Mohon tunggu...
Lestyo Haryanto
Lestyo Haryanto Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pembelajar yang menulis apa saja

Seorang karyawan yang mempunyai hobi menulis. Buku saya terakhir berjudul Values, dengan membacanya Anda akan mendapatkan dua keuntungan sekaligus. Apa itu? Yuk baca sendiri bukunya....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Seorang Pemimpin Daerah di Negeri Ini

30 Agustus 2021   07:19 Diperbarui: 30 Agustus 2021   07:33 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Pixabay.com

Di pandemi ini,

kita disuguhi oleh kelucuan yang sebenarnya sebuah ironi,

dari seorang pemimpin sebuah daerah di negeri ini,

dari seorang pejabat yang seharusnya bekerja dengan hati.

 

Ketika yang lain mengunjungi tempat isolasi,

kuburan yang malah bapak ini datangi.

 

Ketika yang lain menyiapkan oksigen untuk kehidupan,

bapak ini menyiapkan peti jenazah untuk persiapan kematian,

 

Ketika yang lain menyapa warga yang isoman siang dan petang,

bapak ini malah mengunjungi harimau di kebun binatang. 

 

Ketika bantuan datang, ia seakan lepas tangan,

tapi ketika ada penghargaan, ia maju paling depan.

 

Memang sejak menjabat bapak ini tak lelah membuat sensasi.

Memimpin daerah tanpa kejelasan visi dan misi.

Menghamburkan uang rakyat hanya untuk ambisi.

Yang penting dia masuk berita di sana dan di sini.

 

Dari Tugu Getah Getih yang hanya bertahan 11 bulan.

Sampai pohon asli ditebang dan pohon imitasi bermunculan.

Jaring yang katanya untuk penangkal bau tak sedap pun dibentangkan.

Biar kelihatan kerja, biar tak seperti pengangguran.

 

Hari-hari ini mungkin beliau sedikit tertekan

karena sebagian anggota DPRD ingin menanyakan

event balap mobil yang katanya tak transparan

padahal uang sudah terlanjur dibayarkan.

 

Namun beliau tak mau diganggu.

Beliau pun mengundang pimpinan fraksi untuk bertemu,

Katanya membicarakan interpelasi yang menjadi hot issue

Isi detilnya mereka lah yang tahu

 

Beginilah kalau pemimpin terpilih karena memainkan politik agama

dan bukan karena kemampuan dalam berkinerja,

maka masyarakat harus siap-siap menerima

harapan akan sebuah kota yang maju hanya isapan jempol saja.

 

Memilih pemimpin tidaklah cukup hanya gara-gara seiman.

Tetapi integritas juga harus diutamakan.

Bukan yang kelebihan bayar dianggap menjadi kebiasaan.

Bukan kemunafikan yang sering dipertontonkan.

 

Mungkin ini adalah suatu contoh.

Bagaimana kita harus pandai dan bijak menentukan tokoh.

Bukan pemimpin yang ceroboh.

Bukan pemimpin yang terlihat asal-asalan dan terlihat bodoh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun