Mohon tunggu...
Levina Litaay
Levina Litaay Mohon Tunggu... Insinyur - Simple, smart, sportive

Community base development, complex problem solving, event organizer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melodi dari Kesunyian "Volcano Island" Nila

13 Juni 2023   01:29 Diperbarui: 13 Juni 2023   09:50 2615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesuai cerita dalam masyarakat Nila bahwa marga terbesar di Rumdai yaitu marga Marantika dan Lakotany yang berasal dari Pulau Romang dan Pulau Dai Kabupaten Maluku Barat Daya. Sedangkan tuan tanah di Usliapan adalah marga Letwory. 

Situasi Pantai Pulau Nila (video Buce Serpara)

Ameth sendiri adalah komunitas hidup masyarakat yang terbentuk ketika pendeta asal Nusalaut bertugas di Nila. Sehingga bukan cuma di Pulau Nusalaut terdapat Ameth tetapi di TNS juga terdapat Kampung Ameth.

Adapun 3 kampung lainnya berada di lingkaran teluk indah yang disebut BSW (Bumei, Sifluru, dan Wotay) dan yang mencengangkan terdapat peninggalan pendaratan pesawat pada zaman perang sekutu di wilayah BSW.

TNS pulau -pulau  terselatan dari Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku (sumber: wikimedia.org)
TNS pulau -pulau  terselatan dari Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku (sumber: wikimedia.org)
Di tahun 1978, pemerintah pusat mengevakuasi semua penduduk dari ketiga pulau TNS ke dataran Pulau Seram Kabupaten Maluku Tengah dengan alasan ancaman bencana meletusnya Gunung Lawarkakwa di Pulau Nila.

Dalam pemberitaan Kompas.com tanggal 8 Oktober 2015, Bupati Maluku Tengah menyatakan bahwa Kepulauan TNS adalah pulau kosong. Apakah benar- benar kosong? 

Ternyata pada kenyataannya, hingga saat ini ancaman gunung api itu tidak berwujud dan masih ada orang yang menetap di Pulau Nila. 

Dan menurut penuturan warga ada keluarga yang tidak bersedia pindah ke Waipia wilayah baru di Pulau Seram dan tetap memilih menetap di pulau sebagai hak wilayah adat yang dijaganya hingga saat ini.

Judul melodi dari kesunyian “volcano island”, Nila adalah sebuah cerita kerinduan masyarakat Rumdai Pulau Nila untuk memiliki 1 (satu) buah alat musik keyboard dalam mengiringi mereka beribadah di gereja. Adapun alat musik yang digunakan selama ini adalah suling bambu.

Di Rumdai sendiri menetap 30 KK yang setiap minggunya memanfaatkan bekas gedung sekolah di Snurta Kokroman untuk dijadikan tempat ibadah. 

Adapun gereja Rumdai sudah dalam kondisi rusak dan belum dibangun kembali. Tidak ada pendeta jemaat di pulau yang ada hanya majelis yaitu 2 penatua dan 2 diaken. Salah satu penatua adalah Islanty Lakotany yang biasa dipanggil “Ical” dan sekaligus sebagai Kepala Dusun Kokroman. Sedangkan penatua lainnya yaitu Luis Marantika dan Diaken Krestian Marantika dan Salomi Serpara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun