Mohon tunggu...
Levina Litaay
Levina Litaay Mohon Tunggu... Insinyur - Simple, smart, sportive

Community base development, complex problem solving, event organizer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Losreni: Kampung Layeni Pulau Vulkanik Teon

5 Juni 2023   19:02 Diperbarui: 6 Juni 2023   08:09 2072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis di gapura Kampung Layeni Pulau Teon Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku (dokumentasi pribadi)

LOSRENI: Kampung Layeni Pulau Vulkanik Teon

Selain mengisahkan kunjungan penulis di Kampung Mesa Pulau Teon dalam rangka Acara Peresmian Gedung Gereja Imanuel secara bersambung di Kompasiana, masih ada tersisa cerita yang penulis merasa perlu untuk mengangkat Layeni, pusat "intelektualitas" masyarakat Pulau Teon.

Dimanakah Kampung Layeni? Di tengah Laut Banda Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku terhampar rangkaian kepulauan yang disebut Kepulauan Teon, Nila, Serua yang merupakan gugusan kepulauan vulkanik.

Ada 7 pulau, yang berpenghuni yaitu Pulau Teon, Pulau Nila dan Pulau Serua sedangkan yang tidak berpenghuni yaitu Pulau Kari, Pulau "atol" Nusafnu, Pulau Kekih Besar dan Pulau Kekih Kecil. Di Pulau Teon ada 5 kampung adat yaitu Layeni, Mesa, Watludan, Yafila dan Isu.

Di Kampung Layeni terdapat sejumlah marga atau nama keluarga (family name) seperti Nivaan, Liliefna, Leunufna yang berada dalam Soa Flunluli. Sedangkan marga Istia, Serworwora, Tewernussa dan Kelelufna bernaung dalam Soa Fnuntati.

Dari marga tersebut telah melahirkan sejumlah orang-orang terpelajar dalam berbagai bidang dan telah memberi kontribusi bagi bangsa ini baik secara lokal maupun nasional.

Siang itu rombongan kecil bertolak dengan speedboat menuju Kampung Layeni. Kedatangan kami dengan tujuan untuk berkoordinasi soal rencana acara pembuatan inasua di pulau untuk didokumentasikan dalam Program Bangga Buatan Indonesia Aroma Maluku.

Jangkauan speedboat hanya sekitar 7 menit dari Pantai Mesa menuju ke Kampung Layeni. Menurut penuturan warga jika menggunakan perahu "ketinting" dibutuhkan waktu sekitar 15 menit. Nampak di tepian Pantai Layeni, bentuk batu karang yang jelas terlihat di dalam air sehingga speedboat harus mengambil arah yang bebas untuk tidak tersentuh baling-baling mesin.


Memasuki Kampung Layeni Pulau Teon Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku (video dokumentasi pribadi)

Dalam perjalanannya, kita bisa menikmati pandangan kearah daratan yaitu pantai pasir putih terpanjang yang dimiliki Pulau Teon antara Mesa dan Layeni.

Sambil diterangkan oleh Patura (orangtua) Pdt. Alex Relmasira, "Bahwa dulu kami bersekolah di Layeni. Pulang sekolah kami harus berjalan sejauh ini dan dalam perjalanan ketika lapar dan haus kami berhenti dan memanjat kelapa, sambil makan kelapa muda tetapi juga kadang berenang."

Penulis di pantai Kampung Layeni Pulau Teon Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku 15 November 2021 (dokumentasi pribadi)
Penulis di pantai Kampung Layeni Pulau Teon Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku 15 November 2021 (dokumentasi pribadi)

Dapat dibayangkan kehidupan alamiah ketika tanpa kendaraan dan hingga hari inipun daya jangkau ke Layeni harus dengan speedboat. Kalaupun berjalan kaki sejauh 3 km dan bisa meyusur pantai air sepanjang pasir putih dari Mesa menuju Layeni.

Layeni termasuk kampung yang memiliki pantai pasir putih terpanjang. Tempat pertama yang diabadikan adalah lokasi pantainya dan juga gapura kampung.

Di depan kampung terdapat sebuah perigi atau sumur dan terdapat juga sebuah monumen yang tertulis "Pembawa injil Masuk Negeri Layaeni Pdt. Z Latuharhari tanggal 10 Desember 1893". Sesuai catatan sejarah Gereja Protestan Maluku (GPM) maka sehari sebelumnya injil masuk ke Mesa tanggal 9 Desember 1893.

Pdt. Alex Relmasira dan istri di Monumen Injil Masuk Layeni 1893 di Pulau Teon (dokumentasi pribadi)
Pdt. Alex Relmasira dan istri di Monumen Injil Masuk Layeni 1893 di Pulau Teon (dokumentasi pribadi)

Rombongan melanjutkan perjalanan memasuki kampung dan tampak rumah-rumah warga. Hunian atau rumah warga Layeni lebih banyak dari Kampung Mesa yang hanya memiliki 8 buah rumah.

Kami bertamu di Keluarga Tewernussa yang kebetulan juga sementara tinggal Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) Layeni dari Waipia Yanes Tewernussa yang ikut menghadiri acara peresmian. Senangnya warga kampung ketika dikunjungi apalagi hal ini jarang terjadi. Setelah menyampaikan maksud kedatangan, berbincang-bincang sambil disuguhkan teh dan pisang goreng oleh tuan rumah.

Bertamu di Keluarga Tewernussa - KPN Layeni berkaos putih (dokumentasi pribadi)
Bertamu di Keluarga Tewernussa - KPN Layeni berkaos putih (dokumentasi pribadi)

Kemudian kami harus kembali karena langit tampak mendung, pertanda hujan dan memang mulai terasa rintik mengenai badan. Sebelum meninggalkan Layeni, penulis membuat beberapa dokumentasi sebagai kenangan yang dapat dibagikan bagi mereka yang merindukan tanah asal kampung kelahirannya.

Tampak dari kejauhan Gereja "Beth Eden" Layeni yang dibangun pada tahun 1958 masih digunakan untuk tempat peribadatan warga walaupun terlihat perlu adanya perbaikan.

Berbeda dengan Kampung Mesa maka deretan rumah di Kampung Layeni tidak serapi hunian di Mesa. Yang berbeda juga bahwa sebagian besar rumah juga sudah beton (istilah orang Maluku disebut "rumah batu") dan beratap seng. Tidak seperti di Mesa yang sebagian besar rumah beratapkan daun kelapa hanya 2 rumah yang berupa rumah batu. Ada sejumlah 13 KK yang menetap di Kampung Layeni Pulau Teon dengan jumlah jiwa 40 orang.

Adapun pada acara Peresmian Gereja Mesa maka Kampung Layeni menjadi tuan rumah rombongn VIP yang menggunakan Kapal Basarnas yaitu Wakil Gubernur Maluku Barnabas Orno beserta istri dan Ketua DPRD Provinsi Maluku Lucky Wattimury beserta istri.

Rombongan VIP tiba tanggal 13 November 2021 dan memilih menginap di Kampung Layeni karena ada kerabat Wakil Gubernur yang menikah dengan orang Layeni.

Pada tanggal 14 sore, rombongan VIP menghadiri Peresmian Gedung Gereja Imanuel Mesa Pulau Teon dan setelah selesai makan malam bersama maka rombongan langsung kembali ke Ambon.

Malam peresmian itu, sejumlah warga Kampung Layeni turut hadir dalam acara, bahkan mereka telah bahu membahu sebelumnya dalam bekerja menyelesaikan pembangunan gereja.

Pada hari Minggu setelah peresmian maka gereja digunakan pertama kali untuk ibadah sekaligus pemberkatan nikah warga Kampung Layeni.

Warga Kampung Layeni yang akan kembali setelah menghadiri Acara Peresmian Gedung Gereja Imanuel Mesa Pulau Teon 14 /11/21 (dokumentasi pribadi)
Warga Kampung Layeni yang akan kembali setelah menghadiri Acara Peresmian Gedung Gereja Imanuel Mesa Pulau Teon 14 /11/21 (dokumentasi pribadi)

Di pulau-pulau di Kepulauan Maluku kehidupan kekerabatan masih begitu kental dirasakan. Gotong royong dan saling membantu dengan sukarela untuk sebuah tujuan bersama yang baik dapat ditemui juga dalam masyarakat TNS yang berfilosofi Ukmu Mori Tari Solilakta.

Malah menurut Pendeta Jemaat GPM Mesa Febby Picaulima ketika kunjungan ke Kampung Mesa Pulau Teon dalam penguatan warga ketika membangun maka tampak partisipasi warga kampung tetangga.

Kaum perempuan dari Layeni mendedikasikan waktunya untuk datang ke Mesa untuk mengangkat pasir dari pantai guna pencampuran semen dalam membuat tembok bangunan gereja yang sementara dikerjakan oleh kaum lelaki. Oh indahnya kehidupan di kampung!

Galeri foto Kampung Layeni (dokumentasi pribadi )
Galeri foto Kampung Layeni (dokumentasi pribadi )

Saat ini telah terbit buku dengan judul "Negeri Layeni Dalam Pergulatan Sosio-Cultural" ditulis oleh anak Negeri Layeni Pdt. Hendrik Liliefna, MSi dengan penerbit KBM Indonesia.

Dalam buku tersebut banyak informasi mengenai asal usul Negeri Layeni dalam pergulatan sosio cultural baik di Pulau Teon maupun kondisi hari ini setelah masyarakat TNS dievakuasi pada tahun 1978 ke Waipia Pulau Seram Kabupaten Maluku Tengah.

LOSRENI artinya kembali ke tempat atau kembali ke pulau.

Semoga tulisan ini ikut menggugah anak-cucu Layeni untuk kembali datang mangente (datang melihat) dan membangun Kampung Layeni di Pulau Teon.

Sumber : penerbitkbm.com 
Sumber : penerbitkbm.com 

(LL)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun