Mohon tunggu...
Levina Litaay
Levina Litaay Mohon Tunggu... Insinyur - Simple, smart, sportive

Community base development, complex problem solving, event organizer

Selanjutnya

Tutup

Indonesia Sehat Artikel Utama

Kondisi Pelayanan Medis di Pulau Vulkanik Nila, Perlu Dioptimalkan!

3 Juli 2023   14:13 Diperbarui: 4 Juli 2023   21:25 2619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dukungan Obat-obatan dari Dinkes Malteng yang disiapkan untuk diberangkatkan ke TNS musim panen raya tahun 2020 ( dokumentasi Lenny Wattimena)

Kondisi Pelayanan Medis di Pulau Vulkanik Nila, Perlu Di Optimalkan!

Dalam Amandemen UUD 1945 Perubahan Kedua di tahun 2000 tertuang bahwa kesehatan ditegaskan sebagai bagian dari hak asasi manusia. 

Adapun Pasal 28H ayat (1) dinyatakan, bahwa: “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.”

Sebaliknya dalam Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 23 tahun 1992 menyatakan bahwa kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara ekonomis. Karena itu kesehatan merupakan dasar dari diakuinya derajat kemanusiaan.

Paska Pandemi Covid-19 dalam laman resmi Kementerian Kesehatan tanggal 22 November 2022 https:yankes.kemkes.go.id terdapat publikasi sebagai berikut, Telemedicine Wilayah 3T: Wujud Pemerataan dan Transformasi Digital Kesehatan bagi Kesehatan Bangsa. Isi berita tersebut yaitu Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Tata Kelola Pelayanan Kesehatan menyelenggarakan Seminar Nasional Telemedicine 3T guna memberikan edukasi dan solusi dalam mewujudkan pelaksanaan pelayanan kesehatan telemedicine di wilayah Tertinggal, Terluar dan Terdepan (3T) bagi fasilitas kesehatan. Wouw !

Untuk semua yang disampaikan diatas mari kita berselancar sebentar, melihat perjuangan masyarakat di pulau vulkanik kecil Pulau Nila Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku dalam perjuangan pemenuhan hak memperoleh pelayanan kesehatan masyarakat dalam bingkai NKRI.

Potret ini paling tidak bisa memberi gambaran bagaimana implementasi layanan kesehatan BPJS pada pulau-pulau kecil lainnya bahkan terisolasi seperti yang banyak di jumpai di Provinsi Kepulauan Maluku.

Kali ini, penulis hendak mengangkat tulisan tentang Polindes di dusun Snurta - Rumdai Pulau Nila Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku.

Wilayah Rumdai meliputi 4 kampung adat Kuralele, Kokroman, Ameth, Usliapan. Hunian atau rumah warga sedikit menyebar, berbeda dengan yang ditemui di Kampung Mesa dan Layeni di Pulau Teon yang sudah diceritakan pada tulisan sebelumnya. 

Masih ada juga 3 kampung adat lain di Pulau Nila tepat di bagian teluk yaitu Bumei, Sifluru dan Wotay. Pulau Nila merupakan rangkaian Pulau Vukanik yang berada di atas Laut Banda ( Banda Sea), Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku.

Di Rumdai Pulau Nila sebagian besar rumah sudah semi permenan beratap senk dan berdinding papan. Pada galeri foto di bawah ini berisi foto bangunan Polindes, gereja GPM Jemaat Rumdai Pulau Nila ( yang menggunakan bekas bangunan sekolah), rumah pastori pendeta dan beberapa rumah warga di Rumdai Pulau Nila.

Hunian di Pulau Nila, Polindes, gereja di bekas sekolah, pastori pendeta dan rumah warga (dokumentasi Buce Serpara)
Hunian di Pulau Nila, Polindes, gereja di bekas sekolah, pastori pendeta dan rumah warga (dokumentasi Buce Serpara)

Polindes, atau akronim dari Pondok Bersalin Desa, adalah salah satu bentuk partisipasi atau peran serta masyarakat dalam menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk KB ( Keluarga Berencana) yang mana tempat dan lokasinya berada di desa ( Wikipedia)

Adapun Polindes ini menjadi kebutuhan pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan undang-undang, apalagi untuk daerah 3T (tertinggal, terluar dan terdepan). Dimana Pulau Nila memenuhi tiga kriteria tersebut. Maka lewat inisiatif masyarakat TNS (Teon Nila Serua), yang berada di wilayah relokasi diperjuangkan aspirasi lewat anggota DPRD Kabupaten Maluku Tengah kala itu, asal TNS yaitu Alexander Tanate. 

Upaya untuk mengoptimalkan Polindes melibatkan juga masyarakat diaspora TNS yang tersebar di berbagai belahan dunia, khususnya di berbagai daerah di Indonesia. Secara “Masohi” (istilah atau bahasa Maluku yang berarti gotong royong) berusaha melengkapi peralatan penunjang termasuk mencari donasi dan ketersediaan kebutuhan tenaga kesehatan ( nakes) khususunya yang berasal dari TNS.

Setelah dibangun Polindes Snurta, Pulau Nila menerima penugasan tenaga kesehatan dan dukungan obat-obatan. Tepat bulan Juli 2015 Puskesmas Rumdai di Waipia Pulau Seram menugaskan E. Sarioa ( Esauw Sarioa yang disapa Cau) untuk meresmikan Polindes Snurta dan sekaligus memberi perawatan kesehatan kepada warga masyarakat yang pulang panen.

Selama sebulan E. Sarioa bertugas di Pulau Nila dan kemudian digantikan oleh A.Sunloy ( almrh). Di bulan Agustus kembali ditugaskan Bidan Desa Ameth Ester Wattimena ke pulau. Penugasan bergantian hingga tahun 2017, namun sejak saat itu sudah tidak ada lagi penugasan nakes dari Puskesmas Rumdai Waipia ke pulau.

Adalah Kadus Kokroman di Pulau Nila Islanty Lakotani kembali meminta kesediaan E.Sarioa ( Cau) setelah pensiun untuk terlibat dalam Tim Peduli Snurta ketika tidak ada lagi penugasan nakes ke pulau. Sebagai anak negeri Nila, Mantri “Cau” terpanggil melakukan layanan kesehatan dengan mengupayakan obat-obatan secara mandiri tanpa bantuan pihak lain. 

Pada masa panen, banyak orang ke pulau sehingga setiap hari Polindes melayani 8-10 orang pasien dan jika bukan masa panen maka pasien yang dilayani berjumlah 1-2 orang saja.

Masa Pandemi Covid-19 tahun 2020

Ketika Pandemi Covid-19 di tahun 2020 mewabah, bagi masyarakat TNS tetap berjuang melakukan panen saat cengkih dan pala telah ranum di pulau. Adapun sejumlah wilayah tertutup untuk sandarnya ( berlabuhnya) kapal perintis baik di Pelabuhan Saumlaki ( Kabupaten Kepuluan Tanimbar) maupun di Pelabuhan di Tiakur - Moa ( Kabupaten Maluku Barat Daya).

Walaupun ada himbauan portstay berdasarkan edaran Menteri Perhubungan, karena ganasnya wabah covid yang bisa saja tersebar karena pergerakan orang dari satu tempat ke tempat lain, tetapi panen cengkih dan pala di Kepulauan TNS tidak bisa ditunda. 

Jika tidak maka cengkih akan menjadi “polong” dan masyarakat akan mengalami kerugian karena gagal panen. Padahal di tengah pandemi, negara berharap masyarakat memiliki ketahanan pangan dimana cengkih dan pala adalah produk unggulan masyarakat TNS yang sangat diharapkan menopang ekonomi keluarga.

Protokol kesehatan masih sangat ketat diberlakukan kala itu, namun pulau menjanjikan sebuah harapan pendapatan melalui hasil darat dan laut yang melimpah. Kepulauan TNS menjadi dapur hak ulayat yang terus menopang kehidupan sebagian besar masyarakat yang sudah tinggal di pemukiman baru Waipia Pulau Seram. Ada cengkih dan pala, ada ikan, gurita, inasua dengan lahan bertaburan berkat lainnya mangga, jeruk, pisang, kelapa dll.

Puji Tuhan dengan surat yang dilayangkan Badan Latupati TNS ke Menteri Perhubungan Cq. Dirjen Perhubungan Laut maka di ijinkan deviasi (perubahan rute) KM Sanus 71 dan juga hanya mengangkut masyarakat TNS saja dengan rute Amahai – TNS pp. 

Sudah pasti segala persyaratan bepergian harus dipenuhi seperti Surat Jalan, Rapid test, SIKM dan pendataan warga oleh KPN (Kepala Pemerintahan masing-masing negeri/desa). 

Hal ini karena terbatasnya kuota penumpang, sekali angkut hanya 250 orang atau ½ dari kapasitas daya angkut kapal sesuai edaran Menhub. KM Sanus 71 akhirnya diizinkan melakukan 4 (empat) kali pelayaran deviasi untuk membawa ~ 1.000 orang ke Kepulauan TNS guna menyambut panen raya tahun 2020.

Info pelayaran deviasi KM Sanus 71 ke TNS bulan Juli 2020 setelah lockdown dan portstay sejak Maret di Pelabuhan Yos Sudarso Ambon (Video DJ Rahmat71)

Segera penulis menghubungi Kepala Puskesmas (Kapus) Rumdai Waipia Lenny Sahetapy, agar di tugaskannya tenaga medis sekaligus perlu adanya bantuan obat-obatan bagi sebegitu banyak orang yang akan ke pulau. Singkat cerita diperoleh bantuan dukungan obat-obatan dan juga nakes sejumlah 4(empat) orang yang diberangkatkan pada trip kedua masa panen 2020.

Tidak mudah menemukan petugas kesehatan yang mau bertugas ke pulau vulkanik yang minim infrastruktur, begitu juga sepi tidak seperti di Waipia atau Masohi sebagai Ibukota Kabupten Maluku Tengah.

Solusinya maka dicari putera-puteri asal TNS dengan latar belakang perawat, yang juga akan senang jika ditugaskan ke pulau tempat asal orangtuanya. Hitung-hitung sekaligus berlibur.

Dukungan Obat-obatan dari Dinkes Malteng yang disiapkan untuk diberangkatkan ke TNS musim panen raya tahun 2020 ( dokumentasi Lenny Wattimena)
Dukungan Obat-obatan dari Dinkes Malteng yang disiapkan untuk diberangkatkan ke TNS musim panen raya tahun 2020 ( dokumentasi Lenny Wattimena)

Sesuai hasil koordinasi maka kepala pemerintahan tiap negeri harus membantu mengalokasikan sedikit honor bagi tenaga bantuan medis yang ke pulau. Sempat ada yang diberi honor dengan cengkih sehingga terjadi pertanyaan karena kurangnya sosialisasi.

Di tahun kedua masa Pandemi Covid -19 tahun 2021, Polindes Snurta Pulau Nila yang tanpa sarana parasana membuat Kadus Ical Lakotany bersama E.Sarioa berjuang memenuhi perabotnya. 

Hal ini mengingat Polindes Snurta menjadi satu-satunya fasilitas kesehatan yang dimiliki 3 (tiga) pulau vulkanik di Kepulauan Teon, Nila, Serua di tengah Laut Banda.

Rumah Pastori Pendeta di Teritutnu Kuralele Pulau Nila Kab. Maluku Tengah, Kadus Kokroman berkaos merah Islanty Lakotani (dokumentasi Buce Serpara)
Rumah Pastori Pendeta di Teritutnu Kuralele Pulau Nila Kab. Maluku Tengah, Kadus Kokroman berkaos merah Islanty Lakotani (dokumentasi Buce Serpara)

Dalam sejarahnya di tahun 1978 pemerintah pusat mengevakuasi penduduk ketiga Pulau Teon, Nila dan Serua akibat ancaman meletusnya gunung api Lawarkakwa di Pulau Nila.

Sebagai catatan, pada masa panen tiba, maka hasil cengkih terbanyak berada di Pulau Nila. Disamping memiliki pulau terbesar dari Kepulauan TNS maka jumlah orang yang menetap di pulau (sebagian berasal dari wilayah relokasi) juga lebih banyak di bandingkan di Pulau Teon dan Serua. Untuk itu faktor keamanan dan sarana pelayanan kesehatan menjadi harapan warga yang berada di pulau.

Bantuan RSUD Masohi Pemkab. Maluku Tengah

Sebagai seorang Kepala Dusun (Kadus) Islanty Lakotani yang disapa Ical, peka terhadap kebutuhan sarana prasarana kesehatan di pulau, beliau mengajukan surat pengajuan kepada Direktur RSUD Masohi Kabupaten Maluku Tengah di Masohi Ursula Surjastuti, M.Kes yang biasa di sapa dokter Tuti.

Hal ini bermula ketika Kadus Ical sedang mengunjungi kerabat di Rumah Sakit Masohi dan mendapati beberapa perabot diletakkan di halaman rumah sakit dan terkesan sudah tidak digunakan dan dalam kondisi karatan.

Ada ide untuk memintanya sehingga setelah berkoordinasi dengan pihak rumah sakit, disarankan untuk bersurat ke direktur. 

Tak menunggu lama surat dilayangkan dan mendapat respon Direktur RSUD Masohi dengan diberikannya 4(empat) tempat tidur, 3 ( tiga) lemari, 3 (tiga) tiang infus, 1 ( satu) sekat. Segera barang diangkut dari RSUD Masohi ke Waipia agar disiapkan pengangkutan ke pulau ditambah beberapa kebutuhan barang lainnya.

Dalam kehidupan masyarakat TNS selalu menghadirkan kearifan lokal dalam bingkai Ukmu Moritari Solilakta jika mengerjakan sebuah tujuan bersama yang baik. Cara hidup orang basudara di TNS tampak dalam cita rasa kekeluargaan, gotong royong dari ketujuh negeri TNS yang mana setiap Kepala Pemerintahan Negeri dari Pulau Nila bersepakat mendonasikan Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu) dikoordinir oleh Herdion Marantika. 

Istilah dalam masyarakat TNS adalah Bapuli/Pulpuli/Puli yaitu kesediaan/kerelaan memberi sejumlah uang untuk sebuah tujuan bersama.

Uang yang terkumpul akan digunakan untuk pengangkutan barang-barang ke pelabuhan dengan menyewa sebuah truk. Dan juga pembelian cat, amplas dll untuk memperbaiki perabot rumah sakit “hibah” yang mulai karatan (rekondisi).

Loading bantuan dari RSUD Masohi kepada Polindes Snurta di Rumdai Pulau Nila (dokumentasi Inggar Lakotani)
Loading bantuan dari RSUD Masohi kepada Polindes Snurta di Rumdai Pulau Nila (dokumentasi Inggar Lakotani)

Sudah ada tempat tidur, lemari maupun tiang infus, bagaimana dengan kasur dan bantal dan lainnya. Maka selaku Ketua Umum Badan Pemgurus Pusat Ikatan Keluarga Besar Teon Nila Serua (BPP IKB TNS), penulis mengeluarkan seruan di WAG TNS kepada semua warga agar kita dapat membantu dengan cara masing-masing. 

Sementara barang diangkut dan diatur ke truk, datang donasi 1 (satu) buah kasur dari Negeri Bumei. Kemudian disusul ada seseorang yang tidak mau disebutkan namanya menyumbang 2 (dua) buah kasur lipat. 

Barang kemudian dinaikkan di truk malam itu dan siap diberangkatkan ke Pelabuhan Amahai sekitar jam 5 pagi nanti. Hal ini mengingat kapal KM.Sanus 71 akan sandar di Pelabuhan Amahai pada pagi subuh untuk selanjutnya bertolak ke kepulauan TNS dengan rute lanjut, Pulau Serua-Pulau Nila- Pulau Teon.

Pengangkutan barang ke Pulau Nila

Masih ingat kisah membawa keyboard dan peralatan elektronik pada tulisan penulis berjudul “Melodi Dari Kesunyian Pulau Volcano Nila”!. Sudah pasti tidak mudah, mengingat tidak ada dermaga di Pulau Nila dan barang diturunkan di tengah laut.

Pagi itu tanggal 3 September 2021 truk berangkat dari Waipia dan merapat ke Pelabuhan Amahai tepat di samping KM.Sanus 71 agar barang bisa diangkut dengan menggunakan kren kapal.

Perlengkapan bekas (hibah) RSUD Masohi dinaikan ke KM.Sanus 71 tanggal 3/9/21 untuk Polindes Snurta Pulau Nila (dokumentasi Inggar Lakotani)
Perlengkapan bekas (hibah) RSUD Masohi dinaikan ke KM.Sanus 71 tanggal 3/9/21 untuk Polindes Snurta Pulau Nila (dokumentasi Inggar Lakotani)

Memfasilitasi Polindes di Snurta Kokroman Pulau Nila

Jika dipikir rasanya sedih, barang bekas yang hanya diletakan di luar bangunan di RSUD Masohi, masih dapat diupayakan bagi mereka di pulau yang terisolir, di Pulau Nila!.

Pada mata seorang pemimpin yang memikirkan warganya semua itu bermanfaat.

Teringat pesan orang tua penulis bahwa “tidak ada rotan akarpun jadi”. Akibat sharing beban di WAG TNS untuk apa yang sedang diperjuangkan Kadus Ical Lakotani maka tiba-tiba masuk pesan di handphone dari Yolanda Kaimarehe Lekransi seorang bidan berdarah TNS - Nila yang menetap di Papua.

Bidan tersebut terpanggil untuk mendonasikan uang sejumlah Rp. 400.000,- (empat ratus ribu). “Ibu saya belum bisa membantu dan ikut di masa panen kali ini ( 2021), satu saat saya akan kesana untuk memberi pelayanan bagi warga yang juga masih keluarga saya”. 

Akh, kehidupan!, kepedulian rasa itu melewati lautan, menggugah anak negeri untuk ikut memikirkan dan berbuat sesuatu, sekalipun kecil, batin penulis!

Perlu pembenahan fasilitas Polindes Snurta Pulau Nila

Inilah kondisi riel masyarakat di daerah terisolir, kadang tidak punya suara bertanya bahkan protes karena fasilitas kesehatan yang sangat minim mereka dapatkan dari negara.

Cerita di Polindes Snurta Rumdai Pulau Nila dapat penulis kisahkan karena terlibat langsung mendorong dan menggerakkan warga masyarakat TNS lainnya untuk membantu dalam semangat filosofi TNS Ukmu Moritari Solilakta.

Bahkan penulis juga berkoordinasi dengan pemangku kepentingan di Kecamatan TNS dalam hal ini Kepala Puskesmas Rumdai Waipia maupun Kepala Pemerintahan Negeri hingga Kadis Kesehatan Kabupaten Maluku Tengah.

Jika masa panen berakhir dan sebagian orang akan kembali ke Waipia Pulau Seram, maka bagimana kondisi Polindes Snurta? Sepi tanpa nakes (tenaga kesehatan) begitupun juga minimnya obat-obatan. Padahal Pulau Nila masih didiami oleh sejumlah keluarga, begitupun kedua pulau lainnya Pulau Teon dan Pulau Serua.

Saat ini, bersyukur pensiunan Mantri E.Sarioa terbeban untuk membangun rumah di pulau dan tepat di samping Polindes Snurta. Pembanguan rumah bertahap sesuai kondisi keuangan dan memutuskan untuk secara berkala mengunjungi Pulau Nila guna memberi pelayanan kesehatan dalam panggilan pengabdian. 

Beliau berharap dukungan obat-obatan, alat medis untuk minor sedrie, meja kursi dan lemari serta kebutuhan penunjang lainnya bagi Polindes Snurta.

Sebuah refleksi pelayanan kesehatan di pulau-pulau

Seringkali penulis yang bermukim di Jakarta melihat sejumlah pengobatan gratis sana-sani, sambil berpikir siapakah yang mau peduli untuk datang ke pulau yang begitu kecil dan membutuhkan usaha - waktu untuk mencapainya?.

Penulis mencoba membagikan kisah dan kondisi ini kepada dr. Robby Pattiselanno, MARS seorang dokter asal Maluku, yang juga adalah kakak Alumni SMA Negeri 1 Ambon. 

Saat ini beliau dipercayakan duduk di Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Mungkin beliau bisa menggerakkan organisasi “Dokter Serumpun Maluku” yang ada di Jakarta, untuk sesekali melakukan pengobatan pada pulau-pulau terluar di Provinsi Maluku yang begitu menantang alam dan minimnya jangkuan pelayanan medis serta sulitnya konektivitas transportasi.

Karena sesungguhnya basudara di pulau-pulau kecil tersebut sangat tidak terjangkau. Masih ingat visi dokter Lie yang berlayar dengan kapal kesehatannya dengan visi dan hati yang begitu mulia. Dalam pelayanannya RS Apung dr.Lie Dhamawan pernah karam di Selat Sepa NTB pada tanggal 19 Juni 2021 (merdeka.com).

Mengakhiri tulisan ini, penulis hendak mengetuk hati setiap pembaca teristimewa mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura Ambon (UNPATTI) bahwa learning hospital pada cakupan wilayah kepulauan, perlu memasukan pengabdian Tridharma Perguruan Tinggi ala RS terapung dr Lie Dharmawan. 

Kenali kareteristik daerah dan kebutuhan warga masyarakat di provinsi dengan pulau terbanyak di Indonesia. Jika perlu fakultas kedokteran memiliki RS terapung UNPATTI.

Pemerintah Provinsi Maluku Cq. Dinas Kesehatan sudah saatnya mengalokasi anggaran bagi RS terapung, kalaupun terbatas anggaran, misi itu dapat dikolaborasi dengan pihak swasta seperti @doktorshare atau yang lainnya.

Sebaliknya bagi para dokter asal Maluku yang tersebar di berbagai daerah di tanah air dengan keahlian yang sangat mumpuni diberbagai bidang bahkan hingga di luar negeri, sisihkanlah waktu dan diri anda bagi pengabdian kepada saudara-saudara di pulau-pulau kecil yang bertaburan di Maluku. 

Mungkin lewat aksi alumni sekolah, komunitas, ormas atau persekutuan kampung atau bahkan bermitra dengan TNI dan POLRI bahkan dengan pihak swasta.

Untuk Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah agar dapat melakukan pengganggaran terhadap layanan kesehatan di Kepulauan TNS dengan memberikan dukungan obat-obatan, alkes dan dukungan tenaga kesehatan/medis. 

Apalagi bulan Juli ini, akan memasuki musim panen raya tahun 2023 dan masyarakat berbondong-bondong menuju ketiga Pulau Teon Nila Serua untuk menyambut berkat dari Sang Khalik.

“Sagu salempeng patah dua, potong di kuku rasa di daging”

Perjuangan Kepala Dusun (Kadus) Kokroman Pulau Nila Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku Ical Lakotani adalah inspirasi kepedulian seorang pemimpin pulau ketika negara masih mencari cara untuk hadir dan mengimplementasi UU Kesehatan dengan jimat BPJS nya, bahkan dengan program terbaru yaitu Telemedicine Wilayah 3T. Sementara infrastruktur telekomunikasi dengan tower BTS pun tak berwujud di TNS Kepulauan. Oh Maluku!

Jangan menyerah saudaraku, tidak ada rotan akarpun jadi. Hidup hanya sebuah kesempatan, berbuatlah. (LL)

#TNSBisa #MalukuBangkit #IndonesiaJaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Indonesia Sehat Selengkapnya
Lihat Indonesia Sehat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun