunung berapi; yang paling terdekat adalah di G. Wurlali Pulau Damar Kabupaten Maluku Barat Daya.

Di arena Kompasianival Gedung Bentara Budaya Jakarta Sabtu, 25 November 2023 salah satu pembicara Talk Show Kolonel Laut (KH) Nawanto Budi Sukotjo, S.T., M.Si, CTMP Kepala Dinas Oseanografi dan Meteorologi Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL (PUSHIDROSAL) dalam sesi bertajuk “Bersinergi dengan Alam untuk Mewujudkan Kedaulatan dan Kesejahteraan Masyarakat” mengundang tanya penulis. Apalagi sudah dipublikasikannya temuan Ekspedisi Jala Citra 2-2022 "Banda" dari Pushidrosal yaitu terdapat 6 gunung api Bawah Laut di Laut Banda. 

Dalam kapasitas sebagai Ketua Umum Masyarakat Adat Teon Nila Serua, penulis mengajukan pertanyaan tentang bagaimana data ilmiah (ancaman bahaya) terhadap kondisi 3 Pulau Gunung Api Teon Nila Serua? 

Paparan Kadis Oseanografi dan Meteorologi Pushidrosal pada acara Talk Show Kompasianival Sabtu,25 November 2023 di Jakarta (dokumentasi pribadi)
Paparan Kadis Oseanografi dan Meteorologi Pushidrosal pada acara Talk Show Kompasianival Sabtu,25 November 2023 di Jakarta (dokumentasi pribadi)

Dapatkah dikembangkan dalam beberapa konsep ekonomi biru dan ekonomi hijau seperti pembangunan stasiun peneliti “portable” bagi riset laut dalam dan geologi vulkanis untuk kemajuan ilmu pengetahuan? Ataukah pengembangan geopark (taman bumi) untuk nice tourism dengan pertimbangan kecilnya ketiga pulau tersebut? Ataukah seperti yang sementara digalakkan oleh Camat TNS yaitu usaha perikanan tangkap di 3 pulau?

Besar harapan penulis dapat ditetapkan menjadi kampung nelayan pulau vulkanis atau eco-volcano tourism? Apalagi di tulisan sebelumnya penulis sudah mengedepankan bisnis pariwisata milyaran rupiah dengan promosi menggiurkan forgotten island pada spot diving yang begitu menantang di wilayah Kepulauan TNS, Dusborg dan Nil Desperandum.

Ekspedisi Jala Citra 2 -2022 "Banda" (sumber : You Tube Pushidrosal Channel)

Yah, banyak sekali pekerjaan rumah yang bersifat tanya, namun kehidupan terus harus dijalani oleh Masyarakat Adat Teon Nila Serua. Itulah surga kecil yang dititipkan Sang Ilahi untuk di jaga, dirawat dan menjadi ‘dapur’ sumber kehidupan berkelanjutan bagi anak negeri Teon Nila Serua.

Sudah pasti harus ada peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat dalam rasa syukur tak berakhir karena penyertaan Tuhan selalu nyata. Seperti tergambar dalam sebuah lagu warisan orang tua dari Pulau Serua dibawah ini :

Pulau Gunung Api

Pulau gunung api tanah balirang
Hidup dekat mati apa mau bilang
Tidak barang hasil tapi tjukuplah
Adah lemon mangga itu sampailah

Koor:

Hiep Hiep Hiep Hiep Hiep Hurah
Tra la Tra la la la la
Meski ubi kaju
Tjoloh digaram siapa akan larang
Hiep Hiep Hura Hiep Hiep Hura
Hiep Hiep Hura Hiep Hiep Hura
Hiep Hiep Hura Hiep Hiep Hura
Negeri jang ku tjinta aku mengenang
Tanah tumpah darah aku disini
Negri jang ku tjintah lasang begini
Meski makan pisang ubi dan kasbi
Djerili, Lesluru, Trana dan Waru 

(Koor)

Bila ku berlajar tidak ku lupa
Patah tiang lajar tidak mengapa
Djerili Lesluru, Trana dan Waru
Tuhan Jesus tolong sampai kembali 

(Koor)


Aktivitas kehidupan di Dusun Musri Kampung Trana Pulau Serua (Sumber : You Tube Radar Maluku.com )

#VolcanoIsland #TNS #Teon #Nila #Serua #Serawerna #Lawarkawra #Legatala #ForgettonIslands #Geopark #EcoVolcanoTourism #DesaWisata #KampungNelayan #PVMBG #ESDM #MGI#IAGI

Penulis : Levina Litaay – Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Ikatan Keluarga Besar Teon Nila Serua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun