Ada juga kegiatan mencari Bia (jenis kerang laut) atau orang Mesa menyebutnya "Forni", sedangkan orang Serua menyebutnya "Fleka".Â
Biota laut tersebut termasuk jenis "kerang sebelah"  yang menempel pada batu-batu  besar di pinggir pantai.Â
Cara penyajiannya hanya dengan membersihkan lalu ditambahkan perasan jeruk, irisan bawang merah serta cabe dan sedikit garam.Â
Sebutannya "Kalora" sebagai makanan khas masyarakat Teon Nila Serua turun temurun. Forni kalora dapat langsung dimakan mentah.Â
Kalora yang umum dibuat adalah dari berbagai jenis ikan, bahkan dalam masyarakat TNS diaspora yang jauh dari laut ada yang sudah bisa mengolah ikan bandeng (ikan air tawar) untuk dimakan mentah sebagai kalora atau di Jepang dikenal Sashimi.
Jika air pasang maka bebatuan besar disepanjang pantai ikut terendam air laut/aer pusaka dan didapati Bia menempel di batu.Â
Adapun warga tinggal menggunakan pisau untuk melepaskan biota "forni" yang menempel di batu tersebut lalu diolah.Â
Fungsi lain aer pusaka yaitu MCK di mana air laut  diambil dengan ember ke kamar mandi warga dan jika hendak menggunakan air terbaik untuk membilas, harus mengambil lagi ke perigi/sumur air sejauh 1 km dan ditampung di drum air di rumah tangga masing-masing.
Saya mencoba menanyakan sejumlah orang di Kampung Mesa bahwa banyak yang setelah mandi air laut tidak membilas badan, mereka menganggap bahwa mandi aer pusaka juga sebuah terapi.
Sumber Air Kampung Mesa Pulau Teon