INASUA Sebagai Sebuah Upaya Diplomasi Budaya Dari Pulau 'Vulkanik' Nila
Maluku sebagai provinsi yang berbentuk kepulauan memiliki luas wilayah 712.479 Km2 terdiri dari daratan 54.185 Km2 (7,6%) dan lautan 658.294 Km2 (92,4%), memiliki gugusan pulau sebanyak 395 buah, 83% atau sekitar 331 pulaunya belum berpenghuni.
Beberapa pulau, yang dikenal sebagai pulau vulkanik yang mungin sudah dikenal banyak orang adalah Pulau Banda. Selain Pulau Banda, diantaranya terdapat 3 (tiga) pulau vukanik yang berada dalam deretan gunung berapi ring of fire di Laut Banda, yaitu Pulau Teon, Pulau Nila, dan Pulau Serua atau di singkat TNS.
Ketiga pulau ini sekalipun penduduknya telah direlokasi ke lokasi baru yaitu di Pulau Seram, namun sebenarnya pulau-pulau tersebut masih berpenghuni dan didiami beberapa kepala keluarga. Selain tetap mendiami pulau-pulau tersebut bertujuan untuk menjaga kelestarian pulau dan juga merawat hasil pertanian yang berlimpah dan berkualitas seperti cengkih dan pala dll. Juga mengusahakan hasil perikanan yang tersedia begitu terberkati di alam sekitarnya.
Terkait dengan keberadaan salah satu dari ketiga pulau tersebut, pada tanggal24 Juni 2021 penulis menerima pesan masuk melalui aplikasi whatsapp dari Deputi Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenkomarves RI Odo Rene Matthew Manuhuttu yang menanyakan tentang produk Inasua, bagaimana mendapatkannya atau beli dimana dan apakah sudah ada katalog produk?
Inasua sendiri merupakan sebuah kemahiran dan kerajinan tradisional asal Masyarakat Teon Nila Serua (TNS) Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Inasua terdiri dari 2 (dua) kata yaitu “ina” artinya ikan dan “sua” artinya garam. Sebuah kearifan lokal masyarakat TNS dalam melakukan pengawetan ikan dengan menggunakan garam atau nira.
Perlu diketahui juga bahwa Inasua telah didaftarkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTB) dengan Nomor registrasi 201500287 pada urutan produk budaya ke 287 di Indonesia pada tahun 2015 oleh Pemerintah Provinsi Maluku.
Kemudian dari hasil pembicaraan melalui aplikasi Whatsapp, beliau sebelumnya meneruskan gambar flyer Inasua yang diperoleh beredar di WAG tertentu tentang informasi produk perikanan dari Maluku yang merupakan sebuah kearifan lokal dari masyarakat Teon Nila Serua (TNS) dalam mengawetkan ikan melalui proses fermentasi garam.
Apa yang tertuang dalam gambar diatas adalah sebuah collage foto yang berisi produk olahan perikanan dari Pulau Nila Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku. Jenis yang diawetkan adalah Ikan Nawasaki atau bahasa ilmiahnya Ruvettus tydemani. Orang TNS menyebutnya iwawi atau infafi atau sebutan umum ikan babi karena ikan jenis ini mengandung banyak kandungan minyak dalam tubuhnya.
Adapun hasil tangkapan warga di Pulau Nila lalu di potong sekitar 15-20 cm dan kemudian di garami sebagai bagian proses fermentasi dan di kirim ke Ambon dengan kapal perintis KM. Sanus 71. Produk olahan dimasukan dalam wadah yang disebut “plamir” (wadah tempat cat yang sudah dibersihkan). Untuk ukuran plamir besar saat pertama kali diterima di Ambon seberat 17 kg.
Pada masa lampau, para orangtua TNS (leluhur) menggunakan tempat penyimpanan di dalam bambu dengan diameter yang cukup besar. Olahan Inasua dapat disimpan tahunan sebagai cadangan makanan ketika laut tidak bersahabat (gelombang) sehingga masyarakat tidak bisa melaut.
Inasua juga menjadi perbekalan jika masyrakat TNS berlayar ke Ambon dalam upaya menjual hasil-hasil dari pulau seperti mangga, jeruk, kelapa, pisang atau hasil perikanan lainnya. Disamping itu Inasua juga menjadi sajian istimewa pada acara-acara adat dan juga ole-ole sebagai pemberian dari pulau.
Inasua pada flyer tersebut adalah hasil pengolahan iwawi (ikan babi) pertama kali oleh Kepala Dusun (Kadus) Kokroman Islanty Lakotani yang disapa Ical dalam mengikuti program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia.
Upaya untuk mengangkat produk Maluku ini dilakukan karena di tengah Pandemi Covid-19 pada tanggal 14 Mei 2020 Presiden Jokowi telah mencanangkan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) dengan Koordinator Program Menkomarves RI Luhut Panjaitan. Jadi dapat dimengerti mengapa penulis mendapat tanya dari salah satu deputi Menteri Luhut. Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) bertujuan agar masyarakat Indonesia mencintai dan menggunakan karya anak bangsa, utamanya produk UMKM lokal.
Karena Provinsi Maluku memiliki luas laut 92,4% menurut perkim.id, untuk itu sudah pasti sangat diharapkan hadirnya beragam produk berasal dari laut sebagai produk yang menambah khasanah produk dalam program Bangga Buatan Indonesia (BBI).
Disamping gerakan nasional yang sudah dicanangkan maka kebijakan Pemerintahan Jokowi sejak kepemimpinan periode pertama telah diarahkan ke laut.
Kalau demikian apa sesungguhnya branding produk perikanan asal Maluku? Di pasaran kita sudah menemukan beberapa branding produk perikanan seperti Roa Manado, Arsik Batak, Pepes Sunda, Bandeng Presto Semarang dan lainnya.
Nah ! Maluku yang berada dalam 3 (tiga) zone Wilayah Pengolahan Perikanan ( WPP) RI yaitu WPP 714,715,718, bagaimana dengan branding produk perikanan asal Maluku? Seberapa kuat presepsi masyarakat Indonesia terhadap branding hasil laut tersebut? Atau jika ada orang ke Maluku, apa ole-ole khas produk perikanan yang sangat diburu?
Di Maluku atau di Kota Ambon, sebenarnya sudah ditemukan produk perikanan seperti Ikan Asar Galala, Ikan Julung Seram, Ikan Asin Cakalang Banda, Ikan Balobo Dobo, Garangan Pati (abon) atau yang terbaru inovasi Fakultas Perikanan Universitas Pattimura Ambon yaitu produk Ikan Asap Cair. Tetapi bagaimana semua produk ini merebut hati konsumen di pasaran yang lebih luas? Apakah produk perikanan tersebut telah memiliki value brand yang kuat?
Sekalipun Inasua telah mendapatkan sertifikat pencatatan karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari Provinsi Maluku sejak 2015, pada kenyataannya di pasaran produk fermentasi perikanan ini masih tak terdengar dan hanya menjadi konsumsi warga TNS semata dengan cara olah lanjut yang sangat simpel. Sekedar diberi perasan Jeruk, direndam dengan asam beberapa kali, diperas dan ditambahkan irisan bawang merah, cabai dan kemangi.Siap disantap bersama upikai (singkong), pisang santan dan petatas.
Bagaimana upaya mengangkat Inasua sebagai Warisan Kuliner Maluku yang nantinya akan menempati posisi branding produk perikanan produksi di Maluku (Made in Maluku) ?
Salah satu deferensiasi produk yang kuat dari Inasua adalah sebagai produk perikanan indikasi geografis tempat pembuatannya di tengah Laut Banda dan merupakan sebuah karya budaya kearifan lokal. Untuk itu demi membawa keluar dari pulau secara nasional maka telah dilakukan tahapan sosialisasi yang sekaligus disinergikan dengan Program Nasional Bangga Buatan Indonesia bertematik Aroma Maluku.
Tahapan Diplomasi Budaya Inasua
Adapun tahapan sosialisasi branding Inasua adalah sebagai berikut :
1) Sosialisasi Inasua yang telah memiliki Sertifikat “ Warisan Budaya Tak Benda" asal Maluku pada tahun 2015 melalui media sosial dll ( Levina, Kompasiana 8 April 2023).
2) Pembuatan Video Bangga Buatan Indonesia (BBI) Aroma Maluku oleh Kemendikbudritek RI Cq.Balai Pelestarian Nilai Budaya Maluku, dimana dalam video tersebut untuk produk fermentasi perikanan Inasua dilakukan pengambilan gambar di Negeri Kokroman Kecamatan TNS di Waipia Pulau Seram dengan talent Olivia Jasso ( Puteri Bahari Maluku 2019 ) sekaligus anak negeri TNS asal Negeri Trana.
Bangga Buatan Indonesia Aroma Maluku ; 9 produk asal Maluku yang di angkat untuk dibuatkan video promosinya (video : Kemendikbudristek RI)
3) Workshop Kuliner Warisan Budaya Maluku bagi siswa SMA/SMK se Kodya Ambon tanggal 26 Oktober 2021 di Balai Pelestarian Nilai Budaya Maluku di Ambon. Hadir sebagai narasumber pensiunan guru asal Negeri Waru TNS Dika Talaksoru/Pormes yang mengajarkan cara pembuatan Inasua dengan ikan kakap merah yang dibeli di Pasar Ikan Ambon.
4) Lomba Kuliner Warisan Maluku yang diikuti oleh 20 SMA/SMK se Kodya Ambon tanggal 8 November 2021 di SMK Negeri 5 Ambon. Untuk keperluan lomba dibutuhkan 10 kg Inasua untuk di kemas per 500 gram bagi setiap sekolah peserta lomba. Dan Inasua yang digunakan adalah hasil olahan nelayan Meis Resley dari Waru Pulau Serua.
5) Ditampilkannya 3 (tiga) Pemenang Lomba Kuliner Warisan Maluku pada Acara Launching Program Nasional Bangga Buatan Indonesia Aroma Maluku tanggal 28 November 2021 bertempat di Lapangan Tahapary Tantui Ambon dengan Manager Program Kemendikbudristek RI, Mas Menteri Nadiem. Untuk keperluan acara tersebut dibutuhkan Inasua sebagai bahan dasar sajian bagi pemenang lomba Juara 1,2,3 sebanyak 2 (dua) kg dan merupakan hasil olahan Bob Pelmelay Kadus Jerili Pulau Serua.
6) Uji Laboratorium Inasua jenis Ikan Kakatua dan Ikan Nawasaki (Ikan babi/Iwawi) di Laboratorium Produksi, Inspeksi dan Sertifikasi, Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta tanggal 5 September 2022. Hasil olahan Inasua yang diuji 500 gram Iwawi dibuat oleh Oter Talaksoru dari Kampung Waru Pulau Serua sedangkan 500 gram Ikan Kakatua hasil olahan Ical Lakotani Kadus Kokroman Pulau Nila.
7) Pemasaran (marketing) Inasua di luar komunitas TNS sejak Novemeber 2021 hingga saat ini. Begitupun juga Inasua diperkenalkan dalam berbagai even Organisasi Kemasyarakatan ( Ormas) Ikatan Keluarga Besar Teon Nila Serua (IKB TNS) di beberapa daerah.
Adapun semua tahapan untuk memposisikan Inasua sebagai branding produk perikanan asal Maluku akan penulis ceritakan dalam tulisan bersambung lainnya.
Akhirnya sesuatu yang bermula diinisiasi oleh keluarga nelayan di Pulau Nila dalam hal ini dimotori Kadus Ical Lakotani dan tim telah menempatkan kegairahan untuk warga masyarakat di ketiga Pulau TNS melakukan pengolahan Inasua dan harga Inasua menjadi merambah naik di pasaran.
Sebenarnya dari Kepulauan TNS ada beberapa jenis ikan yang dilakukan fermentasi sebagai produk Inasua namun Iwawi/Ikan babi/Ikan nawasaki adalah jenis ikan yang sangat dicari karena memiliki cita rasa yang sangat berbeda dibandingkan Ikan kakap, Ikan tuna, Ikan kakatua atau ikan yang lainnya.
Harapan Produk Perikanan TNS
Diujung komunikasi dengan Deputi Kemenkomarves RI Odo Manuhuttu, penulis menyampaikan karena kami akan mengangkat produk-produk perikanan dari Kepulauan Teon Nila Serua maka ditargetkan akan disosialisasikan pembuatan produk di ketiga pulau yaitu Inasua, Ikan Asin, Ikan Kering, Gurita Kering, Bia/Kerang kering.
Hingga tulisan ini dibuat baru terdapat 3 (tiga) produk yang dipasarkan keluar Maluku yaitu Inasua, Ikan Asin dan Fleka/Forni sebutan orang TNS atau Bia sejenis kerang dari klas abalone.
Butuh kegairahan dan antusiasme dari warga masyarakat TNS untuk melihat peluang dan roadmap yang telah diletakkan dalam bingkai Program Nasional Bangga Buatan Indonesia Aroma Maluku oleh Pemerintah Pusat Cq.Kemendikbudristek RI sebagai sebuah berkat promosi.
Disamping itu di era saat ini yang mengglobal, secara smart leadership pemimpin daerah baik di tingkat Provinsi Maluku, Kabupaten Maluku Tengah, Kecamatan TNS bahkan Kepala Pemerintah Negeri adat di TNS dapat memanfaatkan karpet merah marketing yang telah disiapkan pemerintah pusat. Selain tuntutan kapasitas smart leadership dibutuhkan juga kemampuan smart excecution pada pemimpin daerah atau lokal serta dibarengi ketokohan yang kuat (strong leadership) ( Arahan Presiden Jokowi dalam Launching Program Indonesia Emas 2045).
Untuk itu diperlukan kerja sinergi dan kolaborasi dalam memunculkan branding produk perikanan Maluku yang lahir dari warisan leluhur yang sudah pasti tidak bisa disepelekan karena telah mendapat pengakuan “Warisan Budaya Tak Benda” (WBTB) milik Bangsa Indonesia. Disamping itu kekuatan deferensiasi produk Inasua juga merupakan sebuah produk fermentasi perikanan berindikasi geografis di pulau-pulau yang terlupakan (forgotten islands) Teon, Nila, Serua di tengah Laut Banda.
Akhir kata diplomasi budaya ini bermula dari hasil olahan Inasua di dusun Snurta Rumdai Pulau Nila Kabupaten Maluku Tengah
Provinsi Maluku. Terima kasih kepada Kadus di Rumdai Islanty (Ical)Lakotani bersama tim : Elisa Kelpitna, Pieter Lakotani, Nikodemus Lakotani tetap semangat! Jadilah pembuat sejarah ! Salam terobosan. Uplera Nortarita. (LL)
#inasua #wbtb #mlin #banggabuatanindonesia #aromamaluku #umkm #komunitas #tns #ikbtns #sinergi #kolaborasi #tollaut #jalurrempah #indonesiaspiceuptheworld #valuebrandmanagement
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H