Mohon tunggu...
Lettisya Kusdiana
Lettisya Kusdiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi, Universitas Pakuan Bogor

Saya Mahasiswi dari Universitas Pakuan Bogor. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya, Jurusan Ilmu Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurang Minat Baca disebabkan Ketidaktahuan dan Ketidakinginan di Era Modern: Ini Gawat Darurat!

27 Januari 2025   09:00 Diperbarui: 27 Januari 2025   08:54 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Faktor pendidikan dan faktor lingkungan yang menyebabkan di Indonesia kurangnya minat baca. Faktor dominan adalah lingkungan terutama pada lingkungan keluarga. Faktor lingkungan tentang ketidakinginan seperti perkembangan zaman, adat istiadat atau sistem kebudayaan, kurang motivasi dan pembentukan karakter. Pembentukan karakter ada di dalam lingungan keluarga. Hal tersebut, keluarga menjadi bagian media yang paling interaktif untuk kebutuhan tumbuh kembang anak. Ketika keluarga menerapkan gemar membaca secara tidak langusung sebagai tempat rutintias kebiasaan membaca dengan begitu orangtua menjadi sarana minat baca anak.

Faktor pendidikan yang sangat berpengaruh pada minat baca di Indonesia dengan segala macam jenis keterbatasan. Faktor pendidikan tentang ketidaktahuan seperti persoalan biaya, sistem kegiatan belajar mengajar, kurang pengetahuan, dapat motivasi dari faktor relasi lingkungan. Faktor relasi lingkungan seperti kurang didukung oleh orangtua atau masih menganut sistem patriarki bahwa perempuan cukup melayani dan hanya di dapur. Kondisi tersebut meyakinkan pendidikan perlu diketahui bagi setiap orang.

Alya seorang duta baca Kabupaten Bogor di dalam dunia pendidikannya memberikan dampak yang meningkatkan literasi pada kalangan tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan cara mengadakan program Pojok Baca Ceria. Tantangan besar yang dihadapi pada kalangan SD karena tahap pengenalan membaca dan menulis yang memerlukan lebih banyak bimbingan dalam membentuk minat baca.

"Menyediakan kegiatan literasi yang lebih kreatif dan interaktif, meningkatkan peran guru dan orangtua dalam menumbuhkan minat baca, membuat program literasi berbasis teknologi melalui aplikasi baca digital yang mudah di akses, mengadakan evaluasi rutin untuk menilai efektivitas program literasi yang sudah berjalan" Kegiatan-kegiatan Alya sebagai pegiat literasi, Minggu (22/12/2024).

"Saya sendiri, melihat bahwa rendahnya kesadaran lingkungan di kalangan anak-anak sering kali berakar dari kurangnya akses dan perhatian terhadap literasi lingkungan. Gerakan literasi lingkungan yang melibatkan sekolah, perpusatakaan dan komunitas adalah langkah nyata untuk menciptakan generasi yang cinta baca dan cinta lingkungan secara bersamaan" Kata Badrul seorang duta lingkungan Kabupaten Bogor, Kamis (26/12/2024).

Selain, menerangkan yang dihadapi Badrul tentang literasi di area lingkungan sekitar, ia memaparkan lebih lanjut, bahwa, "Teknologi dan media digital juga menawarkan peluang besar dalam meningkatkan literasi di lingkungan. E-book, aplikasi interaktif, dan video edukasi dapat menjadi alternatif menarik bagi siswa yang lebih terbiasa dengan dunia digital. Namun, konten tersebut harus dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan anak-anak, sehingga tetap mendidik dan menginspirasi" Momentum itu sudah bukan lagi alasan yang terbiasa dengan dunia digital enggan literasi justru Badrul memberikan ide kreatif kegiatan literasi di Era modern ini.

Pojok Baca Cijeruk yang dipelopori oleh mahasiswa/I UIN Jakarta tahun 2022 untuk kenang-kenangan setelah menjalani Program KKN. Pada awalnya, Taman Baca di Desa Cipelang ini dilanjutkan para pemuda di lingkungan tersebut. Namun, disebut dengan palapas duren yang berarti semangatnya sebentar sulit menjaga eksistensinya, jadi bertahan sekitar 4 sampai 5 bulan. Ada dua Kartu Keluarga (KK) yag mengeluh lingkungannya kecanduan gawai. Ana-anak tidak diberikan gawai tanpa kua akan tantrum. Karena hal itu terjadi, Taman Baca ini diproduktifkan kembali oleh H. Tajudin ketua RW 002 Desa Cipelang Kabupaten Bogor.

Tidak ada kriteria khusus apalagi yang diistimewakan. Siapa saja, usia berapa saja, dari kalangan mana saja dipersilakan untuk ikutserta dalam kegiatan Pojok Baca Cijeruk. Hanya saja kategori dapat dibedakan saat bimbingan berlangsung agar menjadi kondusif dan efektif. Kegiatan Pojok Baca Cijeruk hanya dilakukan pada hari Minggu pukul 09.00 -- 12.00 WIB. Posisi lokasi Pojok Baca Cijeruk ini dihampit 6 pondok pesantren jadi sering kedatangan anak-anak santri, ketika selesai pembelajarannya di pondok. Anak-anak santri membaca buku komik atau buku keagamaan, mulai pukul 22.00 -- 02.00 WIB seringkali hingga pukul 05.00 WIB.

"Waktu itu saya sounding ke kecamatan saya lihat database warga kecamatan Cijeruk pun data menunjukkan pada tahun 2021 bahwa warga kecamatan Cijeruk khususnya Desa Cipelang tingkat pendidikannya rendah, masih lulusan SD, rata-rata SD kelas 4. Bahkan tingkat kabupaten dari 40 kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor, Kecamatan Cijeruk itu peringkat ke tiga dari bawah. Berarti betul mengapa Sumber Daya Manusia (SDM) melemah, perekonomian tidak meningkat di wilayah Cipelang Kecamatan Cijeruk. Sangat-sangat di bawah tingkatannya, berarti hampir diangka 37 sekabupaten bogor. Ini baru sekabupaten Bogor, belum ngomong seprovinsi apalagi seindonesia ya mungkin di bawah banget. Berbicara sekabupaten Bogor saja masih di bawah di angka 37 tingkat pendidikannya." Kata H.Tajudin, Rabu (18/12/2024).

Hal tersebut karena faktor lingkungan yang disebabkan ketidakinginan. "Ternyata sumber awal muasalnya adalah SDM. Apa sih menjadi faktor SDM rendah? Saya perdalam lagi ke tokoh-tokoh lingkungan atau tokoh-tokoh masyarakat termasuk tokoh keagamaan, ternyata mindset belum dirubah. Jadi mindset bahkan doktrin orangtua masih melekat, ada bahasa gini 'ngapain sekolah tinggi-tinggi, lu bisa baca, lu bisa nulis udah lu ke pondok' itu doktrin orangtua". Kata ketua RW 002 Desa Cipelang, H.Tajudin yang mengamati ketidaktahuan hilang karena faktor lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar.

Faktor lingkungan karena ketidakinginan dari segi ekonomi padahal mereka percaya Tuhan bahwa setiap orang diberikan kadar rezekinya masing-masing hanya saja tekad bergantung pada keinginan. "Karena kita mau bilang apa ke orangtua, jangankan buat nyekolahin anak, buat makan saja sudah bersyukur." Kata H. Tajudin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun