Mohon tunggu...
Levina Litaay
Levina Litaay Mohon Tunggu... Insinyur - Simple, smart, sportive

Community base development, complex problem solving, event organizer

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Memburu Hotel Karantina, Tidak Semudah yang Dibayangkan

15 Desember 2021   16:36 Diperbarui: 20 Desember 2021   23:08 3320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi saya bersyukur dalam jeda itu saya bisa hunting hotel sambil berkorespondensi dengan dia terhadap kebutuhan data dirinya semisal paspor, kartu vaksin dan lainnya.

Lagi-lagi telpon dilanjutkan ke Hotel Yelo Manggarai, Grand Kemang, Puri Mansion, Sahid Serpong, FM7 Tangerang, Mercure Kota. Di Luwansa Hotel Kuningan juga semua fully booked. Resepsion mengatakan coba hubungi salah satu hotel yang juga satu group dengan hotel mereka. Saya katakan gak ada nama hotel tersebut dari yang direkomendasi. Di ujung telepon sana menjawab, ada update hotel-hotel yang diijinkan menerima karantina lihat di web katanya.

Kembali lagi saya browsing, pagi itu sudah ada nama-nama hotel yang baru masuk dalam web tersebut, namun tidak tertuang dalam publikasi Kompas diatas.

Dari tracking di wilayah Selatan ditemukan Hotel Neo+Kebayoran, langsung booking karena avalaible. Dengan senangnya saya menyampaikan berita gembira bagi adik saya yang sementara menunggu pesawat berikutnya akibat dialihkan gegara hasil PCR berbahasa Spanyol.

Adik saya bukannya gembira malah balik bertanya "internetnya gimana?, saya masih harus kerja selama karantina -- lagi pula saya sudah liat review hotel di webnya". Nada ini memberi isyarat bahwa keputusan bukan lagi soal lokasi, bukan soal bintang tetapi fasilitas yang tersedia agar orang yang harus mendekam di kamar hotel selama 10 hari, bisa tetap beraktivitas semisal adik saya yang selalu mobile office.

Segera saya kembali ke web, seolah tak percaya ada status sebuah hotel di jalan Simatupang tertera limited availibility. Saya langsung kontak dan diminta menghubungi via WA agar dikirimkan form reservasi hotel. 

Kesempatan emas disabet, sambil mengisi form, sesekali ber WA dengan adik saya yang masih dibandara Sao Paolo Brasil. Sesaat petugas hotel WA, "mba waiting list yach!". Sontak saya bereakasi "waduh" terlintas di pikiran saya kok rumit amat ya. Adik saya kan sementara sudah dalam penerbangan kata saya.

Saya tetap melengkapi data-data reservasi dan mengirim via WA, eh ternyata sang resepsion menyampaikan "mba tanggal 20 tidak ada kamar". saya ballik bertanya la inikan 10 hari karantina gimana ko bisa 20 tidak ada kamar? Dijawab lagi "kami usahakan yach".  Ya ampun.

Sambil berdoa, saya memohon Tuhan beri yang terbaik. Saya tahu betapa letih penerbangan panjang yang dilalui adik saya dan jika tiba di Bandara Soetta tidak clear, dia harus menunggu cukup lama untuk proses ini.

Dalam suasana Natal, saya ingat cerita Yusuf dan Maria yang sedang mengandung harus mencari tempat penginapan, alhasil semuanya nihil, dan Maria melahirkan Bayi Jesus di kandang lalu Sang Bayi Jesus diletakkan di palungan.

Terbersit juga dalam pikiran, bahwa bila anda bisa punya uang tetapi kesehatan jauh lebih berharga dari segalanya. Dalam kondisi yang kami berdua hadapi tak semudah yang dipikirkan kebanyakan orang terkait WNI yang masuk Indonesia dari luar negeri selama Covid 19. Sekalipun pulang kenegaranya sendiri, negara hadir dengan aturan karantina 10 hari demi kesehatan Nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun