Seketika hati ternoda melihat dia yang penuh pesona
Membuat jantungku berirama bergemuruh apabila bertatapan secara tak sengaja dengannya
Kenapa wajah itu terbayang-bayang terus
Bahkan saat mandi pun ikut
Akh apakah ini rasanya jatuh cinta
Tolong dong yang pernah jatuh cinta, mohon penjelasannya!
Â
Suasana hiruk pikuk ketika selesai upacara dilanjutkan dengan demo perkelas. Menampilkan ekskul yang ada di sekolah SMA Pratama. Sekitar sepuluh ekskul yang ditampilkan.
 Aku menikmatinya bersama teman-teman. Menonton dengan penuh antusias. Aku hampir suka semua ekskul yang ada. Sebab bergabung dengan ekskul menambah teman dari kelas lain. Namun dari hari pertama sekolah ada yang membuat aku selalu semangat untuk bangun pagi. Â
Itu tuh yang punya senyum semanis coklat, dan suaranya yang bariton sangat khas dan mengusik gendang telinga. Seolah-olah menjadi nada rington handpone. Berdering setiap saat bila ada yang menghubungi. Saat pertama jumpa dia memberikan materi di kelas kami. Saat itu kelas kami mendapat julukan kelas Diponegoro.
Satu kelas terdiri dari 38 orang. Semua membawa atribut yang dikalungkan di leher berupa foto dan identitas yang di tempelkan di potongan kardus.
Si dia mulai memperkenalkan diri bersama salah satu rekannya. Â
"Hai, semua adik-adik. Apa kabar hari ini?"
"Baik Kak," serempak satu kelas menjawab.
"Hari ini , kakak mau buat kuis, jika tidak bisa jawab maju ke depan dan menerima sanksi dari kami." Si dia menjelaskan materi untuk hari ini.
"Oh iya, sebelum mulai. Kalian tentu sudah mengenal saya bukan?"
"Belum kak," aku memberanikan diri.
"Ok, nama saya Remon Canbrige dan sebelah saya Raka Artama. Kami adalah anggota OSIS bertugas memberikan pengarahan dan materi selama MPLS. "
Â
Pucuk dicinta ulam pun tiba, aku bahagia sudah mengetahui nama idolaku. Belum apa-apa sudah idola. Biarin yang penting aku sudah memutuskan menyukai Kak Remon Canbrige.
Sesuai dengan namanya , tinggi atletis dan memiliki mata yang teduh. Berhasil menghipnotis mataku dan mencuri hatiku. Semenjak itu aku memperhatikan dia. Mulai mencari tahu apa saja kegiatan yang dilakukannya. Termasuk ekskul yang diikutinya. Â
Remon ternyata mengikuti ekskul basket, taekwondo dan musik. Aku suka semuanya. Dan mendaftar menjadi anggota. Satu grup dengannya memudahkan aku bisa bertemu hampir setiap hari. Padahal dia sudah kelas tiga. Setelah beberapa bulan hanya seperti pungguk merindukan bulan.
Aku tak berani menyapa dia. Hanya dari kejauhan aku menatap dengan binar-binar harap di mata. Ada rasa sesak di dada apabila dia bercengkrama dengan teman cewek yang lain. Meskipun rasa ini hanya aku yang tahu. Cukup membuat aku bahagia. Membuat hidup lebih berwarna. Berharap pagi segera hadir dan bisa bertemu dengan Remon.
Suatu hari hujan menguasai seluruh sekolah, aku menunggu hingga hujan reda bahkan sore hari telah berganti dengan malam. Aku masih menunggu di lobby sekolah. Ternyata Remon juga sedang menungggu jemputan. Aku duduk tak jauh darinya sambil melirik. Mencuri-curi pandang. Ternyata dia menghampiriku. Jantungku mulai berdisko dan wajahku seolah-olah memerah.
"Hai, Wulan. Lho kok masih di sini? Biasanya sudah dijemput." Ternyata Remon selama ini memperhatikanku dari tutur bahasanya menanyakan kenapa belum dijemput.
"Aaaku, Â eh iya, tadi mama mau menjemput tapi keburu hujan deras. Jadi, mama menunggu hujan reda eh malah semakin malam," ujarku terbata-bata dan diliputi rasa senang tak terkira. Jika aku sendiri sudah melompat kegirangan dan berteriak sekencang mungkin. Aku disapa oleh Remon, teriakku dalam hati.
"Jika mamamu belum datang, yuk bareng aku saja. Rumahmu aku lewati kok setiap hari."Remon menawarkan diri mengantarkan aku ke rumah.
"Eh tak apa-apa Kak, aku sudah  mau dijemput mama," ujarku lagi malu-malu. Namun hatiku sudah diliputi rasa cemas dan takut. Sebab anak-anak lain sudah pada pulang. Ada yang nekat menerebos hujan. Di lobby tinggal berdua denga Remon.
"Ayolah, kasihan kamu di sini sendirian, hujan sudah reda juga." Remon masih membujukkku.
"Eh iya, tapi mama bagaimana, nanti dia datang aku tak ada," ujarku lagi mengingat mama yang berjanji menjemput ketika hujan reda.
Ternyata setelah setengah jam berlalu wujud mama tak muncul, Remon masih menunggu aku dijemput. Hari sudah gelap, aku melirik jam di handpone. Ternyata sudah jam 19.00 WIB.
Akhirnya aku memutuskan diantar Remon pulang. Sesampai di rumah. Mama ternyata lagi asyik memasak dan lupa akan janjinya menjemput aku. Mama mengucapkan banyak terima kasih pada Remon.
Semenjak itu hubungan kami mulai dekat. Remon ternyata sudah lama ingin mendekatiku. Cinta berbalas. Aku dan Remon. Cinta pertamaku dan cinta monyet itu pun berlanjut sampai kami memutuskan menjalin hidup bahagia hingga akhir hayat. Hubungan kami terus berlanjut meskipun kami beda universitas di kota lain. Setelah menadapatkan pekerjaan, baru Remon memutuskan melanjutkan pernikahan.
Â
Bekasi, 01122022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H