Di pandemi ini,
kita disuguhi oleh kelucuan yang sebenarnya sebuah ironi,
dari seorang pemimpin sebuah daerah di negeri ini,
dari seorang pejabat yang seharusnya bekerja dengan hati.
Â
Ketika yang lain mengunjungi tempat isolasi,
kuburan yang malah bapak ini datangi.
Â
Ketika yang lain menyiapkan oksigen untuk kehidupan,
bapak ini menyiapkan peti jenazah untuk persiapan kematian,
Â
Ketika yang lain menyapa warga yang isoman siang dan petang,
bapak ini malah mengunjungi harimau di kebun binatang.Â
Â
Ketika bantuan datang, ia seakan lepas tangan,
tapi ketika ada penghargaan, ia maju paling depan.
Â
Memang sejak menjabat bapak ini tak lelah membuat sensasi.
Memimpin daerah tanpa kejelasan visi dan misi.
Menghamburkan uang rakyat hanya untuk ambisi.
Yang penting dia masuk berita di sana dan di sini.
Â
Dari Tugu Getah Getih yang hanya bertahan 11 bulan.
Sampai pohon asli ditebang dan pohon imitasi bermunculan.
Jaring yang katanya untuk penangkal bau tak sedap pun dibentangkan.
Biar kelihatan kerja, biar tak seperti pengangguran.
Â
Hari-hari ini mungkin beliau sedikit tertekan
karena sebagian anggota DPRD ingin menanyakan
event balap mobil yang katanya tak transparan
padahal uang sudah terlanjur dibayarkan.
Â
Namun beliau tak mau diganggu.
Beliau pun mengundang pimpinan fraksi untuk bertemu,
Katanya membicarakan interpelasi yang menjadi hot issue
Isi detilnya mereka lah yang tahu
Â
Beginilah kalau pemimpin terpilih karena memainkan politik agama
dan bukan karena kemampuan dalam berkinerja,
maka masyarakat harus siap-siap menerima
harapan akan sebuah kota yang maju hanya isapan jempol saja.
Â
Memilih pemimpin tidaklah cukup hanya gara-gara seiman.
Tetapi integritas juga harus diutamakan.
Bukan yang kelebihan bayar dianggap menjadi kebiasaan.
Bukan kemunafikan yang sering dipertontonkan.
Â
Mungkin ini adalah suatu contoh.
Bagaimana kita harus pandai dan bijak menentukan tokoh.
Bukan pemimpin yang ceroboh.
Bukan pemimpin yang terlihat asal-asalan dan terlihat bodoh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H