Dalam kehidupan kita, pengalaman adalah memori tersendiri. Ada yang mengecewakan, menggembirakan, menjanjikan ada pula yang perlu disyukuri karena merupakan bagian dinamika kehidupan. Dari kecil hingga dewasa bahkan hingga meninggal maka memori yang sangat kuat adalah memori dalam hubungan keluarga.
Memori atau kenangan itu bisa dibaca secara tertulis tetapi dapat diceritakan turun temurun bagi anak cucu. Sehingga untuk mewujudkan suatu kenangan indah dalam keluarga perlu adanya rencana, kebersamaan dan kesepakatan disela-sela kesibukan walaupun jarak yang memisahkan dan terlebih kemauan menyisihkan waktu.
Untuk mewujudkan memori yang “indah” dalam keluarga maka kami merencanakan rekreasi keluarga. Kebetulan sekali pada bulan November 2021 di tempat asal orangtua kami ada kegiatan peresmian Gereja Imanuel Mesa Pulau Teon Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku.
Maka pilihan kami, memilih rekreasi keluarga sekaligus mengikuti acara peresmian dan menurut kami akan menjadi kenangan terindah dalam hidup. Apalagi orangtua kami adalah ketua panitia pembangunan gereja pertama yang akan diresmikan setelah menanti 50 tahun baru terwujud.
Penulis sendiri dari Jakarta dan ada yang dari Ambon dan juga Waipia Pulau Seram. Setelah berkordinasi dengan panitia maka kegiatan utama adalah peresmian gereja pada hari Sabtu, dan pada hari Minggu akan diadakan ibadah minggu perdana disertai pemberkatan nikah. Agenda acara panitia lainnya adalah bersih-bersih kampung.
Selesai peresmian maka kami harus menunggu kapal KM Sanus 71 untuk kembali ke Ambon. Dan ternyata dibutuhkan waktu sekitar 7 hari menunggu di pulau.
Membosankan juga yach! untuk itu waktu lowong yang cukup banyak di pulau, penulis berinisiatif mengusulkan agenda tambahan paling tidak bisa mengusir kebosanan tersebut. Maka minimal, kami bersepakat untuk mengadakan rekreasi.
Adapun sejak dari Jakarta, penulis telah menyiapkan kaos T-Shirt berlogo IKB TNS yang dibeli dalam program pencarian dana Badan Pengurus Pusat Ikatan Keluarga Bear Teon Nila Serua ( BPP IKB TNS).
Juga properti pariwisata seperti tenda, ayunan, bantal pantai berbahan parasut, kursi rotan santai, topi, mantel, kacamata, ransel dan tak lupa handphone dengan memori yang cukup untuk membuat foto plus power bank. Karena semua ini akan dibutuhkan dalam berekreasi di pulau nanti.
Kali ini dibuat acara rekreasi ke Pantai Pasir Putih Mesa Pulau Teon yang disebut Pantai Air. Sebagai pulau vulkanik, tidak semua Pulau TNS memiliki pantai pasir putih. Hanya Pulau Teon dan Pulau Nila sebaliknya Pulau Serua sama sekali tidak memiliki pantai pasir putih.
Khusus di Pulau Teon maka bentangan pasir putih terpanjang berada antara Kampung Mesa dan Kampung Layeni. Lokasi pantai dipilih untuk rekreasi keluarga yaitu dekat perigi - mata air kampung dan berada di petuanan “Kurmasela” ( Kurmasela adalah nama keluarga – family name).
Dengan antusias bersiap keluarga dari “Mutu Yarakwakma” (kumpulan keluarga dengan marga Relmasira, Litaay, Wosia, Plaly) ditambah beberapa keluarga lainnya yang akan mengikuti acara rekreasi tersebut.
Perjalanan ke Pantai Pasir Putih
Dari Kampung Mesa kami naik speedboat, sebagian menggunakan perahu. Ada perbekalan makanan di rantang, orang Maluku bilang “bawa bakal”. Sesampainya di lokasi yang di pilih yaitu Pantai Air, semua properti dan perbekalan diturunkan tidak lupa kami membersihkan area yang akan digunakan. Ternyata ada juga pakaian kotor yang hendak di cuci di perigi dan dibawa dalam perahu.
Selesai digelar properti rekreasi, rombongan lalu bermain di pantai sambil selfie (swafoto) atau berpose dengan berbagai gaya,makan dan berenang. Tidak terlalu lama nampak turun hujan rintik. Untuk itu saatnya bergegas kembali ke kampung mengingat tidak ada tempat berteduh
Rekreasi keluarga ke Pantai Pasir Putih Mesa Pulau Teon
Di hari terakhir sebelum meninggalkan Mesa, penulis berusaha untuk membidik spot pantai pasir hitam tepat di depan Kampung Mesa dengan udara dan cuaca begitu cerah berlimpah terik matahari.
Ternyata niat meng”even”kan adalah upaya mencipta memori dalam gambar (foto). Dan dengan pemanfaatan teknologi maka gambar tersebut dapat di bagikan pada medsos tiap orang yang ikut berwisata.
Kebersamaan keluarga yang begitu indah karena belum tentu dapat kembali bersama dalam jumlah yang begitu besar ketika mengunjungi pulau tersebut, pikir penulis.
Ketika harus kembali pulang , maka sejumlah properti ditinggalkan di pulau dan diserahkan kepada Kepala Dusun Mesa Emes Rijoly. Berharap jika ada yang datang berlibur dapat membuat foto-foto yang penuh memori bisa memanfaatkan alat bantu tersebut.
Dari pengalaman rekreasi keluarga di Mesa Pulau Teon ini maka ada rasa senang, gembira dan terlebih bisa bermain bersama sambil berfoto ria. Dan ternyata hasilnya tidak mengecewakan.
Pada kenyataannya, penulis yang menetap di Jakarta baru pertama kali bertemu sebagian keponakan dan cucu. Dan dapat dibayangkan bahwa momen ini menjadi langka.
Sambil berpikir, bisakah terulang kembali kami ke pulau dalam jumlah yang cukup besar 17 jiwa dari marga Litaay? Sungguh bersyukur ke Tuhan karena pengalaman tak terlupakan!
Dengan demikian penulis berharap agar kepala dusun peduli untuk mengangkat potensi lokasi atau tempat rekreasi pantai pasir putih atau kondisi kampung yang tertata rapi. Untuk warga masyarakat yang selalu ke perigi untuk mengambil air ataupun aktivitas mencuci agar tidak membuang sampah sembarangan. Ataupun dapat membersihkan areal pantai pasir putih tersebut dari sisa-sisa daun dan ranting yang berserakan.
Dibawah ini galeri foto yang bisa diabadikan sebagai memori wisata yang takkan terulang dan sekaligus menjadi pemantik kehadiran siapapun ke pulau vulkanik yang unik – Kepulauan Teon, Nila, Serua di Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku. Ayo ke Maluku!
Sustanaible tourism adalah pengembangan pariwisata yang memberi dampak jangka panjang baik terhadap lingkungan, sosial budaya serta ekonomi untuk masa kini dan masa depan bagi seluruh masyarakat lokal maupun wisatawan yang berkunjung.
Dalam upaya mengembangkan sustainable tourism, Kemenparekraf/Baparekraf memiliki empat pilar fokus yang dikembangkan. Di antaranya pengelolaan berkelanjutan (bisnis pariwisata), ekonomi berkelanjutan (sosio ekonomi) jangka panjang, keberlanjutan budaya (sustainable culture) yang harus selalu dikembangkan dan dijaga, serta aspek lingkungan (environment sustainability)
Dari fokus kementerian tersebut maka kami menghimbau masyarakat desa, perangkat desa, pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam hal ini kementerian dan institusi terkait agar memberi atensi bagi potensi pariwisata di daerah 3T (Terdepan, Teluar, Tertinggal) yang sebenarnya memiliki keindahan yang unik sebagai anugerah Tuhan dalam hal ini pulau vulkanik.
Selain apa yang diceritakan didalam kisah ini maka penulis yakin pada daerah-daerah 3T lainnya apalagi yang merupakan pulau-pulau kecil, pasti tersimpan banyak potensi yang belum dijangkau dan belum menjadi perhatian.
Bagi kami yang mengikuti rekreasi ini, timbul rasa gembira, senang dan sangat bersyukur mengingat bahwa kesempatan seperti ini belum tentu dimiliki lagi. Apalagi dapat mengunjungi pulau dengan jumlah keluarga cukup besar.
Begitu juga kegiatan yang diabadikan dalam foto akan menjadi kenangan yang terbaik dan dapat diwariskan bagi anak cucu. (Bersambung ) LL
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI