Rencana pembukaan tambang emas di Kedang, Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), memicu kekhawatiran yang mendalam di kalangan masyarakat dan pemerhati lingkungan.Â
Dengan luas pulau yang kecil, hanya sekitar 1.266,40 km persegi, Lembata menghadapi ancaman besar dari aktivitas tambang emas, yang dampaknya akan jauh lebih terasa dibandingkan wilayah yang lebih luas.Â
Berdasarkan pengalaman dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Sulawesi dan Papua, tambang emas lebih sering membawa kerusakan lingkungan, konflik sosial, dan ketimpangan ekonomi.Â
Propaganda yang menyebut bahwa tambang emas akan meningkatkan kesejahteraan rakyat Lembata hanyalah fatamorgana, tidak realistis, dan lebih banyak menguntungkan investor serta elite politik dibandingkan masyarakat lokal.
_____
Dampak Negatif yang Sudah Terjadi di Daerah Lain di Indonesia
1. Tambang Emas di Poboya, Sulawesi Tengah
Tambang emas Poboya telah merusak ekosistem hutan dan mencemari sungai setempat dengan limbah merkuri. Menurut laporan WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia), aktivitas tambang di Poboya menyebabkan penurunan kualitas air yang berdampak langsung pada kesehatan masyarakat setempat, termasuk peningkatan kasus keracunan merkuri. Selain itu, lahan-lahan pertanian masyarakat terkontaminasi, sehingga tidak lagi layak untuk ditanami.
2. Tambang Freeport, Papua
Di Papua, tambang emas Freeport menjadi salah satu contoh nyata bagaimana eksploitasi tambang skala besar membawa kerusakan lingkungan yang tidak terpulihkan. Limbah tailing yang dihasilkan oleh tambang ini mengalir ke sungai Aikwa, menyebabkan hilangnya habitat ikan dan mencemari air yang digunakan masyarakat setempat. Selain itu, keberadaan tambang telah memicu konflik sosial yang berlarut-larut, termasuk dislokasi masyarakat adat dari tanah leluhur mereka.