Apa yang saya tontonkan dari atas kapal mengingatkan saya pada ucapan ayah saya tidak ada rotan akarpun jadi. Bertahun-tahun  sejak republik ini berdiri masyarakat TNS mengalami naik dan turunnya orang plus muatan di tengah laut.Â
Terbayang betapa mentereng pelabuhan-pelabuhan  yang sementara di bangun atau renovasi di seantero Nusantara seperti Tanjung Priuk, Tanjung Perak, Makasar, Batam, Patimban,Kuala Tanjung. dll.Â
Tetapi kasihan masyarakat Pulau TNS Â yang hidup di atas lumbung ikan - Laut Banda tidak tersentuh sama sekali dengan pembangunan infrastruktur, tanpa listrik, tanpa air, tanpa sarana telekomunikasi, transportasi yang minim.Â
Sementara di Jakarta, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan segala ilmu dan teknologi mencoba mengkalkulasi jumlah potensi kandungan ikan didalamnya untuk di eksploitasi dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 714. Oh keadilan dimanakah suaramu!
Melalui coretan ini sebagai Ketua Umum Ikatan Keluarga Besar Teon Nila Serua dengan Akte Pendirian SK Kemenkumham RI : AHU-0007230.AH.01.07 tahun 2017 tertanggal 28 April 2017 Â saya bertekad mengangkat semua hal yang bisa saya rekam dalam perjalanan 3 minggu ke Maluku melewati 2 pulau besar Ambon dan Seram dan hingga tiba dan menapaki kaki di pulau kecil Serua dan Teon serta melewati Nila.Â
Laut masa depan kita, peninggalan nenek moyang yang harus dan bahkan wajib dipelihara karena merupakan bagian dari sejarah dan bagian dari ladang makan/hidup masyarakat TNS.Â
Tidak ada rotan akarpun jadi!
 ( Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H